Happy Reading❤️
***
Setelah dari butik Revan dan Lia ke salahsatu restoran bingtang 5, ya Revan menyetujui permintaan Lia untuk berbicara empat mata.
Sesampainya di restoran Revan memesan ruang VIP agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Revan memulai pembicaraan.
"Apa yang sudah Bapa bicarakan kepada kedua orang tua Bapa? Mengapa Ibu Bapa mengatakan kita akan menikah dua minggu lagi?" tanya Lia dengan tegas dan berani.
Sebelumnya Lia tidak pernah berbicara dengan Revan seberani ini, dia rasa pertanyaan ini patut dipertanyakan. Semua yang terjadi sudah diluar batas, tidak sesuai dengan perjanjian mereka diawal. Hubungan mereka hanya putih diatas hitam, semua palsu. Baginya pernikahan adalah hal yang sakral, hanya sekali seumur hidup. Pernikahan bukanlah suatu hal yang dapat dipermainkan.
"Pertama, jangan panggil saya Bapa ketika kita hanya berdua, saya bukan Bapa kamu," peringat Revan kepada Lia. "Kedua, saya berubah pikiran, yang artinya saya akan menikahi kamu," jawab Revan tenang.
"Apa yang Ba_" Lia menggeleng sebentar, karena dia hampir menyebut Revan Bapa. "Apa yang kamu pikirkan, kamu sudah gila. Kamu kira ini lelucon." ucap Lia dengan suara naik satu oktaf.
"Keputusan saya sudah final."
"Revan, pernikahan bukanlah permainan. Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup dengan cinta." suara Lia melemah, sudah tidak habis pikir dengan Revan.
"Maka kamu bisa mencintai saya," ucap Revan enteng.
"Terus kamu, bukankah kamu cinta dengan Bella. Sampai-sampai kamu rela melakukan apapun demi bisa bersama nya. Apa kamu pikir aku bisa mencintai kamu, tapi kamu akan tetap mencintai Bella. Yang artinya kisah cintaku akan bertepuk sebelah tangan, aku tidak mau hal itu terjadi. Aku akan menikah dengan pria yang juga mencintaiku, dan itu bukanlah kamu. Tolong jangan egois Revan, pikirkan perasaanku juga." ucap Lia tegas, lalu segera bergegas pergi dari ruangan itu. Padahal makanan yang mereka pesan belum datang, dia butuh tempat untuk menenangkan diri dan emosi nya yang memuncak.
Setelah Lia pergi, Revan memegang kepalanya, kepalanya semakin pusing. Dimulai dari permintaan Bella, lalu keputusan orang tuanya, dan sekarang Lia.
Arrrggghhh
Revan mengerang sambil mengacak rambutnya, jujur saja otaknya tidak bisa berpikir jernih. Revan tidak dapat memikirkan jalan keluar dari permainan yang dia buat sendiri. Mendengar nama Bella keluar dari mulut Lia membuatnya mengingat perkataan Bella kemarin malam, yang akhirnya membuat Revan menyetujui setiap perkataan mamahnya.
Flashback on
"Revan menikah lah dengan Lia," ucap Bella dipelukan Revan.Revan terdiam sejenak, sampai akhirnya otaknya dapat mencerna perkataan Bella beberapa detik yang lalu.
"Apa yang kamu katakan, apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi Bella," ucap Revan setelah melepas pelukannya pada Bella.
"Aku mencintaimu Revan, sangat mencintaimu," ucap Bella dengan derai air mata.
"Lalu lelucon apa yang baru saja kamu katakan." Revan mengguncang bahu Bella pelan berusaha menyadarkan dia.
Bella menurunkan tangan Revan "Ini bukanlah lelucon, ini adalah keputusanku. Hubungan kita sudah tidak bisa diperjuangkan lagi, aku tidak mau menjadi sesuatu yang membuatmu harus bertengkar dengan kedua orang tuamu."
"Bella, aku akan melakukan apapun untuk bisa bersama mu. Tidak bisakah kamu menunggu sebentar lagi, aku tidak bisa berpisah darimu," ucap Revan dengan emosi.
"Tidak, kamu tidak perlu melakukan apapun lagi. Keputusanku sudah bulat." Bella menarik nafas sebentar lalu mengambil tangan Revan dan meletakkan diatas kepalanya. "Berjanjilah padaku Revan untuk menikahi Lia, jika tidak aku akan pergi selamanya dari hidupmu dan hidup semua orang," lanjut Bella lalu menurunkan tangan Revan dari kepalanya. Setelah itu Bella langsung berdiri dari duduknya.
"Pulanglah Revan, dan jangan pernah kembali lagi keapartku. Aku menunggu undangan pernikahan mu," Bella berbalik dan segera berjalan menuju kamarnya.
"Baiklah" ucap Revan menggantung, membuat Bella berhenti melangkah. "Aku akan menuruti permintaan mu, aku akan menikahi Lia," lanjut Revan dengan suara tinggi dan penuh emosi, lalu dia segera pergi dari apart Bella.
Revan memutuskan untuk pulang kerumah, sesampainya kerumah bukannya ketenangan yang di dapatkannya dia malah bertemu dengan kedua orangtua nya. Kedua orang tua Revan menanyakan perihal pernikahan nya dengan Lia, yang ternyata mereka dan orang tua Lia sudah memutuskan akan menikahkan anak mereka dua minggu lagi.
Flashback off
***
Disisi lain Lia sedang menangis di apart nya. Dia memutuskan untuk pulang, biar saja dia dicari orang kantor, Lia sudah tidak perduli. Kalau perlu lebih baik dia dipecat saja, dia ingin menikmati hidup yang tenang. Bukan seperti sekarang, penuh dengan tekanan. Pikirannya kacau, dua minggu lagi bukanlah waktu yang lama. Ini tidak sesuai dengan ekspetasinya, jika disuruh memilih dia akan memilih membayar hutangnya kepada Revan.
"Apa aku bayar saja uang Revan untuk membayar hutang Ayah, tapi dimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Bahkan ginjalku saja tidak cukup untuk membayarnya. Hiks hiks. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan, aku bingung harus apa." monolog Lia masih dengan tangisan.
Drrt drrt
Handphone Lia berdering, dia sempat ingin mengabaikan handphone nya karena mungkin itu adalah orang kantor yang sedang mencarinya. Namun setelah dilihat itu adalah Ayah nya.
Lia menarik nafas sebentar untuk meredakan tangisnya. Ayahnya tidak boleh tahu dia sedang menangis, jika Ayahnya sampai tahu itu hanya akan membuat Ayahnya kepikiran.
"Assalamu'alaikum Ayah,"
"Wa'alaikumus salaam" jawab Ayah Lia disebrang sana.
"Ada apa ayah?"
"Bagaimana kabarmu nak?"
"Alhamdulillah Lia baik yah," lagi-lagi Lia berbohong, ingin rasanya Lia memeluk Ayahnya lalu menceritakan semua bebannya. "Ayah gimana kabarnya?" lanjut Lia.
"Alhamdulillah Ayah baik, oh iya nak. Pagi tadi pa Ivan telpon Ayah, katanya pernikahan akan diadakan dua minggu lagi." ucap Ayah Lia girang.
Lia menarik nafas berat, ternyata Ayahnya sudah tahu akan hal ini.
"Lalu apa tanggapan Ayah,"
"Ya Ayah setuju saja, lebih cepat lebih baik kan. Terus Ayah minta buat acara nikahannya dikampung aja, untuk resepsinya terserah mereka dimana. Lia nanti lagi ya bicaranya, ada tukang datang kerumah buat renovasi rumah kita. Assalamu'alaikum." ucap Ayah Lia dengan buru-buru
"Wa'alaikumus salaam" jawab Lia dengan lesu, setelah itu telepon langsung terputus.
***
TBC
Hai guys aku up lagi, jangan lupa vote&comment nya ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold CEO Is My Husband
Romance"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia "Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan "Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...