"Ragamu memang milikku, tapi hatimu milik orang lain." Lia
"Aku tidak pandai dalam hal berbagi hati, karena itulah hanya satu diantara dua yang akan aku abadikan didalam hatiku." Revan
"Jika kata orang level tertinggi mencintai itu adalah ikhlas ket...
Revan POV Ini udah tengah hari tapi Bella belum selesai juga dengan pemotretannya. Jujur aku lelah jika hanya duduk saja melihat ia berfoto dengan bermacam gaya.
"Sayang masih lama ga?." tanya ku pada Bella.
"Bentar lagi ya, habis itu kita makan siang. Kamu kaya baru pernah aja nemenin aku kerja." jawabnya sambil tersenyum yang hanya kubalas dengan senyuman juga.
Mungkin sekitar 10 menit aku menunggu dan akhirnya kekasihku itu selesai juga dengan pekerjaannya. Setelah dia berganti baju aku dan dia segera menuju parkiran lalu pergi untuk makan siang.
"Mau makan dimana?." tanyaku sambil membuka kan pintu mobil untuknya.
"Terserah" jawabnya sambil tersenyum yang membuatku tersenyum juga. Namun senyumku dalam artian lain. Karena arti terserah itu banyak dalam kamus perempuan.
"Yaudah kita cari restoran dekat sini aja ya, soalnya aku udah laper."
"Oke"
Setelah dia mengucapkan oke aku segera masuk mobil dan mencari tempat makan yang tidak terlalu jauh, karna jujur perutku sudah sangat lapar karna ini sudah jam 2 siang.
Setelah makan siang Bella memutuskan untuk pulang saja keapart nya karena dia sudah lelah. Padahal sebelumnya dia ingin jalan-jalan, namun diurungkan karena ia ingin beristirahat. Sebab besok dia akan melakukan pemotretan lagi.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 17:30, artinya Lia sudah bisa pulang keapartnya. Pekerjaannya pun sudah selesai, jadi dia tidak perlu lembur.
"Akhirnya bisa pulang kerumah juga." ucap Lia dengan tersenyum lalu mengambil tas nya dan segera keluar dari ruangannya.
Dilantai 1 Lia bertemu dengan Elin yang juga akan pulang.
"Hai Lia" sapa Elin.
"Hai Lin, ga lembur ya malam ini." tanya Lia pada Elin.
"Ga. Sebenarnya masih ada kerjaan sih, tapi aku udah cape banget jadi mutusin buat pulang aja. Hehe" jawab Elin dengan cengengesan.
Lia hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan Elin.
"Mau pulang bareng ga." tawar Elin pada Lia.
"Ga deh Lin, kayanya tempat tinggal kita beda arah. Aku pulang sendiri aja." tolak Lia ramah.
"Gapapa ko, sekalian biar tau rumah kamu dimana."
"Aku tinggal diapart Lin, aku pulang sendiri aja takut ngerepotin kamu. Lagian katanya kamu mau istirahat kan." tolak Lia sekali lagi.
"Yaudah duluan ya, bye." Elin melambaikan tangannya meninggalkan Lia seorang diri.
"Bye" balas Lia sambil melambaikan tangannya juga.
Lia memutuskan pulang menggunakan angkutan umum agar menghemat pengeluaran nya.
***
Setelah sampai apart Lia langsung membersihkan tubuhnya, setelah itu ketempat tidurnya untuk melepaskan penat.
"Ah nyamannya" Lia langsung melemparkan tubuhnya ketempat tidur lalu memejamkan matanya. Hari ini sungguh melelahkan baginya, banyak hal baru yang dikenalnya. Ternyata menjadi sekertaris tak semudah yang dibayangkan nya, apalagi ia tidak pernah memiliki pengalaman sebelumnya.
Ting... Suara notifikasi Whatsapp membuyarkan lamunannya.
Nadia Di mana alamat tempat tinggal mu.
Lia Alamatku di jalan....
Nadia Bolehkah aku berkunjung.
Lia Apa yang tidak boleh untukmu Nadia.
Nadia Baiklah aku akan kesana sebentar lagi.
Read
Sebenarnya Lia sangat lelah hari ini, tapi ia tak tega menolak sahabatnya itu. Dengan malas Lia bangun dari tempat tidurnya, ia ingin memasak untuk makan malam. Tak lama setelah itu Nadia sudah sampai diapartemen Lia.
"Wahh Lia, aku tak menyangka bahwa kau akan tinggal diapartemen semewah ini. Bagaimana kau bisa mendapatkan nya?" Nadia terkagum kagum melihat isi apart Lia. Pasalnya dia hanya tinggal di kos-kosan yang kecil dan tidak mewah selama dia berkuliah.
"Duduk dulu Nadia, nanti akan kujelaskan."
Nadia duduk diruang tamu apart itu, ia masih tak menyangka. Dimana sahabatnya itu mendapatkan uang untuk tinggal di apart ini, padahal yang ia tahu Lia bukanlah termasuk orang yang berada dikampung nya, bahkan Ayah Lia terlilit hutang dengan rentenir. Jika Lia mengatakan mendapatkan uang dari hasil kerjanya rasanya tidak mungkin juga. Pasalnya waktu dikampung Lia tidak bekerja, dia hanya diam dirumah lalu sewaktu-waktu membantu Ayahnya dikebun. Sedangkan Lia sendiri baru saja bekerja diperusahaan yang mewah itu. Masa iya dia digaji sebelum kerja.
"Minum dulu." Lia membuatkan minuman untuk sahabatnya itu.
"Kau tau saja kalau aku haus." Nadia terkekeh pelan.
"Ya sudah minum dulu." Lia.
"Kau harus menjelaskan semuanya kepadaku Lia," Nadia tak menyangka, bagaimana bisa hidup sahabatnya itu bisa berubah menjadi agak mewah, secara Lia dulunya hanya seorang anak petani saja, berbeda dengan dirinya yang anak seorang juragan.
Lia bingung, haruskah ia ceritakan semuanya kepada sahabat nya ini?, sebenarnya dia juga lelah menyimpan semua rahasia nya ini sendiri. Dia juga butuh seseorang untuk berbagi luka ini. Lia memutuskan menceritkan semuanya pada Nadia, untuk mengurangi beban nya, semoga saja Nadia orang yang tepat untuk menyimpan rahasia besar ini.
"Lia, jika kamu belum siap menceritakan semuanya tak apa. Aku akan menunggu kamu siap" Nadia tau, ada sesuatu yang disimpan sahabatnya ini. Ia sudah lama sekali berteman dengan Lia, bahkan sudah dari kecil.
Lia menundukkan kepalanya. Tess...Tanpa Lia sadari air matanya keluar dengan sendirinya. Nadia yang menyadari itu langsung memeluknya.
"Nadia aku tak tau harus menceritakan semua ini dari mana....hiks hiks." Lia terisak kecil.
"Cerita lah pelan-pelan Lia," nadia tak tau harus berbuat apa selain memeluk dan mengusap punggung Lia yang bergetar.
Dengan tekat yang kuat, Lia melepaskan pelukannya dengan Nadia. Lalu mengalir lah kisah tentang bagaimana Lia bisa bekerja di perusahaan yang besar dan bisa tinggal di aparteman ini.
***
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.