Happy Reading❤
***
Malam ini sangat pas untuk menonton drama, karena itulah Lia berencana ingin menonton drama Korea. Sebelum itu ia akan menyiapkan beberapa camilan untuk menemaninya menonton drakor.
Lia membuka lemari mencari toples untuk menaruh makanannya, agar lebih rapi "Astaga, dimana sih toplesnya. Udah dicari dimana-mana ga ada." Lia sudah mulai prustasi mencari toples. Tapi ia melihat sekumpulan toples yang dicarinya diatas lemari.
"Nah itu dia, tapi tinggi banget. Pakai kursi aja deh." Lia mengambil kursi dan menaikinya, tapi tetap saja tidak sampai. Ia sampai berjinjit diatas kursi untuk mengambil toples itu "Aduh sedikit lagi sampai, susah banget sih." ketika sedikit lagi ia mencapai toples itu tiba-tiba saja dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, karena kursinya dapat berputar, kursi itu terputar semakian membuat Lia tidak seimbang. Dan akhirnya ia terjatuh, dia sudah memejamkan matanya bersiap untuk mencium lantai, tapi saat ia terjatuh ia tak merasa sakit. Apakah ia sudah tiada, tapi masa ia. Ia membuka matanya sedikit demi sedikit dan ketika matanya sudah terbuka sempurna. Wajah tampan Revan terpampang jelas dibawahnya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja, mereka sama-sama terdiam. Terhanyut menatap satu sama lain. Lia bingung, bagaimana bisa Revan bisa ada diapart nya.
Flashback on
Saat ini Revan berada didepan apart Lia, dari tadi ia memencet bel apart Lia. Namun tidak ada jawaban. Dia keapart Lia karena ingin menanyakan maksud Bella keruangan Lia siang tadi sekaligus mengantarkan barang belanjaan Lia.
Tanpa sengaja siang tadi dia melihat Bella keluar dari ruangan Lia. Karna penasaran Revan keruangan Lia setelah Bella benar-benar pergi dari ruangan Bella. Namun Revan tidak sempat bertanya kepada Lia karena dia ada janji yang diingatkan Lia sendiri. Pada saat itu juga Lia memberikan donat yang dititipkan oleh Rini.
"Ckk kemana sih Lia, kenapa dia tidak membuka pintu. Apa ia tidak ada didalam? Tapi apa mungkin." Decakan Revan menandakan ia sangat malas menunggu Lia membuka pintu.
Tanpa pikir panjang Revan segera menekan password apart Lia, awalnya dia berniat untuk sedikit sopan dengan menunggu sang tuan rumah membuka pintu. Mengingat kejadian dia dulu yang keapart Lia tidak memencet bel terlebih dahulu yang ternyata diapart itu tidak hanya ada Lia namun juga ada teman Lia.
Ceklek
Pintu terbuka, Revan sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Lia" Revan mulai mencari Lia, sampai pada akhirnya ia melihat Lia berdiri diatas kursi yang sedikit goyang. Dan tidak lama Lia oleng dan akan segera terjatuh. Yang dengan sigap Revan berlari, tetapi dia tidak sempat menahan Lia yang akhirnya membuat Lia jatuh diatas tubuh nya.
Flashback off
Lia dan Revan masih saling tatap sampai pada akhirnya suara seseorang menghentikan kegiatan mereka.
"Revan Lia" teriak seseorang sambil membekap mulutnya.
"Mamah" Revan terkejut bukan main lalu segera mendorong Lia. Agar Lia menyingkir dari atas tubuhnya.
"Tante" Sama dengan Revan, Lia tak kalah terkejutnya.
"Astaga, kalian ngapain?" Rini langsung menarik Lia agar duduk di sofa.
Lia yang masih syok hanya bisa mengikuti Rini.
Saat sudah duduk Revan bersuara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi "Mah dengerin dulu___" belum selesai Revan berbicara tangan Rini terangkat bahwa Revan harus diam.
"Kalian ini, belum nikah udah gitu. Kamu ga di apa-apain Revan kan Lia? " Lia hanya menggeleng tanda tidak.
"Mamah ga mau tau ya, kalian itu harus segera menikah. Iya kan pah," Rini memandang suaminya yang hanya diam dari tadi.
"Apa nikah." suara teriakan Lia yang spontan karena mendengar kata nikah mengalihkan atensi semua orang.
"Iya Lia, kalian harus segera nikah. Kalian tenang aja, mamah yang akan urus semuanya."
"Tapi tan, tadi itu___" lagi-lagi Rini memotong pembicaraan.
"Ga ada tapi-tapian, aduh tante ga sabar kamu jadi menantu tante. Oh iya, kalau begitu kamu juga harus panggil tante mamah mulai sekarang," Rini menggenggam tangan Lia pertanda bahagia, senyum nya pun terpatri jelas diwajahnya.
"Tan Lia__"
"Mamah sayang, aduh kamu ini. Kamu juga harus panggil papah Revan dengan sebutan papah, iyakan pah," lagi-lagi Rini memotong pembicaraan Lia.
"Hmm" Sedangkan Ivan papahnya Revan hanya berdehem sebagai jawaban, dia tau anaknya masih menjalin hubungan dengan Bella. Karena itulah ia mencari informasi dan akhirnya mengetahui bahwa Lia dan Revan hanya berpura-pura. Ia tidak masalah dengan siapa pun anaknya nanti, asal anaknya bahagia, ia juga tidak pernah menentang hubungan Revan dan Bella. Tapi, jika istrinya sudah berkata maka itu harus disetujui. Jika tidak, dapat dipastikan istri tercintanya itu akan ngambek berhari-hari.
"Terus alamat rumah orang tua kamu dimana?, besok kami akan ngelamar kamu,"
Lia terbelalak kaget, kenapa semuanya jadi serumit ini. Ini tidak boleh terjadi, tapi apa yang harus ia dilakukan. Ah iya jadi sakit kepala sendiri.
"Lia dimana alamat rumahmu," tanya Rini sekali lagi.
"Alamat rumah saya tan, eh maksud saya mah di.... " Lia masih sungkan memanggil Rini dengan sebutan mamah.
Sedang disisi lain Revan hanya diam, ia tidak tahu harus melakukan apa, mana mungkin ia menikah dengan Lia. Dia sangat mencintai Bella, sampai kapanpun dia tidak akan berpaling dari Bella. Tapi, bagaimana dengan semua ini. Jika ia menentang dan mengatakan masih berhubungan dengan Bella, sudah dapat dipastikan mamahnya itu akan marah karena telah berbohong demi melindungi Bella. Bisa-bisa ia tidak dianggap anak lagi. Dan yang bisa dilakukannya hanya menghembuskan nafas sebagai tanda bahwa ia kesal, mau melawan takut jadi anak durhaka.
"Yaudah, mamah sampai lupa tujuan mamah kesini ngapain. Ini belanjaan kamu ada yang ketinggalan." Rini menyerahkan sebuah paper bag berwarna merah.
"Sial, kenapa coba bisa ketinggalan. Andai aja ga ketinggalan, ga bakal gini ceritanya" Batin Revan.
"Makasih mah, Lia jadi ga enak udah ngerepotin mamah," sungguh Lia tak enak dengan Rini yang mau mengantarkan belanjaannya yang tak terbawa Revan.
"Mamah ga ngerasa direpotin ko, untung aja mamah sempet nanya dimana kamu tinggal." Rini tersenyum sangat lebar.
"Mah kita pulang aja, ini udah malem. Pasti Lia pengen istirahat dulu. Revan kamu juga pulang" Suara sang suami mengalihkan perhatian Rini, dan ia hanya mengangguk tanda iya.
"Yaudah mamah pulang dulu ya. Besok kamu ga usah kerja, karena besok kita kerumah kamu," Rini mengelus rambut Lia.
"Iya mah" tersenyum kikuk, itulah yang hanya bisa Lia lakukan.
"Langsung istirahat ya sayang" Rini berdiri dari duduknya. Diikuti Lia, lalu Lia mengantar Rini dengan yang lain keluar apart.
"Hati-hati dijalan ya mah pah dan__" Lia berhenti sejenak, lalu berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya " "Hmm Revan" tidak ada respon dari Revan. Hanya ada muka datar sebagai jawabannya.
"Iya sayang" jawab Rini.
***
TBC
Hai readers aku up lagi.
JANGAN LUPA VOTE&COMMENT NYA 🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Cold CEO Is My Husband
Romansa"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia "Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan "Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...