Happy Reading❤️
***
Keesokan paginya Revan menepati janjinya untuk menjemput Lia. Mukanya terlihat sangat prustasi karena perkataan Bella malam tadi, andai dia tidak berjanji untuk membawa Lia bertemu mamah nya mungkin Revan akan menghabiskan waktunya di rumah untuk menenangkan diri.
Tok tok tok
Ketuk Lia pelan di kaca mobil Revan, yang membuat Revan langsung menurunkan kaca mobil.
"Saya boleh masuk pa?," tanya Lia.
"Hmm" jawab Revan malas.
Lia masuk di barisan penumpang, yang tentu saja membuat Revan langsung memicingkan matanya.
"Saya ini bukan supir kamu, duduk didepan." ucap Revan sarkas.
"Baik pa, maaf in saya," Lia buru-buru turun karna melihat aura Revan yang sangat menyeramkan.
Setelah duduk dengan nyaman ditempatnya, Lia hanya diam. Mobil berjalan dengan kecepatan sedang. Dilirik Lia Revan yang duduk di sampingnya, penampilan Revan agak sedikit berbeda hari ini. Rambut Revan agak berantakan, tidak seperti biasanya.
"Apa Bapak baik-baik saja?." tanya Lia hati-hati, takutnya bos atau tunangan nya itu sedang sakit. Bolehkah Lia menyebut Revan tunangan sekarang, rasanya sangat menggelikan.
"Hmm" lagi-lagi jawaban Revan hanyalah hmm.
"Kita mau kemana pa?." tanya Lia sabar, dalam hatinya kalau dijawab dengan hmm lagi dia berjanji tidak akan bertanya lagi.
"Apa kamu bisa diam?." bentak Revan tanpa sadar.
Sontak Lia terdiam karna kaget dibentak oleh Revan, feeling nya dari awal sudah mengatakan untuk tidak banyak tanya, tapi tabiat Lia yang kepoan tidak bisa dihilangkan. Lia hanya bisa pasrah dibawa oleh Revan kemanapun itu.
20 menit kemudian mereka sampai di depan sebuah butik mewah.
"Kita ngapain ke sini pa?," Lia mengerutkan dahinya bingung, ngapain coba pagi-pagi kebutik, harusnya kan kekantor.
Revan tidak menjawab melainkan langsung turun dari mobil, mood nya sungguh buruk hari ini. Ditambah dengan nomor Bella yang tidak bisa dihubungi sejak tadi.
Karna tidak ada pergerakan dari Lia yang ada didalam mobil, membuat Revan menghembuskan nafas lelah. "Apa yang ditunggu gadis itu?, bukannya keluar malah berdiam diri." ucap batin Revan menggerutu.
Revan membuka pintu mobil "Turun" ucap Revan setelahnya.
"Eh saya juga turun pa," Lia segera bergegas turun dari mobil. "Saya kira saya ga ikut turun pa," lanjut Lia.
Revan dan Lia beriringan masuk kedalam butik itu.
"Sayang" panggil mamah Revan dengan berteriak ketika melihat calon menantunya memasuki butik.
"Astaghfirullah" Lia mengusap dadanya pelan, panggilan mamah Revan membuatnya sangat terkejut.
"Ayo sini" Mamah Revan menggaet tangan Lia buru-buru. Lia hanya bisa pasrah mengikuti langkah calon mertuanya itu, sedang Revan memilih untuk duduk diruang tunggu. Entah apa yang dilakukan mamahnya itu.
"Mah kita ngapain ketempat baju pengantin?."
"Loh Revan belum ngasih tau?." tanya mamah Revan kaget.
Lia berpikir sejenak, apakah dia melewatkan perkataan Revan. Perasaan Revan hanya mengatakan akan menjemputnya pagi ini, tidak ada hal lain yang diucapkan Revan selain itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold CEO Is My Husband
Romance"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia "Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan "Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...