Part 9

847 68 2
                                    

Happy Reading❤

***

Dua kelopak mata Lia terbuka sedikit demi sedikit, dan yang pertama dia lihat adalah wajah tampan seseorang. Satu detik dua detik dia belum terlalu sadar, dia kira dia masih berada didunia mimpi. Namun saat ia mengedipkan matanya dia baru tersadar akan sesuatu.

"Aaaa" teriak Lia didepan wajah Revan.

Sontak saja Revan membuka kelopak matanya dan menatap tajam Lia. Dan setelah berteriak Lia langsung duduk dan menunjuk wajah Revan.

"Bapa ngapain dikamar saya?, Bapa ga ngapa-ngapain saya kan Pak?," mendengar pertanyaan Lia Revan lantas duduk lalu berdiri untuk segera pulang kerumah.

Melihat Revan yang ingin segera pergi dari apart nya, Lia hanya bisa melongo, bisa-bisanya pertanyaannya diabaikan oleh Revan.

"Dasar es batu" gumam Lia sambil berdiri dari kasurnya.

Setelah Revan pergi dari apart Lia, Lia bergegas untuk mandi lalu berangkat kekantor.

***

Sesampainya dirumah Revan melihat sudah ada seorang wanita cantik yang duduk manis disofa rumah nya, ya wanita itu adalah Bella kekasih Revan.

"Bel" panggil Revan sambil melangkah maju menuju Bella.

"Sayang, kamu dari mana aja sih?," Bella berdiri dari duduknya lalu merentangkan kedua tangannya.

Melihat Bella yang merentangkan tangannya membuat Revan tersenyum lalu segera memeluk Bella.

"Aku dari rumah teman sayang," Revan melepas pelukannya lalu mengelus pipi Bella lembut.

"Kenapa handphone kamu ga bisa dihubungin, cape tau aku hubungin kamu tapi ga diangkat." Bella mengerucutkan bibir dan menyilangkan tangannya didada tanda dia sedang merajuk.

Revan terkekeh sebentar karna melihat kelakuan kekasihnya yang begitu manja padanya.

"Handphone aku habis baterai, kalo kamu nanya kenapa ga aku cas aku keburu ngantuk jadi tidur deh." Revan menjeda ucapan nya sejenak sambil mencubit pipi Bella gemas. "Udah ah jangan cemberut lagi, jadi ga ditemenin pemotretan hari ini?."

"Jadi lah, tapi kamu ga sibuk kan?."

"Engga ko, nanti sore aja ada meeting."

"Beneran ga ada kan?" tanya Bella sekali lagi untuk memastikan.

"Iya ga ada" jawab Revan yakin.

"Yaudah kalo gitu cepat sana ih mandi." Bella membalik badan Revan lalu mendorong Revan agar segera mandi.

Sedang Revan hanya terkekeh pelan melihat kelakuan Bella pagi ini. Setelah didorong Bella segera Revan naik keatas untuk segera mandi.

***

Lia POV
Hari ini aku rasanya malas sekali pergi bekerja, apa lagi mengingat kejadian semalam. Sungguh jika saja waktu bisa diulang aku mungkin tidak akan menerima tawaran Revan untuk pulang bersamanya. Memang ya istilah penyesalan datang diakhir itu memang nyata.

Sesampainya dikantor aku sudah melihat banyak orang berlalu lalang melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

"Lia" panggil seseorang kepadaku.

"Ya ada apa?" tanyaku kepada orang itu yang ternyata resepsionis kantor.

"Tadi ada yang cari Pa Revan, terus aku suruh dia nunggu disana." Resepsionis yang bernama Lala itu menunjuk kearah kanan dimana orang yang dia maksud sedang duduk.

"Makasih ya La informasinya, aku kesana dulu kalo kaya gitu."

"Iya sama-sama" ucap Lala lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.

Aku berjalan menuju seseorang yang duduk membelakangiku.

"Permisi," sapaku ramah kepada orang itu.

"Ya" jawab orang itu sambil berdiri.

"Apa Bapa mencari Bapa Revan?," tanyaku padanya.

"Ah iya, apa Revan ada?,"

"Maaf Pak, Pa Revan baru datang sore nanti."

"Kemana dia pagi ini?," tanya orang itu lagi.

"Kalo itu saya kurang tau Pa,"

"Katakan padanya, Aldo mencarinya dan tolong segera temui aku secepatnya." ucap orang itu lalu pergi tanpa mendengar jawaban dariku.

"Aneh banget deh itu orang, siapa nama orang itu tadi. Aldo, semoga aku ga lupa deh sama pesan orang itu. Mana Bimo ga ada juga, kan ga bisa kasih tau Bimo dulu jaga-jaga kalo penyakit kelupaan ku kambuh." ucapku dengan diriku sendiri.

Setelah aku menemui orang tadi, aku segera naik kelantai atas untuk segera melakukan semua pekerjaan ku yang banyak.

***

Disisi lain Revan dan Bella sedang diperjalanan menuju tempat pemotretan Bella.

"Sayang," panggil Bella kepada Revan yang sedang fokus menyetir.

"Iya ada apa hmm," jawab Revan tanpa menoleh kepada Bella.

"Kapan kamu serius sama aku," tanya Bella pelan.

Revan mengambil tangan kanan Bella lalu menggenggamnya. "Sabar ya sayang, aku jalanin rencana kita dulu." jawab Revan sambil sesekali menengok kearah Bella.

"Sampai kapan aku harus sabar, aku butuh kepastian dari kamu," Bella menundukkan wajahnya menahan tangis.

Bella bingung kenapa kehidupan begitu kejam kepadanya sedari kecil, seakan tidak akan pernah ada kebahagiaan yang mehampirinya. Bella begitu lelah dengan kehidupannya, dia ingin segera menjemput kebahagiaannya. Namun ada saja yang menghalanginya menjemput kebahagiannya.

Revan tidak bisa berkata apa-apa sehingga dia hanya mencium tangan Bella lembut. Ia bingung harus menjawab apa, mamah nya tidak setuju jika ia menikah dengan Bella. Ia bingung harus mengambil langkah apa kedepannya agar ia tak salah langkah. Ia berharap rencananya bisa berjalan lancar.

Bella mengangkat wajahnya yang awalnya menunduk, dia tersenyum lalu menyemangati dirinya sendiri, "Semangat Bel" ucap Bella dalam hati.

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, habis pemotretan kamu mau kan nemenin aku belanja." Bella mengalihkan topik pembicaraan, karna ia tahu Revan saat ini sedang bingung mau menjawab apa.

"Selagi aku bisa, kemanapun kamu mau aku bakal anterin." jawab Revan tersenyum kearah Bella, yang dibalas Bella dengan senyuman juga.

"Kita udah sampai," ucap Revan sambil memandangi Bella.

"Udah sampai aja ternyata, ayo kita turun. Udah telat ini, pasti manajer aku udah misuh-misuh nih." Bella terkekeh membayangkan bagaimana reaksi manajer nya ketika ia bertemu nanti.

***
TBC

Jangan lupa vote&comment readers🤗

Cold CEO Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang