Assalamualaikum...
Sebelum baca mari tekan bintang di pojok kiri layar yuk 👇
Selamat membaca️🤗
"Yang punya barang-barang ini, silahkan maju ke depan!"
"Barang siapa yang tidak mau maju dan bertanggung jawab, maka saya akan beri hukuman dua kali lipat!"
Laila menghampiri Zahwan yang berdiri di pinggir lapangan, memerhatikan Gus Adam yang tengah mengumpulkan santri dan santriwati yang melakukan kesalahan.
"Kenapa sih, Mas? Lagi ada razia ya?" tanya Laila setelah berdiri di samping suaminya.
"Iya. Dari kemarin emang udah ada razia dan beberapa santri dan santriwati ketahuan telah membawa barang yang tidak diizinkan dibawa di pesantren. Seperti handphone, make up rokok. Juga di antaranya ada yang kepergok pacaran," timpal Zahwan.
Laila mengangguk mengerti. "Kita langsung pergi aja nih, Mas?" tanyanya lantaran mereka akan pindah ke rumah mereka sendiri.
Zahwan menoleh dan bertanya balik, "Kamu udah siap?"
"Udah sih," jawab Laila sedikit ragu.
Zahwan lalu meraih tangan Laila untuk digenggamnya. "Yaudah ayo, kita pamitan dulu ke Abi."
Sebelum mereka melangkah, Laila menahan tangan suaminya. "Tapi, apa Mas nggak ikut bantu Gus Adam?"
"Masih ada dewan santri yang lain yang menangani mereka, La. Untuk besok, kita masih bisa ke sini lagi seperti biasa. Lagian jarak rumah kita pun nggak terlalu jauh," jelas Zahwan.
Mengerti, Laila kemudian menurut saja kala Zahwan menuntunnya menghampiri Abi Abdurrahman dan Ummi Khadijah.
"Bi, Mi, Zahwan sama Laila berangkat ya," ucap Zahwan seraya menyalimi kedua orangtuanya. Tak lupa juga diikuti Laila setelahnya.
"Hati-hati A', Ummi tunggu kabar baiknya. Iya nggak Bi?" timpal Khadijah sambil melirik suaminya.
Kiyai Abdurrahman lalu mengngguk. LIya lah, Mi."
"Kalau gitu doain aja Mi, Bi," timpal Laila.
"Ummi sama Abi selalu doain kalian," balas Khadijah.
Zahwan dan Laila kemudian menghampiri Ning Maryam yang duduk tak jauh darinya. "Mbak, kita mau angkat kaki nih," ucap Zahwan dengan sedikit candaan sambil menangkupkan tangannya pada kakak iparnya itu.
"Bisa aja kamu, A'. Jagain terus istri kamunya ya?" pesan Ning Maryam seraya tertawa pelan.
Zahwan mengangkat kedua jempolnya. "Itu mah pasti, Mbak. Salamin ya ke Mas Adam kalo Zahwan pergi, kayaknya dia sibut banget."
Ning Maryam mengnaggukkan kepala menimpalinya.
Setelah berpamitan dengan keluarganya, Zahwan dan Laila kemudian beranjak dari sana. Namun, baru saja lima langkah mereka berjalan meninggalkan teras pendopo, sebuah lengkingan suara menggema di telinga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laila Dan Hujan
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA & JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA] Bagi orang-orang, dan khususnya para perempuan di luar sana, Gus Zahwan itu merupakan sosok yang : Ramah, Lembut, Kalem, Tinggi ilmu, Hafidz Qur'an, dan Beradab. Paket komplit untuk jadi sua...