33

20.2K 933 69
                                    

Flashback on

"Mocca kesukaan lo" ujar Aldo seraya mengulurkan secangkir kopi untuk Renan.

"Thanks" ucap Renan sembari menerima cangkir itu. Mereka sekarang tengah berada di sebuah Kafe. Tidak ramai, hanya mereka dan dua pengunjung lainnya.

"Tumbenan ngajak kesini Do. Lo mau bicarain sesuatu?" tanya Renan setelah menyeruput kopinya.

"Enggak. Gue cuma kangen aja kita meet kaya gini, ya lo ingat-ingat sendiri aja kapan terakhir kita nongkrong" Renan terkekeh mendengar penjelasan Aldo. Memang benar adanya, terakhir mereka nongkrong beberapa bulan yang lalu.

"Semenjak sama Leesya gue liat-liat lo agak kurusan deh. Gak dikasih jatah mingguan ya Nan?" gurau Aldo mendapatkan hadiah berupa sentilan maut didahinya.

"Sakit njing!"

"Omongan lo ngaco makanya jomblo. Nikah gih, biar ngrasain enaknya jatah mingguan" kata Renan disusul kekehan ringan.

"Gue belum nemu yang setia" balas Aldo menekan kata setia yang sangat jelas. Hal itu lagi-lagi mendapatkan sentilan didahinya.

"Sakit bege!! Sekali lagi lo nyentil dahi gue jangan harap tangan lo utuh!"

"Santai elah ngegas mulu perasaan, pms lo?" Renan mengangkat alis sebalah menatap heran pada sahabatnya itu.

"Btw gue jadi ngantuk banget. Padahal minum kopi loh ini" Renan terus saja menguap. Sepertinya ia sangat terkantuk-kantuk terbukti dengan matanya yang memerah dan wajah yang lesu.

"Yaudah pulang gih"

"Tolong sopirin gue Do, ngantuk banget ini" Renan langsung menyerahkan kunci mobil begitu saja. Aldo geleng-geleng kepala, sifat seenaknya ternyata belum hilang dari diri Renan.

Akhirnya mereka berjalan ke area parkiran. Setelah menemukan mobilnya mereka pun lantas masuk.

"Eh iya, lupa gue" Aldo segera mengambil sebuah map dari dalam tas kerjanya. Map berwarna kuning itu langsung diserahkannya kepada Renan.

"Ini berkas yang belum lo tanda tanganin" tutur Aldo seraya menyerahkan bolpoin. Renan menoleh sekilas.

"Berkas apa?" Renan agak menyipitkan mata untuk meneliti isi berkas itu. Karena sangat mengantuk Renan hanya membaca sekilas saja.

"Baca sendiri" Aldo menyalakan mobil kemudian melajukannya. Renan memagut, tanpa berlama-lama ia menyoretkan tinta bolpoin membentuk tanda tangannya.

"Nih udah. Gue mau tidur" setelah menyerahkan kembali kepada Aldo, Renan langsung memposisikan diri untuk tidur. Aldo menerimanya, terlihat senyum smirk muncul dari bibirnya.

***

Aldo memutar-mutar sebuah kotak kecil berwarna putih ditangannya. Sembari melihat view jalanan Kota dari balkon kamar apartemennya, bibir Aldo tak henti-hentinya menyunggingkan senyum kemenangan.

"Renan... Renan asal lo tau kopi kesukaan lo udah gue campur sama obat tidur"

Beralih mengambil map dan membuka isinya. Aldo menganalisa terlebih dahulu kemudian melepas kertas penutup. Sebenarnya Renan tadi membaca berkas palsu. Untung saja obatnya sangat berpengaruh jadi lelaki itu tidak terlalu teliti jika surat ini bertumpuk dua.

"Sebentar lagi lo bebas Na, dan gue jamin hidup lo akan lebih bahagia setelah cerai dari Renan"

Flashback off

Bruaakk!!

Aldo terhempas kebelakang hingga punggungnya menabrak meja dengan sangat keras. Renan mendekat lalu mencengkram kerah kemeja Aldo kuat-kuat hingga otot-otot tangan tercetak jelas.

"BANGSAT LO!!" lagi, Renan meninju wajah Aldo hingga muncul beberapa lebam berwarna biru keunguan. Tak hanya itu Renan juga menjambak dan menendang betis Aldo sangat kuat hingga menciptakan robekan berdarah.

Bak seorang yang sedang kesetanan, Renan menghajar Aldo tanpa ampun seperti lupa bahwa Aldo adalah kawannya.

"Gue gak nyangka kalau LO!! LO NUSUK GUE DARI BELAKANG ANJING! BANGSAT!! LO JUGA YANG BUAT GUE TANDA TANGAN DI ATAS SURAT PERCERAIAN GUE SAMA ILONA!!! LO HARUS MATI ALDO!!!"

Bug

Bug

Bug

Sudah tak memiliki daya sedikitpun, Aldo terkapar dengan beberapa bagian tubuh dipenuhi luka berdarah dan juga wajah yang dipenuhi banyak memar. Kedua sudut bibir serta kedua lubang hidungnya mengeluarkan darah segar.

Aldo pasrah, karena pada dasarnya ia tak bisa bela diri jadi yang bisa dilakukan sekarang hanyalah berdoa semoga nyawanya selamat.

Melihat Aldo sudah terkulai dengan keadaan yang buruk, Renan menghempasnya dan memilih untuk pergi dari apartemen itu.

Hingga sampai di parkiran ia langsung masuk kedalam mobil namun sampai beberapa menit kemudian belum juga menghidupkan mesin. Renan menghembuskan napas kasar lalu mengeluarkan ponsel untuk menelfon.

"911 cepat datang ke Apartemen Cendana lantai 32 ada korban kekerasan!"

Tut

Renan melemparkan ponselnya ke kursi belakang tanpa berlama-lama lagi akhirnya ia menghidupkan mesin dan pergi dari kawasan apartemen Aldo.

"Gue kira lo emang sahabat gue Do, ternyata lo musuh dalam selimut"

**********

Alhamdulillah end

Hehe canda bestieee, ini masih part 33 konflik belum selesai. Huhu doain aja cerita ini segera selesai dengan ending yang sempurna.

Terimakasih atas semangat dari kalian buat author. Ga nyangka banget ternyata banyak yang suka sama cerita ini.

Semoga kedepannya bisa lebih rajin update lagi. Thank you

See uuu

The Wife (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang