12 ~ Biang Onar

476 122 107
                                    

Aku tahu kamu tidak menyukainya
Asal kau tahu aku juga begitu
Tapi tindakanmu kali ini keterlaluan
Dasar Biang Onar menyebalkan


~ Fenly

Semenjak Mavin kembali menjalani rehabilitasi aku makin bingung dan berjalan tanpa arah, aku hidup tapi seperti tidak memiliki pengangan, sejak kecil aku terbiasa dengan kehadiran dan perhatian dari Mavin, jadi tanpa adanya Mavin yang tak bisa lagi ku kunjungi setiap saat lagi, aku jadi tak mengerti harus kemana mencari perlindungan.

Semenjak itu pula penyakitku sering kambuh, bukan hanya obat kini setiap Minggu aku wajib menjalani konsultasi dengan psikiater, sedih dan kecewa dengan diriku sendiri, jadi apa yang Mavin katakan bisa terjadi ? Aku mungkin bisa saja gila, iya kan ? Argh menyebalkan.

Aku menoleh kedepan dimana aku melihat seorang pria yang tampak duduk di depanku sambil tersenyum manis, ia menyerahkan satu kotak coklat padaku, aku masih saja menatapnya bingung, mau apa lagi pria ini ?.

" Fen... Mau ya jadi temen gue. Kali ini gue ngga liat Lo sebagai kovel tapi sebagai Lo, sebagai Fenly dan coklat ini sebagai tanda permohonan pertemanan dari gue... Mau ya "

" Fik... Gue mau jadi temen Lo tapi gue ngga mau debat sama Fajri apalagi Zweitson... Gue ngga suka mereka bilang macem-macem ke kak Shandy "

" Kenapa harus peduli sama komen orang lain sih Fen ? Kalau mereka ngomong macem-macem biar gue yang jelasin ke bang Shan... Intinya gue mau jadi temen Lo dan gue maksa "

" Gue ngga suka dipaksa Fik "

" Tapi gue ngga suka ditolak Fen... Nih makan coklat dari gue.... Coba... Aaaaa... " Kata Fiki sambil mencoba menyuapi ku dengan coklat yang tadi ia bawa

" Ngga mau Fik "

" Coklat bisa nurunin kadar stress lho Fen, mau ya... Pesawat datang... Aaaaaa..... " Kata Fiki lagi yang buatku menggelengkan kepala tapi akhirnya memilih untuk menerima suapan darinya

" Iya tapi gue stress sama kelakuan Lo yang begini nih "

Fiki hanya tertawa sambil menatapku, ya sebenarnya tidak ada yang salah dengan Fiki, dari dua temannya Fiki memang tampak lebih menyenangkan, dia juga tidak pernah mengatakan kalimat pedas padaku.

" Fik gue boleh tanya ngga sama Lo ? " Tanya ku yang kini mulai menikmati coklat pemberian Fiki

" Tanya apa Fen ? "

" Fenly yang sering Lo panggil kovel itu gimana sih orangnya ? "

Fiki tampak berfikir sejenak, kemudian tersenyum tipis sekali padaku.

" Huuuffff...  Kovel, dia anak yang baik, baik banget malah... Dia ngga suka berantem, dia sayang sama semua orang bahkan musuhnya, dia perhatian, dia lucu, dia suka main musik, dia suka batagor, dia suka coklat, dia suka aroma paper mint dan dia juga suka berada di sekeliling orang yang sayang sama dia, sebaliknya orang lain pasti seneng ada dideket Kovel "

" Semua orang sayang sama Kovel, kadang gue iri sama dia, tapi setelah gue kenal sama Kovel gue jadi pengen punya kakak kaya dia. Gue sayang sama Kovel, banget malah tapi sekarang dia pergi. Kovel itu anak tiri om Wijaya... Ayahnya bang Shan, tapi Kovel sama bang Shan punya satu ibu yang sama "

" Fenly semirip itu sama gue ? " Tanya ku

" Semirip itu Fen, makanya gue pernah kira Lo itu kovel ya karena wajah kalian semirip itu...tapi semakin kesini semakin gue sadar kalau Lo sama Kovel itu orang yang beda jadi ya gue berusaha sebisa mungkin ngga samain Lo kaya kovel "

" Uuummmm.... Gue ngerti "

" Kalau Lo gimana Fen ? Ceritain dong tentang Lo ! Gue juga mau tahu "

" Ngga ada yang menarik Fik, gue sejak kecil tinggal di panti asuhan, gue dirawat sama bundanya Mavin, sejak kecil gue udah Deket banget sama Mavin jadi ya gitu, buat gue Mavin tuh Abang gue, gue tahu Mavin itu bandel tapi sekalipun dia ngga pernah ajarin hal buruk sama gue. Menginjak usia Remaja gue sama Mavin mutusin untuk lebih mandiri dan keluar dari panti, kita patungan buat beli motor dari hasil kerja serabutan "

Exclamation Mark || Un1tyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang