Part 19

609 55 0
                                    

Happy Reading❤

***

Lia POV
Setelah Revan dan kedua orang tuanya pulang, aku langsung merebahkan diriku dikasur. Rasanya aku sudah tidak mood nonton drakor.
Sungguh semua yang terjadi hari ini diluar ekspetasi ku, bagaimana bisa semuanya begitu kacau. Dari awal aku menyetujui menjadi pacar pura-pura Revan, firasatku sudah buruk. Makanya itu aku dulu sempat menolaknya.

"Is gimana ini, masa aku harus nikah sama pria es batu gitu sih. Ah kejauhan mikirnya, aku harus gagalin acara besok. Ga mungkin banget aku nerima lamaran besok, gimana nasib Bella, " Gerutu ku sambil memukul-mukul boneka dengan tangan kananku, sedang tangan kiri memegang boneka.

"Haduh, bikin pusing aja deh. Gimana reaksi Ayah coba, pulang-pulang taunya anak gadisnya mau dilamar. Huh jadi rindu Ayah, Ayah kalo ngeliat anaknya dilamar sama laki-laki mapan terus keluarga nya baik kira-kira diterima ga ya? Aduh pokonya jangan sampe deh. Aku harus gagalin rencana besok pokonya." Aku berguling-guling tidak jelas dikasur, aku sangat gelisah memikirkan rencana apa yang cocok untuk menghentikan lamaran besok. Dan sepertinya aku malam ini tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Revan POV
Aku berdiri dibalkon kamarku, menikmati hembusan angin malam yang menusuk kulitku. Aku tidak tahu harus melakukan apa, semua ini salahku. Ide konyol itu membuat diriku sendiri dalam masalah. Bagaimana respon Bella ketika tahu semua ini, pasti kekasihku itu akan sedih. Kalaupun menolak, sudah dipastikan mamah akan ngamuk dan tidak ingin berbicara dengan ku. Siapa yang bisa membantuku mencari jalan keluar disaat-saat seperti ini, ga mungkin teman-teman sialan ku itu.

Lamunan ku terhenti ketika handphone ku berdering. Saat kulihat, ternyata kekasihku lah yg menelpon. Yang langsung saja kuangkat.

Bella is calling

"Hallo"

"Hai sayang" jawab Bella dari sebrang sana.

"Aku kira kamu udah tidur. Ini udah malem, lebih baik kamu tidur."

"Aku baru pulang dari pemotretan, udah cape banget sebenarnya. Tapi aku rindu kamu jadinya aku telpon." Bella terkekeh.

"Aku juga sangat merindukanmu." Revan ikut terkekeh.

"Ya sudah aku istirahat dulu ya. Mimpi in aku ya, bye miss you sayang,"

"Miss you too"

Sambungan diputus oleh Bella. Aku yakin saat ini dia sedang tersenyum. Mengingat senyum manis nya itu, bisa membuat ku sedikit melupakan yang terjadi hari ini. Dan sebaiknya aku juga tidur mengikuti Bella.

***

Keesokan paginya Revan dan kedua orang tuanya sudah berada didepan pintu apart Lia, sungguh Revan sangat malas melakukan semua ini. Dia sudah memberikan banyak sekali alasan, tapi mamahnya itu selalu tahu bahwa itu hanyalah alasan belaka.

Ceklek...
Pintu apart terbuka, terpampang lah Lia yang masih belum bersiap-siap. Ia akan melancarkan aksinya agar ia tak pergi kerumah orang tuanya.

"Sayang ko kamu belum siap-siap sih." Rini masuk terlebih dahulu kedalam apart.

"Lia kurang enak badan mah," Lia berpura-pura lemas agar aktingnya lebih sempurna.

"Oh ya" Rini menaruh telapak tangannya dikening Lia "Tapi kamu ga panas." ucap Rini bingung.

"Lia cuma kurang istirahat aja mah, jadi Lia pengen istirahat hari ini."

"Aduh ga bisa sayang. Pasti keluarga kamu udah nunggu, gaenak kalau acaranya diundur. Rombongan juga udah pada dijalan."

Otak Lia serasa sangat lamban mencerna perkataan Rini, keluarga dan rombongan apa maksudnya. Sampai ia paham dengan maksud Rini, ia terkejut saat paham maksud perkataan Rini. Apa Rini membawa keluarga besarnya untuk melamar Lia, sungguh ini sangat diluar ekspetasi nya.

"Apah mah, keluarga Lia tau," keterkejutan Lia membuatnya terlihat sehat-sehat saja. Yang membuat Rini sedikit curiga.

"Iya keluarga kamu tau, bahkan pasti tempatnya udah siap." Rini berhenti sejenak, dan menatap Lia dengan tatapan menelisik "Kamu udah baikan keliatannya. Ayo siap-siap."

"Tapi___" Saat Lia ingin berbicara, Rini buru-buru mendorong Lia untuk berganti baju.

"Ga ada tapi-tapian, sekarang kamu ganti baju dan dandan yang cantik yah. Mamah tunggu kamu loh."

"Iya mah," ucap Lia lesu.

Fix, rencana yang Lia buat sampai ia harus tidur tengah malam semuanya sia-sia, ia tetap harus pergi kerumah Ayahnya. Gimana bisa Ayahnya tau dan sampai membuat tempat untuk acara nanti. Ah Lia lupa, Revan dan keluarganya adalah orang kaya, yang bisa melakukan apapun itu dengan uang.

10 menit Lia bersiap-siap. Ia tidak ingin orang tua Revan menunggu
Lama-lama. Tak enak rasanya membuat orang menunggu.

"Udah sayang?" Rini berdiri dari duduknya.

"Udah mah," Lia hanya bisa menampilkan senyum palsunya dengan terpaksa.

"Yaudah ayo kita berangkat."

***

Didalam mobil suasana nya sangat hening, tidak ada yang berbicara. Rini yang dari tadi melihat ke handphone nya, Ivan yang juga melihat ke tabletnya, dan Revan yang sedang fokus menyetir. Sungguh Lia sangat bosan, ingin mengajak bicara, tapi rasanya itu sangat canggung.

Sesekali Lia melirik Revan, ia ingin melihat ekspresi Revan saat ini. "Apa pak Revan tidak menolak acara lamaran ini?, Apa Bella tau bahwa pak Revan ingin melamarku?, Astaga apa yang akan kukatakan pada Bella nantinya. Dia wanita yang baik, pasti hatinya sangat hancur mengetahui pria yang dicintainya akan melamar orang lain. Rasanya otakku hampir pecah memikirkan semuanya" batin Lia.

"Rumah kamu masih jauh sayang?, katanya rombongan udah sampai dirumah kamu," akhirnya Rini memecah keheningan yang terjadi didalam mobil.

"Sebentar lagi sampai ko mah,"

***


TBC
H

ai readers, aku up lagi nih.

Jangan lupa vote&comment nya🤗

Cold CEO Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang