Winter

288 43 9
                                    






Komen mana sih komen? Pada bosen yah?





Awal tahun ini dimulai dengan musim dingin. Padahal biasanya selalu dimulai dengan musim semi. Entahlah, semakin hari Voresham menunjukkan bahwa daratan itu akan bernasib sama dengan kerajaan sebrang sana atau Icherland.

Yoshi dan Lucia sedang berada di ruang kerja, tidak melakukan apapun mereka hanya sedang menunggu seseorang datang.

Tak lama kemudian sosok yang mereka nanti tiba juga. Pintu ruangan terketuk beberapa kali, lantas benda itu terbuka menampakkan sosok lelaki memakai mantel hitam dengan sorot matanya yang luar biasa tajam.

Dia adalah Drake.

"Kau datang sendiri?" Suara Yoshi terdengar lebih dahulu.

"Dengan Valerie. Dia ada di kastil tiga bersama Thala dan Aash," jawab Drake "ah ngomong-ngomong aku heran dengan duyung itu," ungkapnya seraya berkacak pinggang.

"Kenapa?" Sekarang ganti Lucia yang bertanya.

"Kenapa dia bisa bertahan lama di daratan sedangkan aku tidak bisa terlalu lama di dalam laut," pikir Drake "bukankah itu tidak adil, Eleanor?"

Lucia spontan tertawa pelan, dari susunan kalimatnya, Drake seolah ingin memiliki banyak kelebihan.

"Itu adil, Drake. Sangat sangat adil. Aash belum tentu juga bisa bertahan lama di wilayahmu. Semua dewa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing termasuk bertahan di teritori satu sama lain,"

"Ya. Aash memang bisa bertahan lama di darat, tapi belum tentu dia bisa bertahan selama ini di dunia kegelapan," Yoshi menimpali.

Drake menganggukkan kepala sambil menggaruk alis dengan telunjuknya. Semua yang dikatakan oleh Yoshi maupun Lucia ada benarnya. Kalau dia bisa bertahan lama di dalam lautan itu hanya akan membuatnya terlalu sempurna bahkan mengalahkan Arthur. Tidak bisa, Arthur ditakdirkan sebagai dewa yang tak terkalahkan. Dibeberapa bagian Drake memang unggul, tapi bukan berarti dia bisa mengalahkan Arthur semudah itu.

"Bagaimana gejalanya?" Tanya Drake begitu duduk di sofa panjang, tepat di mana pasangan pemimpin negeri duduk.

"Semakin terlihat jelas," jawab Lucia membuat Yoshi melebarkan matanya. Drake diam mengamati iris mata Yoshi, warnanya kian tak manusiawi. Dilihat dari netranya saja sudah bisa dijelaskan, sedingin apa tubuh lelaki itu sekarang.

Abu-abu pekat yang sangat-sangat dingin. Sorot matanya saja seperti bisa membekukan siapapun yang berani menatapnya balik.

"Snowflakes juga mulai muncul di dahi," tunjuk Drake dengan dagunya. Lucia langsung menghadapkan tubuhnya pada Yoshi, mengarahkan kepala lelaki itu kepalanya. Dan benar saja, simbol yang Drake bicarakan perlahan tergambar jelas di sana.

"Berapa lama kau bisa memegang sebuah benda sekarang?" Tanya Drake pada Yoshi.

"Durasinya semakin turun, Drake. Waktu ini masih bisa satu sampai dua menit, sekarang hanya tiga puluh detik." Terang Yoshi "tapi aku tidak merasa ada yang berubah dari diriku,"

"Dalam arti kau tidak merasa bahwa suhu tubuhmu menurun tiap harinya?" Drake menaikkan satu alis.

Yoshi mengangguk "yah begitulah,"

"Dan perubahan yang tak kau rasakan itu membawa dampak ke Voresham. Awal tahun dimulai dengan musim dingin saja sudah cukup aneh, dan bisa saja membuat rakyat banyak berpikir serta menduga-duga," Drake berkata, setelah itu Drake beranjak dari duduknya, dia berjongkok di depan Yoshi.

Lelaki itu mendongak, menatap iris mata Yoshi seperti sedang berkomunikasi dengan jiwa dewa Yoshi. Bulu kuduk Drake meremang ketika makin lama dia meneliti iris abu-abu Yoshi. Benar-benar sedingin itu.

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang