Arunika 1

357 19 10
                                    

Arunika. Biasa disapa Aruni, Perempuan umur 22 tahun, yang duduk diam di dekat Nala, perempuan yang berumur sama dengannya. Tatapan mata Aruni yang di arahkan ke jendela mobil terlihat kosong, sementara Nala yang mengemudi di sampingnya terlihat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.

"Gue ngerasa bersalah harus nitipin lo di rumah sepupu gue. Harusnya lo tinggal di rumah gue, tapi gimana lagi, gue harus ikut sama nyokap ke Samarinda." Nala berujar dengan lirikan sekilas ke arah Aruni.

Aruni menghembuskan napasnya dengan kasar, lalu menoleh pada Nala. "Lo harusnya bawa gue ke Samarinda," katanya.

Nala menggeleng mendengar permintaan Aruni barusan. "Nggak. Gue nggak berani bawa lo ke sana."

"Kenapa?" Kejar Aruni.

"Lo di rumah sepupu gue lebih aman, daripada ikut sama gue ke Samarinda, yang ada nyokap gue ngadu ke Om Dendi, atau ke tante Afia, kalo lo ada sama gue. Di rumah gue pun, gue gak berani nyimpan lo sendiri di sana, karena ART di rumah juga ikut ke Samarinda. Lo itu kabur dari rumah, pasti ntar gak berani keluar dari tempat persembunyian. Nah, kalo lo kehabisan makan, lo mau apa? Mending di rumah sepupu gue, ada Bi Irni di sana, pembantunya yang bisa nyiapin lo makan. Dan yah, di rumah gue, gue gak bisa jamin Om Dendi sama tante Afia gak bakal ke sana buat nyari lo."

Aruni menghembuskan napasnya setelah mendengar penjelasan panjang dari Nala. Dipikirnya pertimbangan sahabatnya itu cukup benar, maka ia pun diam saja, hingga mobil sahabatnya yang ia tumpangi kini memasuki perumahan elit. Tidak lama, mobil itu memasuki pekarangan rumah berdesain rumah Jepang.

"Seperti yang udah gue bilang di telpon, sepupu gue tinggal sendiri, jadi lo gak perlu takut ada orang tuanya yang banyak tanya. Gue gak bilang, dia orangnya baik, tapi tenang aja, dia gak jahat-jahat amat kok." Nala menjelaskan seraya memarkir mobilnya dengan baik di depan rumah yang mereka tuju.

Lagi-lagi Aruni menghela napas mendengar penjelasan sahabatnya itu. "Ck. Entah di kandang apa lo nempatin gue, Nal."

Nala hanya menanggapi dengan tawa ringan respon Aruni barusan. Ia lalu membuka sabuk pengamannya. "Lo tenang aja, dia udah tau kok, kalo gue ada teman yang mau gue titip di rumah dia."

"Lo kira gue apa dititip-titip, Nala?" Tanya Aruni jengah.

Lagi-lagi Nala meresponnya dengan tawa. "Lo jangan bawel deh. Yuk turun, kayaknya sepupu gue gak di rumah tuh." Nala pun membuka pintu mobilnya dan turun dari kendaraan beroda empat itu.

Nala berdecak saat Aruni tidak ikut turun, ia pun memutari mobilnya dan membuka pintu penumpang. "Ayok, turun." Ia mengulurkan tangannya pada sahabatnya yang masih mematung di kursi penumpang. "Uniii... atau lo mau gue puter balik ke rumah lo?"

Ancaman Nala berhasil membuat Aruni bergerak. Wanita itu langsung menyambut uluran tangan Nala dengan tampan malas-malasan. "Entah bagaimana episode hidup gue selanjutnya, Nal."

Seperti biasa, Nala hanya tertawa mendengar gerutuan Aruni. "Barang lo cuman itu doang kan?" Tanya Nala saat Aruni sudah berdiri dengan tas ranselnya yang entah hanya berisi berapa pakaian.

Aruni mengangguk, lalu mengamati rumah yang akan ditempatinya nanti entah beberapa hari, pekan, atau bulan ke depannya. Yang pasti dalam hatinya, ia berdoa semoga ia betah. "Yuk." Nala membuyarkan lamunannya. Aruni mengikuti langkah wanita itu menuju teras.

Terdengar seruan tunggu dari dalam setelah Nala memencet bel dua kali tidak sabaran. Tidak lama pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita hmmm Aruni mengira umur wanita itu mendekati 35 tahun. "Eh Non Nala," seru wanita itu melihat Nala, lalu menoleh pada Aruni yang melempar senyum canggun padanya.

"Iya, Bi, ini teman aku. Namanya Arunika, dipanggil Aruni atau Uni. Kenalin. Uni, ini Bi Irni.

Masih canggun, Aruni mengulurkan tangannya pada Bi Irni. "Arunika," katanya. "Bi Irni." Bibi itu menyambut dengan ramah.

ARUNIKA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang