Happy Reading❤
***
Lalu mengalir lah kisah tentang bagaimana Lia bisa bekerja di perusahaan yang besar dan bisa tinggal di aparteman ini.
Nadia yang mendengar cerita Lia merasa iba, dia tidak tau selama ini keluarga Lia memiliki hutang yang cukup banyak, bukan cukup lagi tapi sangat banyak, jika ia tau dari awal hutang Ayah Lia sebanyak itu mungkin ia akan membantu sedikit. Ia hanya tahu saat Ibu Lia sakit, banyak sekali uang yang dikeluarkan agar Ibu Lia bisa sembuh, tapi Tuhan berkehendak lain dan akhirnya Ibu Lia meninggal dunia. Lia tipe orang tertutup, ia sangat jarang membagi kesedihannya pada orang lain. Dia lebih suka tertawa dan tersenyum bahagia, jarang sekali dia melihatkan pada orang lain bahwa ia sedang sedih. Bahkan saat ibu nya meninggal pun ia berusaha tegar dan ikhlas.
"Lia, aku yakin sebelum kamu mengambil keputusan ini, kamu sudah memikirkan konsekuensinya." Nadia menghembuskan nafasnya.
"Ya aku sudah tau" cicit Lia pelan.
"Tapi Lia, tak seharusnya kamu menyetujui menjadi pacar pura-puranya. Kau taukan berbohong itu tidak baik?, apalagi yang kamu bohongi itu orang tua. Lalu bukankah kau bilang dia sudah punya pacar, bagaimana nanti jika pacarnya tau?." Nadia tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Tapi ia tak boleh emosi, ia harus bisa membantu mencari jalan keluarnya.
"Ya aku tau, dia bilang dia yang akan mengurus pacarnya. Aku tak memiliki pilihan lain Nadia, ingin rasanya membayar hutang Ayahku. Tapi aku sadar, hutang Ayahku terlalu banyak. Terlalu lama untuk mengumpulkan uang nya, ditambah lagi aku tidak punya pekerjaan. Dan dari pada aku menjadi istri rentenir itu, kau tau kan rentenir itu sudah memiliki beberapa istri...hiks hiks." Lia terisak kecil lagi mengingat bagaimana jika ia tak bisa membayar hutang itu, ia dan Ayahnya pasti tak bisa hidup dengan tenang.
"Semuanya sudah terjadi Lia, menyesal pun tak ada gunanya. Kau hanya bisa menjalaninya, dan berdo'a semoga kedepannya baik-baik saja." Nadia tak tau lagi harus mengatakan apa. Kisah sahabatnya itu selalu saja pilu.
"Sekarang apa yang bisa kulakukan?"
"Kamu pasti dapat gajih kan, kamu bisa kumpulkan gajih kamu itu untuk membayar hutangmu dengannya. Setelah uangnya terkumpul kau bisa mengembalikan uang bos mu, lalu menghilang kan perjanjian itu." jawab Nadia dengan senyum yang menenangkan.
"Itulah yang kupikir kan." Lia menundukkan kepalanya sebentar, lalu mengangkatnya lagi dengan senyum tipis yang sudah menghiasi wajahnya.
"Apa Ayahmu tau Lia masalah ini?" Nadia bertanya lagi.
"Ayahku tidak tau. Aku tak ingin ini semua menjadi beban baginya, dan dia merasa semua ini salahnya." Lia berucap sendu, senyum yang sempat terukir seketika sirna ketika mendengar kata Ayah.
"Ya sudah, apa kau memiliki makanan Lia?, aku lapar." Nadia terkekeh kecil, dia ingin mengalihkan pembicaraan. Nadia tak ingin sahabatnya ini berlarut dalam kesedihan.
"Kau ini bisa saja mengalihkan pembicaraan, ayo kemeja makan. Aku sudah memasak makanan untukmu," Lia ikut terkekeh mendengar penuturan sahabatnya itu.
"Benarkah, aku sangat merindukan masakan lezat mu itu," Nadia berucap dengan antusias.
"Kamu ini bisa aja nerbangin orang, kalau makanan yang aku buat ga enak jangan dijatuhin ya." Lia terkekeh pelan, sedang Nadia dia tertawa pelan.
***
Sesampainya mereka dimeja makan. Nadia langsung duduk sedangkan Lia mengambil air minum terlebih dahulu.
"Wahh Lia kau membuatkan makanan kesuakaan ku," Nadia memandang masakan Lia dengan mata yang berbinar.
"Ya aku membuatkan ayam geprek spesial untukmu" Lia duduk dibangkunya setelah berucap itu.
***
Revan POV
Setelah mengantarkan Bella, aku memutuskan untung pulang kerumah untuk beristirahat. Malam harinya aku turun kelantai bawah untuk makan malam, namun entah mengapa aku sangat tidak selera dengan makanan yang ada didepan mataku, aku seperti merindukan masakan seseorang. Aku merindukan...masakan Lia, ya aku merindukan masakan wanita itu. Lia pernah memasak sarapan disaat Lia pertama kali ada dirumahku. Dan masakan itu sangat enak.Tanpa pikir panjang aku lansung mengambil jaket serta kunci mobil dan pergi ke apartemen Lia. Saat sudah sampai aku ragu untuk masuk ke apartemen itu, tapi rasa lapar mengalahkan rasa gengsiku. Aku masuk tanpa salam, aku mengetahui kode apartemen itu, karna akulah yang membelinya.
***
Baru saja Nadia duduk dimeja makan, pintu apart terbuka, menampilkan seorang laki-laki tampan dengan muka datarnya. Yang tentu saja membuat Lia dan Nadia terkejut, karna pintu dibuka secara tiba-tiba.
"Astaga mimpi apa aku semalam jadi ngeliat pangeran tampan," Gumam Nadia sambil memperhatikan pria itu.
Sedang Lia langsung berdiri dan menyambut tamu itu.
"Ada apa pa?" Lia bingung, ada apa bos nya itu datang tanpa memberi tahu terlebih dahulu.
"Ehmm, saya ingin numpang makan disini. Dirumah sedang tidak ada pelayan," Revan berdehem mengurangi rasa malunya, kalau dia tahu diapart bukan hanya ada Lia dia tidak akan mau datang ke apart Lia. Baginya ini sungguh memalukan, namun apa boleh buat istilah kata dia udah nyebur kesungai jadi sekalian aja berenang.
"Ah kalo begitu silahkan kemeja makan Pa," Lia menyilahkan Revan untuk ikut makan malam. Tapi dalam hati nya bertanya-tanya, bagaimana dirumah yang banyak pelayan itu tiba-tiba saja tidak ada. Lalu apakah tidak ada restoran yang buka untuk pria itu makan malam?. Lia membiarkan semua pertanyaan itu ada di pikirannya. Lalu ia kembali ke meja makan, dan duduk dibangku bersama Revan dan Nadia.
Mereka makan dengan tenang sampai makanan dipiring mereka habis. Setelah makan malam Revan pamit untuk pulang kerumah nya.
"Lia terima kasih makan malam nya." Revan berbicara tanpa ekspresi.
"Sama-sama Pa," Ucap Lia tulus.
"Kalau begitu saya pamit pulang" ucap Revan lalu segera kepintu untuk keluar dari apart Lia.
"Iya Pa"
Setelah kepergian Revan barulah Nadia bertanya dengan heboh kepada Lia. Dia menahan mati-matian untuk tidak menanyakan siapa pria yang datang keapart Lia. Dia sedikit takut melihat wajah Revan yang tanpa ekspresi namun tetap terlihat tampan.
"OMG Lia, dia siapa?. Ganteng banget, nemu dimana?." tanya Nadia bertubi-tubi dengan tangannya yang menggoyangkan lengan Lia.
"Ish Nadia, dia itu bos sekaligus orang yang beliin aku apart dan bayarin hutang Ayah aku," jawab Lia judes.
"Ohh dia orangnya. Boleh juga." ucap Nadia tertawa pelan dengan tangan dimulutnya.
***
TBCNadia❤
Jangan lupa vote&comment readers🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold CEO Is My Husband
Romance"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia "Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan "Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...