SONG—PUNCH DONE FOR ME
Kamar luas itu gelap, tidak ada penerangan dalam bentuk apapun. Bahkan cahaya matahari tak mampu menembus tebalnya korden.
Secara reflek, sebelah tangan Vale meraba tempat di sampingnya. Matanya terbuka perlahan begitu menyadari tak ada siapapun di sana.
Vale mengerjapkan mata beberapa kali, "dasar laki-laki tidak bertanggung jawab. Setelah membuat badanku remuk, lalu pergi begitu saja," dia mendengus, merapatkan selimut tebalnya.
Dia bergelung lagi di bawah selimut, matanya masih cukup berat untuk dipaksa terbuka. Kira-kira Vale baru tidur pukul lima tadi.
Drake tuh emang kebiasaan kalau gempur gak aturan. Semaunya sendiri, gak peduli kalau istrinya udah mirip adonan gagal saking berantakannya.
Baru lima menit Vale memejamkan mata, suara pintu memaksanya kembali membuka matanya. Netranya menyipit memerhatikan Drake tengah menggendong Sean.
"Bertanggungjawab ding, tuh buktinya pagi-pagi udah gendong anaknya." Gumam Vale.
"Morning mommy!" Drake melambaikan tangan kecil Sean pada Vale membuat perempuan itu mengulas senyum tipis.
"Jam berapa, yang?" Tanya Vale.
"Delapan," Drake menyahut, tangannya baru saja menggapai knop pintu hendak menutup benda itu, tapi suara Sephine menginterupsinya.
"Ayah ayahhh!! Seannn!" Sephine berseru semangat.
"Et et ett, jangan masuk." Drake menghadang langkah Sephine hendak memasuki kamarnya.
"Kenapa?"
"Mommy masih tidur,"
Sephine melongokkan sedikit kepalanya, dia mencebikkan bibirnya tahu kalau Drake berbohong. Meski begitu Sephine mencoba mengerti, mungkin mommynya memang sungguhan lelah karena mengurus Sean dan bapaknya Sean.
"Diantar Paman Harvey, ya? Ayah nanti saja menjemput," kata Drake seraya mengusap lembut puncak kepala Sephine.
Anak perempuan berusia lima belas tahun itu mengangguk "siap. Hari ini Sephine terakhir sekolah,"
Drake mengangguk "ayah tahu. Ya sudah sana berangkat, nanti terlambat."
"Mau cium Sean, boleh?"
Tanpa banyak berkata Drake merendahkan tubuhnya hingga Sephine bisa menjangkau Sean. Sephine mencium kedua pipi Sean secara bergantian.
"Ganteng banget sih, gemesss." Ucap Sephine. Dia selalu geregetan tiap melihat Sean. Bayi itu benar-benar lucu dan tampan.
"Iya lah ganteng, bapaknya siapa." Drake bergumam lirih.
"Hati-hati, princess," Drake merunduk, mengecup ringan puncak kepala Sephine sebelum anak itu beranjak pergi.
"Oke, king." Sephine melambai seraya menjauh darinya. di pintu depan sudah ada Draco dan Harvey yang menunggunya.
Drake memandangi Sephine dengan sorot bangga sekaligus tak percaya.
"Ya ampun, anak udah gede aja." Dia tersenyum tipis, begitu Sephine hilang dari pandangan, Drake bergerak masuk ke dalam kamar.
Drake naik ke atas ranjang, dia berbaring kemudian meletakkan Sean di atas badannya. Vale mendekat, mencium sebelah pipi Sean, ikut gemas seperti Sephine.
"Sean, kenapa kau mirip sekali dengan ayah? Kenapa? Hmm?" Vale menoel-noel pipi Sean dengan jemarinya "tidak ada bagian tubuh mommy yang menurun kepadamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT KILLERS
Fantasy[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN] ⚠️UNTUK DIBACA BUKAN DITULIS ULANG ALIAS PLAGIAT. MIKIR ALUR SUSAH ini adalah kisah akhir dari trilogi Voresham. The ice prince yoshinori Mate from the dark Silent killers Alurnya enggak terlalu berkaitan ta...