Yang namanya berjuang ya pasti capek
Tapi entah bagaimanapun jalannya
Seperti apapun lelahnya, meski rasa kaki nyaris patah
Kamu harus tetap berjalan menuju tujuan
~ authorZweitson melangkah dengan ragu ke sebuah rumah yang dulu sering sekali ia kunjungi, apakah Shandy masih membencinya ? Apakah dia akan berhasil mendapatkan maaf dari penghuni rumah ini ? Atau dia hanya akan pulang dengan hati yang sakit ? Sedangkan untuk pergi ke rumah ini saja, dia harus berdebat dengan dirinya cukup lama, hatinya ingin sekali meminta maaf tapi otaknya menolak untuk melakukan itu.
Tapi saat ini dia sudah ada di depan pintu, rasanya mundur juga percuma. Zweitson mengetuk pintu beberapa kali, berharap seseorang akan datang untuk membuka pintu untuknya. Sekali lagi Zweitson mengetuk pintu rumah itu hingga pada akhirnya si pemilik rumah datang dan membuka pintu.
" Cari siapa ?... " Tanya orang yang tadi membuka pintu ramah tapi setelah tahu yang datang adalah Zweitson wajah ramah itu berubah jadi masam
" Kak Shandy... Siapa yang Dateng ? " Tanya Fenly yang ternyata mengikuti kakaknya untuk membuka pintu ada Fajri juga yang tampak mendorong kursi roda milik Fenly
" Fen... Fenly " kata Zweitson lirih
" Zweitson... Itu beneran Lo ? " Tanya Fenly memastikan
" Iya Fen... Ini gue, gue Dateng ke sini mau... "
" Fen masuk kamar sekarang ! Fen harus istirahat.. tadi abis latihan jalan kan ? Fen pasti capek jadi Fen masuk kamar terus istirahat ya ! Nanti Kak Shandy susul setelah tutup pintu "
" Tapi kak... " Bantah Fenly yang cukup tidak enak dengan Zweitson, meski Fenly masih kesal dengan Zweitson tapi melihat wajah murungnya membuat Fenly iba
" Fenly... Istirahat ! Ngga boleh bantah ! Fen ngga boleh terlalu capek ! Ji... Anter Fen ke kamarnya ya ! " Kata Shandy lagi
" Iya bang... Fen bang Shan bener tahu, Lo tuh ngga boleh terlalu capek, istirahat di kamar aja ya gue temenin "
Akhirnya Fenly menurut pada Fajri dan Shandy. Kini hanya ada Zweitson dan Shandy yang masih menatapnya tajam. Shandy sebenarnya tidak tega saat melihat wajah penuh penyesalan dari Zweitson tapi dia juga belum bisa memaafkan orang yang nyaris membunuh adiknya itu begitu saja.
" Pergi Lo ! Gue udah bilang kan ? Jangan liatin muka Lo di depan gue ataupun Fenly lagi ! Budek Lo ya ? "
" Bang gue nyesel... Gue minta maaf, gue juga mau ketemu sama Fenly, gue mau minta maaf sama dia bang "
" Apa ? Minta maaf ? Lo lupa kalau terakhir kali Lo bilang mau minta maaf Lo malah bikin Fenly makin parah ? Jadi gue ngga akan pernah kasih Lo ketemu sama Fenly lagi ! Pergi Lo dari sini ! PERGI !!! " usir Shandy
Setelahnya Shandy langsung masuk dan menutup pintu begitu saja. Zweitson menghela nafas kasar, dia harus sadar jika sangat tidak mudah bagi Zweitson mendapat maaf dari Shandy dan yang lain, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja, dia akan mencoba lagi setelah ini.
Zweitson berjalan menjauh dari rumah Shandy dan berjalan pelan menyusuri jalan, ia memandang langit yang tampak mendung malam ini, sebaiknya ia segera sampai di rumah jika tidak ia pasti akan basah kuyup. Sebuah mobil berhenti tepat di samping Zweitson, pengemudi tadi membuka kaca pintu mobil miliknya dan tersenyum kearah Zweitson.
" Masuk gue anter pulang ! " Kata pria itu masih dengan senyum diwajahnya
" Ngga usah bang... Gue jalan aja makasih tawarannya " tolak Zweitson halus
" Bentar lagi hujan Son... Udah ayo gue anter "
Zweitson mengangguk dan kini masuk kedalam mobil tadi. Zweitson memainkan jarinya, sedikit canggung berada di dekat pria ini, terlebih sudah lama sekali mereka tidak berbincang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exclamation Mark || Un1ty
FanfictionSudah ribuan kali ku katakan Aku bukan dia dan aku tak ingin jadi dia Tolong jangan paksa kami untuk sama Kamu boleh memintaku melakukan apapun Tapi maaf untuk menjadi dia aku tidak bisa Sebuah kebetulan yang telah Tuhan rencanakan membawaku ma...