Mon maap telat, seharuanya semalem up, tapi malah molor 😤😴
Yok, selamat membaca🔥🔥
Laila masuk ke dalam kamar dan meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas. Ia baru saja membuat bubur dan teh hangat untuk Zahwan. Suhu tubuh suaminya itu kini sudah sedikit turun walau masih sedikit menghangat.
"Ayo makan dulu, Mas duduk gih," kata Laila sambil membantu Zahwan duduk. Dia meletakkan dua bantal di belakang tubuh Zahwan agar nyaman.
"Suapin kan?" tanya Zahwan, menatap Laila sambil menahan senyum.
"Hm." Laila hanya bergumam.
Zahwan tersenyum lebar, lantas dia membuka mulutnya kala Laila mulai menyuapinya.
"Berasa punya bayi, Ya Allah," gumam Laila. Zahwan yang bisa mendengar itu banya tertawa pelan.
***
Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa sebulan berlalu begitu saja. Seperti biasanya, setelah Dzuhur Zahwan dan Laila baru saja pulang dari pesantren karena keduanya sama-sama mengajar di sana. Sebenarnya Zahwan juga punya pekerjaan lain di luar pesantren, hanya saja karena dia laki-laki yang cukup senang dengan anak-anak dia selalu menyempatkan diri untuk mengajar di pesantren.
Setelah mandi, Zahwan kini tengah berkutat dengan laptopnya di ruang kerja. Pekerjaannya di luar pesantren kini sedang banyak-banyaknya. Di karenakan David—sekretarisnya sedang sakit, dia harus mengurus sendiri pekerjaanannya yang lebih banyak dari biasanya. Karena ia tidak mungkin memaksakan David untuk mengerjakannya.
Sementara di lain tempat—tepatnya di dalam kamarnya, Laila kini terlihat tengah murojaah sembari menambah hafalannya. Jujur, itu susah-susah gampang untuknya. Karena tak jarang juga ia sering lupa hafalan sebelumnya karena terlalu fokus menghafal hafalan lain. Jadi ia harus disiplin dalam menambah ataupun mempertahankan hafalannya.
Sekitar 30 menit berlalu, Laila lalu menutup mushafnya. Ujung matanya melirik jam, pukul 15.02 WIB. Sebentar lagi akan masuk waktu Ashar. Lantas ia bangkit dan beranjak ke ruangan kerja suaminya. Baru saja membuka pintu, terlihat kalau suaminya itu sedang sibuk. Perlahan, Laila menghampiri dan menyentuh pundak suaminya.
"Mas."
"Hm."
"Udah masuk Ashar, Mas nggak ke masjid?" tanya Laila. Karena biasanya sesibuk apapun urusannya, Zahwan selalu menyempatkan diri untuk sholat di masjid. Karena baginya, sholat berjamaah di masjid jauh lebih utama dari pada berjamaah di rumah.
Zahwan melirik jam, di detik itu juga di beristigfar. "Astagfirullah, Saya hampir lupa. Makasih udah diingetin sayang."
Zahwan bangkit dan mengecup kepala Laila sekilas. Dia lalu buru-buru mengganti kaosnya dengan baju koko. Sementara Laila menyiapkan sajadah untuk Zahwan bawa. Setelah rapi, Zahwan kemudian berpamitan dengan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laila Dan Hujan
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA & JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA] Bagi orang-orang, dan khususnya para perempuan di luar sana, Gus Zahwan itu merupakan sosok yang : Ramah, Lembut, Kalem, Tinggi ilmu, Hafidz Qur'an, dan Beradab. Paket komplit untuk jadi sua...