"𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐧𝐜𝐮𝐥 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧"
Diharapkan untuk follow sebelum membaca.
"Ayah akan menjodohkan kamu."
Tak pernah Adinda berkepikiran akan dijodohkan oleh ayahnya dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali.
Namun d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
●●●
Malam pun tiba, Dinda belum sadar sedari pingsan tadi. Gevan baru saja mengabari Zhea, Jayden dan orang tua Gevan sendiri.
Kini Gevan berada di dalam ruangan Dinda, ia terus diam di samping Dinda sembari menunggu Dinda bangun dari pingsannya.
Beberapa menit berlalu, Zhea dan Jayden baru saja sampai di rumah sakit Gevan dan Dinda berada. Mereka langsung masuk menuju kamar yang sudah Gevan beritahu.
Cklek..
Zhea membuka pintu kamar yang di dalamnya ada Gevan dan Dinda lalu menutupnya lagi dan menghampiri Dinda yang masih terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.
"Dinda kenapa bisa begini Gevan?" tanya Zhea.
"Saya kurang tau lebih bun, tapi sepertinya ada yang sengaja melukai Dinda" jelas Gevan.
Mendengar itu Zhea membuang nafasnya kasar.
"Lo tau siapa pelakunya?" tanya Jayden sembari terus mengelus rambut Dinda.
"Saya belum menemukan identitas orang itu"
"Yaudah, gue minta tolong sama lo buat bener-bener jagain Dinda. Jangan sampai dia kayak gini lagi" ujar Jayden.
Gevan hanya menganggukan kepalanya.
"Bun bisa nitip jaga Dinda dulu? Saya ada urusan sebentar orang tua saya juga sedang di perjalanan menuju kesini" ucap Gevan.
"Iya nak"
Gevan pamit pada Zhea dan Jayden lalu pergi keluar meninggalkan area rumah sakit.
Di dalam mobil, Gevan mengambil handphonenya untuk menelfon seseorang.
"Cari identitas orang yang sudah melukai istri saya DETAIL!" ucap Gevan.
"Ya pak, saya akan berusaha sedetail mungkin"
Telfon pun dimatikan sepihak oleh Gevan, kini Gevan memutuskan untuk pergi ke kantornya.
Sesampainya di kantor, ia langsung masuk ke ruangan pribadinya. Namun seseorang menghalangi jalannya.
"Selamat malam pak Gevan!" ucap Siska sembari berdiri di depan tubuh Gevan dan tersenyum.
Gevan hanya menatap Siska datar tanpa mau membalas ucapan selamat malamnya itu.
"Diem aja pak, lagi badmood ya? Mau saya buatin teh hangat atau coffe ngga?" ujar Siska.