🍁 Pesαntren 🍂

9.8K 1K 7
                                    

Flashback*___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback*
___________

"Kamu yakin sama keputusan kamu?"

Yang ditanya kemudian mengangguk. "Ila yakin, Bun."

"Sayang banget loh beasiswa kamu kalo nggak dipake, tapi Bunda juga nggak bisa maksa kamu kalo kamu cuma mau kuliah sampai sini," terang Bundanya lantaran putrinya memiliki 2 tawaran beasiswa S2 dari kepala sekolah kampusnya. Dan salah satunya untuk belajar di luar negeri.

Laila Zamira, putri tunggal Muhammadun Fatur dan Kiara Eliza itu sebenarnya baru saja lulus serta mendapatkan gelar sarjana sepekan yang lalu. Dan hari ini, gadis itu tengah meminta izin kepada orang tuanya untuk memulai bekerja saja.

"Iya juga sih." Laila mengangguk membenarkan. Lalu terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan. "Tapi Ila beneran yakin sama keputusan Ila, Bun."

"Kalo kamu memang udah yakin, Bunda mah setuju-setuju aja selama kamu nyaman dan nggak membebani kamu. Kalo Ayah gimana, Yah?" Kiara menatap suaminya meminta pendapat.

"Ayah juga enggak bisa maksa kamu, Sayang. Jadi, kalo kamu mutusin berhenti kuliah sampe S1 aja kamu bakal ngapain lagi? Kerja di perusahaan Ayah? Atau kerja di tempat lain? Atau ... mau langsung nikah aja?" timpal Fatur. Pria itu memang tidak terlalu mengekang putri semata wayangnya lantaran saudara-saudari Laila kebanyakan lulusan sampai S3. Ada yang menjadi dokter, guru, pilot dan pramugari.

Laila tertawa geli mendengar ucapan Ayahnya. "Yakali sih, Yah kalo Ila nikah sekarang. Jangankan nikah, calon aja belum ada. Yang pasti Ila kerja dong, Yah. Cuman ... Ila nanti kerjanya bukan di tempat Ayah, Ila mau ngajar anak-anak madrasah di pondok Abi Rahman aja.  Ila mau belajar ilmu agama lebih dalam lagi sekaligus tambah pengalaman. Boleh 'kan, Yah?"

"Boleh dong, sayang. Ayah akan selalu dukung keputusan kamu selama itu dalam kebaikan. Enggak sia-sia juga Ayah pondokin kamu ke sana." Fatur mengelus kepala Laila dengan sayang. Karena sebelumnya, Laila memang pernah menjadi seorang santri di sebuah pondok pesantren Darul Ilmi.

"Tapi kamu nanti bakal tinggal di pondok atau pulang?"

"Ila tinggal di pondok aja, Yah. Lagian di sana masih ada temen Ila juga."

"Ila mau berangkat kapan ke pondoknya? Biar Ayah bisa kasih tahu dulu Kiyai Rahman-nya," tanya Kiara kemudian.

"Lusa Bunda. Lebih cepet lebih baik. Kangen juga sama Ummi," balas Laila dengan semangat.

"Anaknya dikangenin enggak?" goda Fatur.

Sementara Laila mengerutkan dahi, berfikir siapa yang Ayahnya maksud. "Siapa, Yah? Gus Adam? Dia 'kan udah punya anak sama istri, Yah. Masa Ila ngangenin suami orang."

Laila Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang