Upacara

297 57 13
                                    



Selamat membaca zheyeng..






Malam ketika bulan telah sepenuhnya bertahta, Drake, Valerie, Harvey dan beberapa pengawal baru tiba di istana. Mereka tidak menggunakan kelebihannya berpindah tempat karena ingin menikmati pemandangan musim gugur di Voresham.

Drake dan Vale berjalan beriringan menuju istana tiga, sedangkan Harvey menggiring dua kuda masuk ke dalam kandangnya.

Sambil mengamit lengan suaminya, Valerie nyeletuk "Drake, Selene cantik, ya?"

"Hmm, cantik." Drake menyahut asal seraya menggulung lengan kemejanya, dia merasa gerah di tengah musim gugur seperti sekarang.

Tak peka bahwa jawabannya membawa suasana buruk sampai akhirnya Drake merasakan nyeri di lengan atasnya karena dipukul keras oleh Vale.

"Aw!" Keluh Drake mengusap lengannya.

Vale mendelik galak membuat Drake bertanya-tanya kenapa suasana hati sang istri mudah sekali berganti.

"Kau memuji perempuan lain cantik di depan istrimu?" Vale berkacak pinggang. Matanya kian melotot tajam.

Dahi Drake berkerut dalam "apa sih, yang?"

"Kau memuji Selene cantik!" Seru Vale marah

"Aku?" Drake menunjuk dirinya sendiri "kapan?"

"Drakee!!" Rengek Vale membuat kerutan di dahi Drake makin tercetak jelas.

Enggan memperpanjang masalah, Drake merengkuh pinggang ramping Vale hingga gadis itu masuk dalam dekapan hangatnya.

"Apa sih? Kapan aku bilang Selene cantik? Kapan?" Tanya Drake pelan.

Vale tak menjawab, padahal dia yang nyari masalah. Dia memalingkan wajah, Drake mengikuti terus sampai Vale jengkel sendiri.

"Kamu tuh tua makanya lupaan," ujar Vale memberenggut kesal.

"Ya udah maaf aku memang sudah tua." Drake mengangguk pasrah, entah harus berapa puluh kali dia mendengar ejekan Valerie masalah usia.

Drake tidak perlu marah karena itu fakta. Perbedaan usia mereka cukup jauh. Sebenarnya masih ada yang lebih jauh, yaitu Gerard dan Athena, Lucia dan Yoshi, Liana dan Allen.

"Tapi perlu kau ingat, tua tua begini aku suamimu." Lanjut Drake tiba-tiba tak terima.

"Aku ingat, bagaimana aku bisa melupakan om om ganteng satu ini." Akhirnya Vale kembali menatap lelaki yang lebih tinggi darinya.

"Hilih," Drake mencibir "kau baru saja marah-marah karena aku menyebut Selene cantik padahal kau yang memulai. Selene dalam pikiranku adalah bulan bukan dewi,"

"Ssstt..." Drake langsung menempelkan telunjuknya di bibir Vale ketika gadis itu hendak menyahuti ucapannya.

"Ayo kita masuk,"

Lelaki itu merunduk "mandi," bisiknya.

Vale menyeringai tipis "berendam air hangat," imbuhnya.

"Berdua," Drake menyambar lagi.

Keduanya saling bertatap mata lalu mengangguk bersamaan. Masih sambil mendekap Vale di depan, mereka berdua masuk ke dalam kastil.

Drake terkejut mendapati Draco duduk di salah satu sofa ruang tengah sendirian hanya ditemani secangkir teh yang telah mendingin.

"Co.." sapa Drake

"Josephine ingin bertemu denganmu," kata Draco tanpa basa basi.

"Baiklah aku akan menemuinya," Drake lantas membalik tubuh Vale "kau tunggu sebentar ya, aku harus menemui Sephine dulu. Sabar, kan?"

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang