🍁 After Mαrried 🍂

7.5K 840 33
                                    

Ba'da Dzuhur, Gus Zahwan dan Laila keluar dari kamar mereka dengan keadaan yang serasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ba'da Dzuhur, Gus Zahwan dan Laila keluar dari kamar mereka dengan keadaan yang serasi. Laila dengan gaun putih sederhananya, dan Gus Zahwan dengan gamis putih dengan sentuhan warna emas di beberapa sisinya. Sebuah kofiyah yang memperindah kepala Gus Zahwan. Serta sebuah sorban juga tersampir di bahu kirinya. Mereka kini telah siap melakukan resepsi.


Melihat sang istri sedikit kesusahan dengan gaunnya, Gus Zahwan pun sigap membantu. Ia menyingkap bagian bawah gaun Laila agar gadis itu mudah berjalan. Namun tidak sampai memperlihatkan kakinya.

"Bisa enggak jalannya?"

"B-bisa, Gus."

"Yakin? Kalo enggak bisa biar saya gendong," tawar Gus Zahwan dengan seulas senyum geli.

"E-enggak perlu, Gus. Aku bisa kok," tolak Laila cepat.

"Pelan-pelan saja, Laila. Jangan terburu-buru," peringat Gus Zahwan.

Tak beberapa lama, mereka pun lalu akhirnya sampai di pelaminan. Namun, sebelum duduk di singgasananya, Zahwan dan Laila lebih dahulu duduk di tempat yang sebelumnya Gus Zahwan gunakan ketika ijab qobul untuk menanda tangani surat-surat nikah mereka terlebih dahulu. Juga setelahnya ada pembacaan surah Ar-Rahman oleh Gus Zahwan sebagai salah satu mahar yang diminta Laila ketika itu.

Sebetulnya, Laila meninta mahar ini 30 juz, tapi Laila juga meminta kalau hanya surah Ar-Rahman sajalah yang dibacakan di depan para saksi. Selebihnya nanti di hadapan gadis itu secara langsung.

Gus Zahwan memegang mikrofon dengan santai.

"Bismillah Hirrahman Nirrahiim." Gus Zahwan menarik nafas sejenak sebelum memulai. "Ar-Rahman ... 'Allamal Qur'aan."

Laila meraba dadanya. Jantungnya kembali berpacu tak karuan. Suara Gus Zahwan mampu menggetarkan hati dan jiwanya. Suaranya benar-benar lantang dan juga tersirat kembutan di dalamnya.

Bahkan, Laila sampai kembali mengeluarkan air mata saking terharunya.

"Fabiayyiaalaa Irobbikumaa Tukaddzibaan."

Dua keluarga yang kini telah menjadi besan itu juga saling menebar senyum hangat dan haru. Kiyai Abdurrahman dan Ayahnya Laila saling tersenyum. Dan Ummi Khadijah serta Bundanya Laila saling berpelukan.

Efek suara Zahwan ternyata bukan hanya pada Laila saja, melainkan kepada keluarga dan tamu undangan yang hadir dalam acara ini.

"Tabaarokasmu Rabbikadiljalaali Walikroom."

"Shodaqallahul 'Adziim." Setelah selesai, Gus Zahwan meletakkan mikrofonnya di atas meja. Menoleh pada istrinya, lalu tersenyum hangat.

Lalu setelah itu ada acara sungkeman, setelahnya, mereka pun kemudian naik ke atas pelaminan. Duduk di atas singgasana mereka dengan malu-malu. Disambut tamu undangan yang datang untuk bersalaman memberikan doa kepada mereka.

Laila Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang