Part 3

1.5K 102 1
                                    

Happy Reading❤

Untungnya polisi segera datang dan para pria itu pergi karena takut dengan polisi. Jika tidak mungkin nyawa ku bisa melayang karena jumlah mereka lumayan banyak sedang aku hanya sendiri.

Aku memutuskan segera pulang karena malam sudah larut. Saat dijalan aku melihat ada seseorang yang terlentang dipinggir dijalan, tapi aku malas untuk berhenti karena mungkin saja itu bukan manusia mengingat aku sedang berada mungkin dihehutanan.

Tapi aku tak tega dan juga penasaran sehingga aku putar balik dan berhenti tepat didepan orang yang sedang terlentang itu. Aku segera turun agar rasa penasaran ku hilang. Dan saat aku membuka rambut yang menutupi wajah itu aku sangat terkejut, ternyata orang itu adalah wanita yang kutolong tadi.

Aku mengangkat kepala nya lalu kutaruh dipahaku. "Bangun" ucapku sambil menepuk-nepuk pipinya, namun tak ada pergerakan sedikitpun dari wanita itu.

Aku mengangkat dan membawanya kedalam mobilku. Saat aku ingin menyalakan mobil sesuatu terlintas diotakku.

"Siapa wanita ini? Jangan-jangan dia adalah borunan, mafia, atau lain sebagainya. Aku tak bisa membawa asal orang kerumahku" monologku.

Aku memutuskan mencari sesuatu ditubuhnya, dan kutemukan dompet disaku celananya. Untungnya ada KTP disana jadi aku bisa tau siapa dia. Aku memutuskan agar asisten ku mencari tahu terlebih dahulu tentang gadis ini.

"Tolong segera kamu cari tahu tentang wanita bernama Aurelia Syifa Azzahra secepatnya" tanpa menunggu jawaban dari sebrang sana aku langsung memutuskan telpon.

Tak lama masuk data orang yang bernama Lia ini, latar belakang nya cukup bagus. Namun sepertinya Ayah perempuan ini memiliki hutang yang lumayan banyak, dan seharusnya perempuan ini menikah dengan rentenir yang sudah menghutangkan uang nya. Jadi yasudah aku bawa saja dia kerumah.
Flashback of

"Ohh jadi seperti itu ceritanya" Lia membulatkan mulutnya lebar ketika mengatakan oh.

Satu detik satu menit sampai lima menit tak ada jawaban dari pria yang bernama Revan itu. Lia menghembuskan nafasnya, berusaha sabar akan sifat dingin Revan.

"Terima kasih karena sudah menolong saya pak, saya ga tau gimana nasib saya kalo ga ada Bapak yang nolongin" Lia menunduk, mengingat kejadian malam tadi yang menurutnya sangatlah menakutkan.

"Hmm" jawaban Revan hanya dengan deheman.

Keadaan hening beberapa saat, sampai bunyi perut Lia memecahkan keheningan dan kecanggungan yang terjadi.

Kruk kruk, Lia memegang perutnya karena malu perutnya berbunyi. Ia sangat lapar karena belum makan dari malam.

"Lapar" ucap Revan.

Lia mengerucutkan bibirnya, "Sudah tau orang lapar ditanya lagi" batin Lia dengan kesal.

"Iya" jawab Lia dengan sedikit ketus.

"Turun kebawah!" setelah mengucapkan itu Revan segera berjalan keluar kamar untuk kemeja makan, dan Lia mengekorinya dibelakang.

***

Suara dentingan sendok mendominasi suara diruang makan. Saat ini Revan dan Lia sedang memakan sarapan mereka. Tidak ada yang berbicara, mereka sama-sama menikmati makanan yang tersaji. Apalagi Lia, dia snagat menikmati makanan yang tengah ia makan. Menurutnya makanannya sangatlah enak, mengingat sebelumnya ia tak pernah memakan makanan seperti itu. Maklum lah dia orang desa.

Cold CEO Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang