🍁 Tersesαt 🍂

5.4K 807 18
                                    

Jangan lupakan vote dan komennya ya 🐔

"Ustadzah, biar Ila aja yang beli ikan sama dagingnya ya, biar cepet," ucap Laila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ustadzah, biar Ila aja yang beli ikan sama dagingnya ya, biar cepet," ucap Laila.

Kini, gadis itu tengah berada di pasar tradisional yang ada di daerah Jakarta bersama Ustadzah Saudah untuk membeli sayur dan daging untuk acara milad pesantren sekaligus khaul Ayah dari Kiyai Abdurrahman yakni Almarhum Kiyai Abdullah bin Halim. Dan sekarang, mereka sedang berada di tempat yang menjual berbagai sayuran.

"Yaudah. Nanti kalo udah selesai kamu tunggu di pintu keluar aja ya, nanti Ustadzah ke sana."

"Iya, Ustadzah. Kalo gitu Ila langsung aja, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Laila beranjak mencari penjual ikan dan daging yang tempatnya sedikit masuk ke dalam. Membeli beberapa kilo ikan dan daging yang akan dibutuhkan untuk membuat makanan besok. Sekitar 15 menit membeli ikan dan daging, akhirnya Laila sampai juga di samping pintu keluar seperti pesan Ustadzah Saudah tadi. Dia menunggu Ustadzah Saudah di sana sambil sesekali mengobrol dengan penjual buah yang ada di dekatnya.

Lama mengobrol, tak terasa dua puluh lima menit terlewati begitu saja, namun, Ustadzah Saudah belum juga menemuinya. Bahkan adzan Dzuhur sepertinya sudah terdengar sepuluh menit yang lalu.

"Coba aja Neng di telfon sodaranya, biar kalo ada apa-apa bisa tau. Biar Eneng juga bisa cepet pulang," saran Penjual buah.

"Tapi saya nggak bawa handphone, Bu."

"Oalah, kalo gitu pakai HP anak saya aja." Penjual memberikan ponsel sederhananya pada Laila. "Monggo, Eneng tau 'kan nomornya?"

Sebelum Laila menerima ponsel penjual itu dia menggeleng.

"Tahh eta. Kalo sodara Enengnya udah pulang gimana? Gih, Eneng pulang aja dulu."

Laila berpikir sejenak. "Tapi kalo saya nanti dicariin gimana?"

"Kalo ada yang nyari Eneng nanti Bibi bilang kalo Eneng udah pulang. Eneng ndak usah khawatir," bujuk penjual buah itu.

"Kalo gitu saya pulang ya, Bi, makasih udah nemenin tadi," ucap Laila dengan seulas senyum tulus.

"Iya, Neng. Sama-sama."

Setelah Laila pamit dengan penjual buah itu, ia kemudian berjalan di pinggir jalan, menyetop satu angkot yang lewat untuk ia tumpangi. Kurang lebih 15 menit di dalam angkot, angkot itu tiba-tiba berhenti di pinggir jalan sebuah perempatan jalan.

Laila Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang