Setelah malam itu, hari-hari berikutnya Aruni dan Raga semakin akrab. Ternyata Raga tidak senakal yang Nala dan Bi Irni ceritakan, hanya saja memang ia sedikit nakal. Yah, sebagaimana anak pecinta alam biasanya, pulang larut, karena nongkron di sekret, mendaki gunung sana gunung sini, kata Bi Irni, dan tentunya jarang di rumah, dan kebiasaannya pulang dalam keadaan mabuk sambil menyebut nama Dara, masih pernah Aruni temui sekali semenjak hampir dua minggu ini, tapi jika Bi Irni hendak menganalisis, ia akan menemukan sedikit perubahan setelah Aruni dibawa ke rumah sakit, daripada hari sebelumnya. Jika ia melakukannya, ia akan menemukan fakta, bahwa majikannya itu lebih sering bermalam di rumah dari biasanya. Namun, sepertinya Bi Irni luput dari hal itu, mungkin karena terlalu sibuk dengan instagramnya.
Raga baru pulang setelah dua hari melakukan perjalanan naik gunung. Setelah bersih-bersih di kamarnya, ia turun ke bawah hendak makan. Tangga yang posisinya diapit dengan ruang tamu dan ruang keluarga membuat Raga berhenti saat melihat Aruni duduk di sofa ruang tamu memangku gitar. Ia melanjutkan langkahnya dan menghampiri gadis itu.
"Lo bisa main gitar?"
Aruni kaget saat mendengar suara Raga yang tiba-tiba ada di sampingnya. Ia menoleh dan menghela napas. "Lo ngagetin gue, Ga, sorry gue pake gitar lo," katanya.
Raga mengedikkan bahunya. "Pake aja." Ia mengambil tempat di samping Aruni. "Lo jago main gitar?" Ulangnya lagi dengan pertanyaannya tadi.
"Bisa, tapi nggak jago." Aruni menyandarkan gitar yang baru dipangkunya di sisi sofa.
Raga terkekeh mendengar jawaban Aruni. Ia meraih gitar yang baru diletakkan oleh gadis itu, lalu memetiknya asal.
"Suara lo lumayan bagus," komentar Aruni.
Raga mengerutkan keningnya pada Aruni. "Lo denger di mana?"
Aruni tertawa ringan. "Sorry, gue nggak bermaksud menguping, tapi gue punya telinga, dan lo juga nyanyinya pake mic, jadi jelas banget kedengaran di kamar."
"Tunggu ... lo denger waktu temen-temen gue pada bermalam?"
Gadis itu mengangguk dengan sisa tawanya. "Gue masih ingat lo nyanyi lagu Mike Mohade kalo nggak salah, Sahabat Jadi Cinta kan?"
Raga tersenyum hambar. Detik berikutnya ia teringat sesuatu. Ia pun meletakkan kembali gitarnya. "Waktu itu kita lagi main tod, dan giliran gue yang kena, gue ditantang nyanyi sama satu temen gue, Aleksa, jadi gue nyanyi deh."
Aruni mangguk-mangguk, dan memperhatikan Raga saat laki-laki itu kembali bersuara dengan tampak serius. "Dan satu lagi temen gue, Dara, nantang gue bawa cewek ke acara temen besok lusa." Raga menatap Aruni. "Lo mau nemenin gue?"
"Lo ajak gue?" Aruni menunjuk dirinya.
Raga mengangguk. "Mau yah?"
Aruni tampak berpikir. "Oh ayolah, Runi," keluh Raga. "Gue bisa aja ajak Aleksa kalo cuman buat bayar tantangannya Dara, tapi lo harus tau, Dara itu cewek yang gue naksir, tapi dia gak peka-peka. Gue mau tunjukin ke dia, kalo gue bawa cewek bukan cuma semata-mata menuhi tantangan dia, tapi gue mau_" Raga menggantung kalimatnya, ia menatap Aruni. "Lo bisa bantu gue?"
Aruni mengerti alur pembicaraan laki-laki di sampingnya kini. "Lo jadiin gue alat?"
Dengan cepat Raga menyangkal. "Bukan, tapi lo bantuin gue, mau yah?" Raga menatap Aruni penuh harap.
"Gue harus apa?" Aruni balik menatapnya.
"Lo nemenin gue ke acara temen gue besok lusa, dan lo pura-pura jadi temen deket gue," jelas Raga.
"Akting?"
Raga mengangguk. "Bisa kan?"
Aruni mengedikkan bahunya. "Anggap aja salah satu bentuk terima kasih gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA (SELESAI)
Novela JuvenilHanya kisah sederhana yang lahir dari imajinasi anak manusia. Tidak menjanjikan manfaat, tapi mengharapkan keluasan hati dari yang membacanya, agar dapat memetik satu makna saja di sepanjang alur cerita. Mohon maaf jika tokoh-tokohnya tidak terlalu...