Arunika 31 (END)

145 12 10
                                    

Aruni melihat seorang perempuan berada pada sebuah hutang lebat. Tidak ada siapa-siapa yang menemani perempuan itu, dia sendiri. Sepertinya dia tersesat. Dilihatnya perempuan itu berlari ke kiri dan ke kanan, kadang juga maju, kadang juga mundur.

Terlihat perempuan itu seperti mendengar sesuatu, ia arahkan telinganya ke sisi barat. Benar, ada yang memanggilnya. Ia pun segera berlari ke sumber suara, larinya kencang, membuatnya tidak bisa mengatur napasnya dengan baik, hingga tidak sadar ia tiba di depan sebuah cahaya keemasan yang begitu silai. Aruni kaget saat melihat cahaya itu menyinari wajah perempuan yang sedari ia amati. Ia kaget, karena wajah perempuan itu persis dengan wajahnya.

Belum pulih kekagetannya, ia amati lagi perempuan yang bermuka sama dengannya itu berjalan dengan pelan menuju cahaya keemasan yang berada di ufuk barat. Ia amati saksama, perempuan dengan gamis serta jilbab putihnya itu tidak ragu melangkahkan kakinya menuju cahaya, bahkan warna bajunya kini sudah tidak sempurna dengan warna asrlinya, karena telah dihiasi pantulan cahaya keemasan.

Aruni hendak berteriak memanggil, karena baginya, apa yang dilakukan perempuan itu bahaya, cahaya keemasan itu bisa saja menelannya. Namun, kenapa suaranya tidak bisa terdengar? Suaranya tertahan.

Suaranya belum berhasil ia keluarkan saat si perempuan sudah tiba di dalam cahaya keemasan itu, dia benar-benar menenggelamkan dirinya dalam cahaya itu. Namun, detik berikutnya, Aruni dibuat tercengang, karena cahaya keemasan itu tiba-tiba berubah menjadi sosok lelaki yang merengkuh tubuh perempuan tadi, dan yang paling membuat Aruni tercenang, karena laki-laki itu adalah Raga.

Seketika hutan lebat yang mengelilingi mereka tadi berubah menjadi satu taman yang indah, yang dinaungi langit malam penuh bintang dan satu bulan yang cahayanya begitu sempurna. "Arunika," panggil Raga lembut bersamaan suasana malam yang tiba-tiba berganti pagi dengan cahaya matahari yang begitu terang.

Aruni hendak menyahut saat matanya tiba-tiba terbuka. Ia kaget. Ia melihat sekelilingnya, ia masih berada di rumah Nala, tepatnya kamar tamunya. Astaga, dia barusan mimpi. Mimpi apa itu? Petunjukkah buatnya? Aruni bangun dari baringnya, ia mengecek hpnya yang berada di atas nakas. Pukul 2 lewat 7. Perempuan itu termenung dalam duduknya, sekelebat mimpinya tadi kembali berputar di pikirannya. "Raga," lirihnya bersamaan air matanya yang menetes, ia sadar, ia telah melukai laki-laki itu.

Aruni pun beranjak dari ranjang menuju wc untuk mengambil air wuduh. Sebelum melanjutkan tidurnya kembali, ia sempatkan salat dua rakaat. Dalam doanya sehabis salam, ia benar-benar larut meminta petunjuk pada Tuhannya, berharap nanti pada waktu pagi hatinya diarahkan pada pilihan terbaik-Nya.

🌅

Sayup-sayup Aruni mendengar suara speaker masjid, terdengar suara qori laki-laki melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an disusul suara perempuan yang mengartikan ayat per ayat. Aruni pun berusaha mengumpulkan kesadarannya dan duduk di tempat tidur.

"... Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."

Kesadaran Aruni baru terkumpul sepenuhnya saat mendengar terjemahan QS. Al-Baqarah ayat 216 itu, dan yang ia dengar jelaspun hanya bagian akhir dari ayat tersebut, benar-benar terasa menampar buatnya. Lagi-lagi air mata Aruni luruh bersamaan munculnya sebuah tekad dalam hatinya untuk melakukan sesuatu pagi nanti.

Segera ia bergegas ke wc untuk mengambil wuduh sebelum azan subuh berkumandang, dan setelah satu persatu masjid selesai memperdengarkan azan muazinnya, Aruni langsung menghamparkan sajadah, lalu melaksanakan kewajibannya.

6:30, Aruni sudah rapi dengan setelah celana kulot serta tunik berwarna biru muda yang ia padu dengan jilbab berwana biru navy. Perempuan itu tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin, ia pun mengambil tas selempangnya, lalu melangkah keluar kamar. Pagi ini, ia akan memperbaiki seluruhnya.

ARUNIKA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang