Pemberitahuan 🎤
-Cerita sudah banyak revisi alur, mohon maaf jika tidak sama dengan sebelumnya.
- Cerita ini murni dari imajinasi saya, jika terdapat beberapa kesamaan nama tokoh dan tempat tidak disengaja.
- Tidak suka dengan ceritanya langsung...
Renan sedang berada di belakang rumah megah mertuanya. Lebih tepatnya duduk di gazebo kecil sembari menatap taburan bintang yang menghiasi langit malam. Sangat indah, pantas saja Ilona suka memandang bentangan cahaya-cahaya itu.
Senyumnya mengembang tatkala otaknya mengingat percikan memori dimana ia menikahi Ilona satu tahun yang lalu. Renan menghidupkan ponselnya lalu membuka galeri. Jemari besarnya terus menscroll hingga sampai di salah satu foto tujuannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cantik" pujinya lembut seraya mengusap foto itu.
Renan mematikan ponselnya, meletakkannya di atas dada, dan memejamkan mata sejenak untuk tidur.
Ketika dia memasuki alam mimpi, dia menemukan dirinya berada di tengah hutan pinus yang luas, mirip dengan wisata di Jogja kala itu. Tiba-tiba suara lembut terdengar di belakangnya, "Apakah kamu merindukannya?"
Renan berbalik dan melihat seorang Kakek dengan senyuman hangat di wajahnya.
"Kakek? Apa yang Kakek lakukan di sini?"
"Aku sedang mengunjungi cucuku" jawabnya. Kakek berdehem sejenak sebelum memulai percakapan.
"Kamu sedang memikirkannya?"
"Tentu, seorang suami berhak memikirkan dan merindukan istrinya" balas Renan lugas. Kakek itu tertawa renyah.
"Apa kata-kata ku terdengar seperti lelucon?" tanyanya polos.
"Kamu benar-benar sangat berani nak"
"Asal Kakek tau, aku berhasil mendapatkan keduanya." ucap Renan menyunggingkan senyum bangga. Kakek itu geleng-geleng kepala melihat tinggah lelaki muda di hadapannya.
"Serakah" Renan semakin tersenyum lebar atas ucapan Kakek tua itu.
"Terimakasih pujiannya Kek, aku sangat menyukainya"
"Tunggu. Aku merasa ada yang janggal. Kakek seolah tahu semua hal tentang kisah cinta yang sedang ku jalani? Siapa Kakek sebenarnya?" Renan bertanya penuh selidik.
Kakek itu tergelak sampai ujung matanya mengeluarkan air mata. "Oh, ya Tuhan"
"Namaku Hans, apa keluargamu tak mengatakan sesuatu tentang orang tua mereka?"
"Tidak, keluarga saya tidak pernah mengatakan apapun tentang Kakek Hans"
Kakek Hans hanya diam seraya tersenyum dan perlahan tubuhnya menghilang bersamaan dengan tepukan pelan yang membawanya keluar dari alam mimpi. Renan terbangun dari tidurnya, matanya mengerjab menyesuaikan cahaya lampu.
Leesya membingkai wajah suaminya dengan kedua tangannya. "Sayang kok tidur disini?" Renan tak menyahuti ia masih mencerna mimpi yang terasa sangat nyata itu.
"Renan"
"Hm, kenapa Sya?"
"Ngelamun terus mikirin apa sih?"
"Enggak kok"
"Bener?" Renan mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah kita masuk yuk udah malem" Leesya menggapit lengan serta menyenderkan kepalanya di bahu kokoh suaminya itu.
*** Pagi-pagi sekali hujan deras mengguyur Kota Yogyakarta. Selaras dengan munculnya aroma tanah yang sangat khas. Ilona sangat menyukai bau ini, sederhana memang tapi entah kenapa aromanya begitu menenangkan hatinya. Ilona menghirup udara bercampur bau kesukaannya itu dalam-dalam. Terasa sejuk.
Ilona dan bayinya sudah berada di rumah. Bayi lelaki dengan pipi gembul itu sangat sehat sehingga mereka tak harus berlama-lama di rumah sakit. Sungguh Ilona sangat beryukur dengan kelahiran putra pertamanya itu.
Sekarang bayi bernama panggilan Adnan sedang menangis sebab kehausan. Ilona tersenyum seraya mengambil anaknya dari dalam box bayi untuk diberikan ASI.
"Anak Mama laper ya?" Ilona memangku baby Adnan lalu menyusuinya. Bayi itu terlihat sangat lahab.
"Lahab banget sih sayang, pelan-pelan nggak ada yang mau ngambil kok. Ini semua punya kamu" Ujar Ilona pada baby Adnan.
Tok tok tok
Cklek
Bi Mirna datang dengan membawa nampan berisi susu dan sandwich. "Taruh di meja sofa ya Bi" perintah Ilona. Bi Mirna pun mengangguki dan menaruh bawaannya di meja sofa.
"Aduh, aduh Aden ganteng pagi-pagi udah sarapan aja" Goda Bi Mirna seraya mendekat. Baby Adnan terlihat melebarkan senyum sembari berkedip-kedip tanpa melepas sumber kehidupan di mulut mungil nan merahnya. Ilona ikut tersenyum melihat itu.
"Oh iya Bi, Mama sama Papa belum bangun ya?" tanya Ilona.
"Bibi belum lihat Tuan sama Nyonya, Non. Palingan juga masih tidur" jawab Bi Mirna. Ilona mengangguk, setelah itu Bi Mirna pamit ke bawah untuk masak.
Drrt drrt
Ilona meraih ponselnya di atas nakas, terlihat sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
+6283456712** Skrng Renan udh jadi Milik gue. Gue harap Lo ceraikan dia secepatnya.
Ah, Ilona tau siapa pengirim pesan ini. Siapa lagi kalau bukan Leesya. Dan apa katanya? Milik? Oh, jadi mereka sudah menikah? Dan apa itu yang terakhir, cerai?
Me Ambil! Gue ga butuh.
Ilona melemparkan ponselnya ke kasur. Tatapannya beralih pada wajah imut baby Adnan yang telah memejamkan mata.
----- Sumpah ini otak udah kopong ga bisa mikir lagi😫 Maap ya kalau kurang greget nanti author revisi lagi
Jangan lupa vote dan komen See u next chapter Baiii