Di dalam kamar, Zahwan menutup kitab yang baru saja dibacanya dan meletakkannya di tempat semula. Setelah menyimpan kitab tersebut tangannya tak sengaja menyenggol buku tebal miliknya hingga terjatuh.
"Astagfirullah," runtuknya. Pun kemudian pria itu memungutnya. Tapi ... benda lain terjatuh dari dalam buku tebal itu.
Zahwan menautkan alis, lantas kembali menunggu benda itu. Ketika melihat dan menyadari apa ini tanpa sadar bibirnya tertarik ke atas seperti bulan sabit.
"Maa Syaa Allah."
"Calon bidadari surga," ucapnya tanpa sadar.
Benda yang terjatuh dari buku tebalnya itu ternyata adalah foto Laila yang memakai kerudung berwarna mint dan sedang mengangkat sebuah kucing berwarna putih dengan senyuman lebar.
Zahwan ingat, dulu ia memang pernah menyimpan foto ini. Tepatnya ketika ia akan kuliah di Cairo untuk pertama kalinya, dan ia mendapatkan foto ini di jalan ketika tak sengaja bertemu gadis itu. Ia masih belum bisa mengembalikan foto ini bahkan sampai sekarang.
Jika boleh jujur, ia sebenarnya sudah menyukai Laila sejak lama, atau mungkin ia sudah mencintainya. Sejak ia SMP hingga lulus kuliah di Mesir ia masih belum bisa melupakan gadis itu. Setiap kali ia berusaha melupakan Laila, perasaan itu malah semakin menjadi saja. Bahkan tak jarang pula ia sering memimpikan gadis itu, entah apa alasannya. Mungkin pepatah itu memang benar, cinta pertama sulit dilupakan.
Zahwan mengelus foto Laila dengan ibu jarinya. Entah setan apa yang sedang merasukinya sekarang sampai-sampai matanya tak pernah lepas dari wajah cantik Laila. Bahkan pria itu dengan lancangnya mulai mendekatkan bibirnya pada benda tipis itu.
Shallallahu 'Ala Muhammad~
Shallallahu 'Alaihi Wasallam~"Astagfirullah Hal'adzim." Pria itu mengusap kasar wajahnya. Kembali meruntuki dirinya yang kelewat batas. Hampir saja ia mencium Laila secara tidak langsung tadi jika saja alarm itu tidak berbunyi.
"Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah." Zahwan terus beristigfar menyesali perbuatannya barusan. Tanpa sadar ia telah melakukan zina pikiran. "Ya Allah maafkan, hamba."
Setelah menyimpan buku dan foto itu, Zahwan melihat jam, pukul 11.48, sebentar lagi akan memasuki waktu Dzuhur. Karena tidak ingin kejadian tadi terulang, Zahwan pun memilih keluar saja dari kamar. Ia ingin segera sholat sekarang juga.
****
Sementara di tempat lain, Laila kini duduk melamun di sisi ranjangnya. Menatap ke depan dengan tangan yang menumpu dagunya.
Laila masih belum bisa menerima fakta besar ini. Fakta di mana Zahwan Hauzan Al Harits atau lebih sering ia sebut Hujan itu ternyata adalah seorang Gus. Seumur-umur ia baru mengetahui fakta ini dan ia menolak menolak untuk percaya. Rasanya tidak mungkin 'kan orang yang sering menjailinya itu anak kiyainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Laila Dan Hujan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA & JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA] Bagi orang-orang, dan khususnya para perempuan di luar sana, Gus Zahwan itu merupakan sosok yang : Ramah, Lembut, Kalem, Tinggi ilmu, Hafidz Qur'an, dan Beradab. Paket komplit untuk jadi sua...