Hari ini aku hanya berdiam diri dikamar. Bosan tapi aku tidak tau ingin berbuat apa untuk menghilangkan rasa bosan ini. Rencana Piknik Kita bertiga terpaksa Gagal, bukan hanya karena masalah Aku dan Kaira yang kena hukuman, tapi Juga Karena Keano sedang Pergi Ke rumah orangtuanya.
Tentang Studythur kami, akan dilaksanakan Seminggu lagi, meskipun kami sudah lulus sekolah tapi kegiatan itu akan tetap di laksanakan.
Aku menghempaskan tubuhku keatas kasur, bersamaan dengan itu pintu kamar ku terbuka, menampilkan kakakku yang langsung masuk begitu saja kedalam kamarku, tanpa menunggu aku mengizinkannya.
Aku masih dalam posisi yang sama, aku hanya menatap Fanya dengan Malas, "kenapa kau kesini?" Tanyaku.
Fanya duduk di sampingku, menaikan sebelah alisnya, "Kenapa?, Gak boleh?" Tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku menatap atas.
"Ih, gitu aja gak boleh!" Kesalnya sambil memukulku menggunakan Bantal yang ada disampingnya, untung saja aku bisa menghindarinya jadi tidak kena.
Aku duduk disebelahnya, menatap wajah kakakku yang menurutku lucu jika sedang kesal, membuatku terkekeh kecil.
"Kalo gak boleh, kenapa kakak masih disini?" Ujarku sambil bertanya padanya.
Fanya menatapku, "eh iya juga ya".
"Nah kan, kau terlalu bodoh, gitu saja tidak bisa paham, harusnya kau paham jika aku tidak mengizinkan mu kesini, sudah ku usir kau kak" ucapku, sambil menatapnya malas.
"Enak saja kau, memanggilku bodoh!"
"Emang kau bodoh"
"Terserah mu saja"
Setelah itu tidak ada percakapan diantara kami, keadaan kamarku hening, namun tiba-tiba Pertanyaan dari Kakakku, Fanya, membuatku Kelimpungan sendiri mencari jawaban.
"Oh iya kar" panggilan.
"Hmm"
Fanya menatapku dengan lekat, "kau dan kaira sudah di jodohin, 'kan?" Tanyanya.
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan itu, Karena itu memang benar, jika aku dan Kaira telah di jodohkan.
"Jadi kau menerima Perjodohan ini?" Tanya Fanya penasaran.
Aku menatapnya dan menggelengkan kepalaku, pertanda tidak tahu, "Nggak tahu" jawabku.
Fanya menatapku bingung, "loh kenapa begitu?"
"Iya aku masih ragu saja, lagipula usiaku baru akan menginjak sembilan belas tahun, aku juga belum bisa untuk menerima tanggung jawab besar seperti menjadi suami, dan juga aku dan Kaira, masih ingin menikmati masa muda kami, juga mengejar cita-cita kami" balasku.
Memang benar aku belum terlalu siap untuk menerima tanggung jawab besar ini, aku juga tidak ingin terburu-buru soal pernikahan, aku hanya ingin mengejar cita-citaku, dan menjadi anak kebanggaan Kedua orangtuaku.
Fanya menatapku dan mengangguk, "Kau benar juga kar, lagipula aku juga belum siap jika Nanti ada yang memanggil ku Tante" ucapnya sambil tertawa.
Aku hanya memandang kakak perempuan ku satu-satunya itu dengan heran.
"Pikiran mu terlalu jauh" Ujarku.
Suara Tawa Fanya mulai reda, Dia kembali menatapku, "Kau pasti merindukan kaira?" Tanyanya sambil menggoda diriku.
Aku mengangguk, iya memang benar aku begitu merindukan gadis Cerewet itu, aku bahkan sangat merindukannya.
"Kasihan Yaa, Yang tidak boleh bertemu" ujar Fanya lalu tertawa mengejekku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARTIK |Tentang kita| [End]
Teen Fiction--- Menyembunyikan perasaan itu kepadanya adalah salah satu cara untuk mempertahankan Persahabatan kami. -Kartik- --- Benar kata orang "jika laki-laki dan perempuan itu tidak bisa murni menjalin persahabatan tanpa melibatkan perasaan" Awalnya aku b...