Arunika 2

242 18 2
                                    

Sepeninggal Nala, Aruni keluar kamar setelah menyegarkan badannya dengan air hangat di bawah shower. Di depan kamar yang ia tempati, Aruni mengedarkan pandangannya ke seisi rumah, keadaan cukup sepi. Dengan hati-hati ia melangkah menuju dapur, mencari keberadaan Bi Irni. Ia menemukan pembantu rumah tangga itu sedang bersantai dengan ponselnya di ruang tengah. Dengan sangat canggung Aruni mendekatinya.

"Khm." Aruni berdehem membuat Bi Irni terlonjak kaget. "Maaf, Bi, ngeganggu," kata Aruni cepat -- merasa tidak enak.

"Ah Non Aruni, ngagetin bibi aja." Bi Irni yang tadinya baringan di sofa, kini sudah duduk menghadap Aruni yang masih berdiri di samping sofa. "Ada apa, Non? Ada yang bisa saya bantu?"

Aruni menggelengkan kepalanya. "Saya bisa duduk?" Tanya Aruni menatap bagian sofa yang kosong.

"Oh silakan-silakan, Non." Bi Irni buru-buru hendak bangkit dari duduknya.

"Gak usah, Bi, di sini aja," kata Aruni menahan Bi Irni.

Bi Irni kembali duduk di samping Aruni. "Oh iya, sekalian Bibi mau nanya-nanya sama Non Aruni. Tadi mau nanya, tapi ada Non Nala, jadi gak berani deh."

Aruni terkekeh pelan mendengar tuturan Bi Irni. "Emang kenapa kalo ada Nala, Bi?"

"Takut kena tegur saya, Non."

"Emang mau nanya apa, Bi?" Tanya Aruni lagi.

"Mau nanya soal Non Aruni," kata Bi Irni takut-takut menyinggung lawan bicara.

Aruni menghembuskan napasnya pelan. Ia mengerti rasa penasaran perempuan yang berprofesi ART di dekatnya ini. "Kalo Bibi mau nanya kenapa saya ada di sini, jawabannya karena saya kabur dari rumah."

Mendengar ujaran Aruni membuat Bi Irni kaget, tapi tidak berani menyela. "Saya awalnya mau tinggal di rumah Nala, tapi Nalanya mau ke Samarinda buat penelitian tugas akhirnya, orang tuanya juga kebetulan lagi ditugasin di sana, artnya juga ikut ke sana. Jadi, saya minta tolong aja ke Nala buat dicariin tempat yang aman, yang gak bisa diketahui oleh orang tua saya." Entahlah menyebut kata terakhir itu sepertinya sangat berat bagi Aruni saat ini.

"Dan Nala anterin saya ke sini, rumah sepupunya." Aruni mengedarkan pandangannya di ruang tengah yang ia tempati saat ini. Ternyata rumahnya cukup luas.

"Tapi Non Aruni emang kenal sama Mas Raga?" Tanya Bi Irni.

Aruni menggelengkan kepalanya. "Nggak. Saya nggak kenal sama sepupu Nala. Tau muka aja nggak."

"Oh yah yah." Bi Irni mengangguk mengerti. "Non Aruni harus tau, sifat Mas Raga itu agak keras, tapi yah saya udah kebal sama Mas Raga, jadi yah saya bawa santai aja, kalo misal tiba-tiba Mas Raga pulang ke rumah marah-marah atau diam gak ngomong apa-apa, lalu pergi lagi."

Mendengar penjelasan Nala tentang sepupunya dan Bi Irni tentang majikannya yang ia sebut Mas Raga, yang nyatanya satu orang yang sama, tidak membuat Aruni cukup mengerti dengan orang yang mereka jelaskan.

"Mas Raga itu jarang di rumah, Non," kata Bi Irni lagi.

"Hmmm Bi, sebenarnya saya gak perlu Bibi panggil non. Saya juga cuman numpang di sini, dan bukan saudara atau siapa-siapanya yang pemilik rumah. Cuma teman sepupunya." Aruni agak risi dipanggil dengan sebutan non, sementara dia bukan anak majikan di rumah ini.

ARUNIKA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang