Sudah 3 hari Raga tidak balik ke rumah. Bi Irni maupun Aruni, tidak ada yang tahu ke mana perginya tuan rumah itu. Kata Bi Irni, paling pergi mendaki sama teman-temannya. Namun, hal itu tidak lantas membuat rasa khawatir Aruni menghilang. Bagaimama bisa, hari itu mereka baik-baik saja, bahkan Aruni mengira setelah perjalanannya dari kampung Bi Irni, mereka lebih akrab lagi, tapi ini? Raga malah menghilang, tidak pernah muncul di rumahnya sendiri.
Saat seseorang mengetuk pintu rumah, dengan cepat Aruni bergegas membukakan pintu, dan betapa terkejutnya saat di balik pintu ia dapati bukan Raga, melainkan Kevin. "Kevin," lirihnya sambil memundurkan kakinya.
Lelaki yang berada di balik pintu itu tersenyum santai kepadanya. "Apa kabar, Runi?"
"Baik," jawab Aruni berusaha senetral mungkin.
"Raga bermalam di sekret." Kevin berjalan mendahului Aruni yang masih berdiri di dekat pintu. "Gue mau ambil tenda di kamarnya," tambahnya tanpa menoleh.
"Kevin," panggil Aruni mengikuti langkahnya. "Gue_"
Kevin berbalik. "Gue tau kok lo tinggal di sini," katanya membuat Aruni kaget.
"Lo tau dari mana?"
Kevin yang sudah menaiki tiga anak tangga membalikkan badannya. "Di antara teman-teman Raga, cuma gue yang kenal sama Nala. Waktu lo cari tempat persembunyian, Nala sempat tanya ke gue, apa gue ada teman cewek yang bisa bantu atau nggak, dan gue nyaranin Raga." Lelaki itu menuturkan sambil berjalan mendekati sofa yang ada di ruang keluarga.
Aruni menganga di tempatnya, ia tidak habis pikir, ternyata Kevin mengetahuinya. Ah Aruni baru ingat, Nala pernah cerita waktu itu, bahwa ia dekat dengan salah satu teman sepupunya, dan mungkin itu adalah Kevin. Namun, yang Aruni sesali, kenapa juga Nala tidak memberitahu, bahwa salah satu teman Raga mengetahui keberadaannya di sini?
"Lo tenang aja, Runi, anak-anak yang lain gak tau kok," kata Kevin yang sudah duduk di sofa dengan santainya.
Aruni menghembuskan napasnya sambil duduk di sofa seberang Kevin. "Jadi, lo tau kalau gue sama Ra_"
Kevin memotong kalimat Aruni disertai kekehan. "Lo sama Raga cuma pura-pura jadi temen dekat, dan itu kalian lakukan supaya Dara cemburu kan?"
Aruni menghembuskan napasnya. "Gue sih harapnya gitu," kata Aruni akhirnya.
"Lo harapnya gitu, tapi lo bener suka sama Raga kan?"
"Apa setersurat itu?" Aruni jengah pada lelaki di depannya itu.
Kevin tertawa ringan. "Gue cuma nebak kok."
Aruni lagi-lagi menghela napasnya. "Ah lo tadi mau ambil tenda kan yah?" Perempuan itu merasa tidak nyaman dengan kehadiran Kevin di sini.
Kevin menyadari ketidaknyamanan Aruni. Ia pun lantas melemparkan senyum yang menyeringai pada gadis yang berada di seberangnya itu. "Lo ngusir gue?"
Aruni meringis. "Gue cuman ingetin."
Kevin mangguk-mangguk, masih mempertahankan wajah liciknya. "Padahal gue mau coba buatan kopi lo. Raga soalnya selalu mengeluh-eluhkan kopinya di rumah, dan gue kira kopi yang dimaksud Raga itu buatan lo, bukan buatan Bi Irni."
"Kenapa lo ngira gitu?"
Kevin tertawa ringan. "Dari dulu Bi Irni di sini, dan Raga tidak pernah memuji buatan kopi artnya itu, tapi baru-baru ini tu bocah selalu aja mau cepet pulang, karena mau minum kopi di rumah katanya."
Aruni menghembuskan nafasnya. Apa benar Raga selalu menginginkan buatan kopinya? Gadis itu melirik Kevin dengan wajah datarnya, entahlah teman Raga itu berniat apa padanya. Mengancamkan? Tapi ancaman buat apa? Mau bertemankah? Ah tidak, gelagatnya saja dari tadi tidak menunjukkan sifat pertemanan. Lantas, apa maksud Kevin ini? Apakah ia ingin mempermainkan Aruni? Menakut-nakutinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA (SELESAI)
Fiksi RemajaHanya kisah sederhana yang lahir dari imajinasi anak manusia. Tidak menjanjikan manfaat, tapi mengharapkan keluasan hati dari yang membacanya, agar dapat memetik satu makna saja di sepanjang alur cerita. Mohon maaf jika tokoh-tokohnya tidak terlalu...