🍁 Hidden 🍂

5.9K 825 10
                                    

Saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu ... aku seperti isim mufrod, sendiri saja
Saat itu pula aku seperti huruf, sendiri dan tak bermakna
Saat itu pula aku seperti fi'il lazim, tidak mencinta dan dicinta

Namun bertemu denganmu adalah khobar muqoddam, sebuah kabar yang tak di sangka
Yang ku mulai dengan kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid khusus untukmu dengan penuh makna

Dari sini semua bermula
Kita bagai idofah, aku mudhof dan kamu mudhof ilaih-nya.
Walaupun aku belumlah tentu menjadi mad aridh lissukun mu

Kamu ... akan ku jaga layaknya isim yang beri'rob jazm, penuh kepastian

Laila menutup lembar surat terakhir yang ia temukan akhir-akhir ini di dalam tasnya. Menghela nafas, lantas ia meyimpan beberapa lembar surat itu ke dalam laci samping tempat tidurnya.

Tanpa terasa sudah 3 bulan saja Laila berada di pesantren ini. Tiga bulan itu pula Laila habiskan dengan mengajar dan membantu keluarga kiyai. Tepat pada malam ini, Laila tidak bisa tidur. Jam telah menunjukkan angka 11 malam tapi ia masih tetap terjaga. Berbeda dengan Widia dan Haura yang sudah tidur lebih awal darinya.

Sejenak ia melihat langit-langit kamar, pikirannya terus melayang pada siapa yang terus memasukkan surat-surat itu ke dalam tasnya akhir-akhir ini?

Surat-surat itu dominan berisi ungkapan penyemangat untuknya, seperti; semangat belajarnya, jangan putus asa, jangan lupa senyum, dan sebagainya. Dan khusus untuk surat terakhir kali ini secara tidak langsung berisi ungkapan seseorang terhadapnya. Tapi masalahnya siapa orang itu? Karena di dalam surat itu sama sekali tidak ada nama pengirim ataupun bubuhan tanda tangan. Tentu saja ia penasaran sendiri.


"Apa si Hujan ya?" monolognya. Nama laki-laki itu seketika terbesit di kepalanya.

"Tapi ... kalo si Hujan 'kan nggak suka sama aku. Dia 'kan orangnya jail, mana mungkin dia nulis-nulis surat kayak gitu."

"Sadar Ila, sadar. Kamu gak boleh mikirin orang kayak dia." Laila menepuk pelan pipinya dua kali.


Karena bosan tak bisa tidur di kamar, Laila berinisiatif mencari angin saja di luar. Siapa tau setelah dia keluar ia akan mengantuk.

Baru saja akan membuka pintu, secarik kertas di bawah pintu menarik perhatiannya. Surat yang sama? Dari orang yang sama? Pikirnya. Penasaran, ia pun mengambil dan melihat isinya.

اسّلام عليكم و رحمةلله وبركته

سسغغحيا سيا منچنتي كمو ليلا زميرا

Laila Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang