Happy Reading❤
***
Lia POV
"Menikahlah dengan Revan," ucap Bella dengan tiba-tiba.
Uhuk uhuk
Sontak aku tersedak dengan air liurku sendiri, apa kata Bella tadi. Apakah saat ini aku sedang bermimpi, tapi ini nampak sangat nyata. Jantungku berdetak dengan cepat, orang yang ada didepan ku ini sedang tersenyum, namun didalam senyuman itu banyak kesedihan yang tersimpan. Untuk beberapa saat aku terdiam, sampai akhirnya sentuhan tangan seseorang membuat ku tersentak.
"Lia" ucap Bella dengan pelan lalu menggapai tanganku. "Aku serius dengan apa yang kuucapkan tadi. Aku titip Revan denganmu, bahagiakan dan cintai dia seperti aku mencintainya. Aku percaya kamu adalah orang yang tepat untuk bersama dengan Revan." lanjut Bella.
"Be__lla" ucapku dengan terbata karena tidak percaya dengan ucapannya barusan.
"Aku tidak menerima penolakan Lia, aku harus pergi sekarang. Sekali lagi aku titip Revan ya." Bella melepas genggaman nya ditangan ku. Lalu segera bergegas untuk berdiri.
Sedang aku masih terdiam karena syok. Satu tetes air mata mulai membasahi pipiku. Sudah satu orang yang hancur hidupnya karena sebuah perjanjian konyol diawal pertemuan ku bersama Revan. Saat ini otakku rasanya bleng, aku ingin pulang lalu memeluk Ayahku. Aku tidak sanggup lagi.
***
Bella keluar dari cafe lentera dengan mengusap air matanya. Dia harus kuat, dia bukan wanita lemah. Masih ada satu orang lagi yang harus ditemuinya. Dia segera masuk dalam mobil, lalu menetralkan nafasnya yang memburu.
Ingatannya berputar pada malam tadi.Flashback on
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu apart Bella, Bella kira yang mengetuk pintu nya itu adalah Revan. Tanpa melihat terlebih dahulu dilubang kecil pintu dia segera membuka pintu, dan betapa terkejutnya dia ketika orang yang berdiri didepannya saat ini adalah Papah dari kekasihnya Revan.Bella mematung ditempatnya, sampai deheman seseorang membuatnya tersadar.
"Ehmm" dehem Papah Revan.
"Eh om, silahkan masuk." ucap Bella kikuk.
Papah Revan masuk sendiri, sedang para pengawal menunggu didepan.
"Duduk om," ucap Bella mempersilahkan.
"Om mau minum apa?." Bella menawarkan minum ketika Papah Revan sudah duduk disofa apartnya.
"Tidak perlu, duduklah." ucap Papah Revan datar persis seperti Revan berbicara. Memang pribahasa buah tak jauh jatuh dari pohonnya itu memang benar adanya.
Bella duduk disebrang Papah Revan. Dadanya bergemuruh hebat, banyak pertanyaan yang bersarang dikepalanya.
"Dari mana Papah Revan tau alamat aparku, apa tujuan dia datang kerumahku." Bella membatin.
"Ada apa ya om," tanya Bella pelan.
"Tinggalkan anak saya, biarkan dia menikah dengan Lia." ucap Papah Revan dengan tegas.
Deg
Jantung Bella terasa berhenti berdetak rasanya. Apakah bisa dia hidup tanpa Revan, rasanya sekarang hidupnya bergantung pada Revan. Karena untuk saat ini hanya Revan yang dia punya."T_tapi om, saya mencintai anak om," air mata sudah keluar dari pelupuk mata Bella.
"Saya tau itu, tapi sampai kapan pun kami tidak akan memberikan restu untukmu agar bisa bersama Revan. Saya harap secepatnya kamu akan putus dengan Revan, dan menjauh darinya," ucap Papah Revan final, lalu dia segera berdiri dari duduknya.
"Saya tunggu kabar kamu putus dari anak saya secepatnya, saya permisi." Papah Revan segera berjalan untuk pergi dari apart Bella.
Setelah Papah Revan hilang dari pintu Bella segera luruh kebawah, dia menangis dengan histeris.
"Tuhan, kenapa, kenapa Tuhan. Hiks hiks, kenapa kau ambil semua yang kupunya. Apa aku tidak pantas bahagia, aku hanya ingin bahagia. Mengapa hidupku hanya dipenuhi dengan kesedihan, aku hanya ingin satu hal, aku ingin bahagia. Hiks hiks" teriak Bella dengan kencang didalam apart nya
Flashback off
"Aarrgg" Bella mengerang mengingat kejadian malam tadi, setelah berpikir panjang dia memutuskan untuk mengikuti perkataan Papah Revan.
***
Sementara itu Lia menghubungi supir karena ingin balik kekantor. Sebenarnya saat ini mood nya sangat buruk, dia ingin pulang keapart untuk menenangkan dirinya.
Tidak lama setelah itu supir datang menjemput Lia, dan Lia balik kekantor. Dia tidak nafsu makan untuk siang ini.
Setelah sampai kantor Lia berjalan dengan melamun sampai akhirnya dia menabrak seseorang.
Dugh
"Aduh, kalo jalan hati-hati dong." ucap orang itu mendumel, membuat Lia tersadar dari lamunannya.
"Maaf Pa saya tidak sengaja." ucap Lia tak enak hati.
"Lain kali jalan itu liat-liat jangan bengong." ucapnya lalu meninggalkan Lia.
"Aduh Lia, fokus Lia fokus." ucap batin Lia.
***
Hari sudah mulai malam, meeting hari ini sudah selesai. Lia memutuskan untuk segera pulang, namun disaat dia keluar dari ruangannya seseorang memanggilnya.
"Lia" panggil orang itu yang ternyata adalah Revan.
"Iya Pa, ada yang bisa saya bantu?." tanya Lia ramah.
"Besok pagi saya jemput." ucap Revan lalu segera meninggalkan Lia sendiri.
Lia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, lalu bergegas untuk segera pulang.
***
Sementara itu Revan dia juga bergegas untuk keapart kekasihnya yaitu Bella. Bella menelponnya sore tadi, dia meminta Revan untuk datang keapartnya malam ini.
Setelah sampai diapart Bella, Revan segera masuk karena telah mengetahui sandi apart Bella. Bella yang terkejut saat mendengar pintu terbuka langsung berdiri dari duduknya, saat ini Bella sedang menonton televisi.
"Sayang" ucap Revan lalu segera memeluk Bella.
Tidak ada balasan pelukan dari Bella, Revan tentu saja bingung dengan perlakuan Bella, tidak seperti biasanya Bella bertingkah laku seperti ini. Walau pelukan itu tidak mendapat Respon dari Bella, Revan tetap memeluk Bella dengan erat.
"Revan menikah lah dengan Lia," ucap Bella dengan tiba-tiba dan hati-hati, dua kali sudah dia mengucapkan kata menikah pada hari ini.
***
TBC
Hai aku up lagi nih, jangan lupa vote&comment nya ya readers ku yang tersayang🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold CEO Is My Husband
Romance"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia "Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan "Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...