Namanya Bellatrix, kedudukannya sebagai Dewi Perburuan.
Gadis itu berparas ayu, matanya lebar mirip ibunya, bibirnya mungil seperti bapaknya. Dia memiliki rambut warna Brunette. Berbeda dengan Sean yang rambutnya hitam legam.
Semua orang mengenal Bellatrix sebagai murid dengan kemampuan di atas rata-rata. Bella selalu mencetak poin tertinggi tiap kali ujian, saling berebutan dengan sang kakak, Sean.
Sambil menenteng peralatan panahnya, Bella membawa kaki jenjangnya menuju asrama perempuan. Dia baru saja dari hutan belakang sekolah, sekedar mengasah kemampuan memanahnya. Hutan belakang sekolah kerap digunakan untuk latihan fisik tiap pekan.
Langkahnya memelan begitu mendengar suara rintih tangis seseorang dari samping gedung asrama. Bella menyampirkan kantung anak panahnya di bahu kemudian melangkah mendekati sumber suara.
Senyum miring terbit di bibirnya begitu mengetahui asal muasal suara tadi.
Jujur, Bella tak habis pikir kenapa di akademi militer sering terjadi kasus pelecehan kepada murid perempuan. Persis seperti yang dia lihat saat ini.
"Wah... Sepertinya setelah ini aku yang ganti dipanggil oleh lord Stevan karena memelintir tangan temanku sampai patah,"
Suara Bella menghentikan tindakan tidak pantas tiga orang laki-laki terhadap seorang perempuan yang nyaris saja telanjang.
Perempuan itu menangis tersedu-sedu, ia menoleh pada Bella, sorot matanya seolah menunjukkan permohonan agar ditolong.
Hal lain yang membuat Bella heran, bukan karena jumlah murid perempuan di akademi militer sedikit. Melainkan kepala sekolah mereka, lord Stevan.
Stevan adalah sosok yang kelewat tegas. Dia juga sangat galak. Stevan tak segan men-drop out seorang murid jika terbukti melakukan kesalahan. Stevan bahkan tidak peduli jika murid itu adalah anak dari kepala wilayah, Raja atau orang berpengaruh di Voresham. Dia tidak mentoleransi kesalahan sekecil apapun.
Tapi, masih banyak murid yang seolah menentang Stevan hanya karena mereka anak bangsawan berpengaruh di Voresham.
Entah, sudah berapa puluh murid yang dia keluarkan karena terbukti melakukan kesalahan fatal. Sebagai contoh saja merundung, pelecehan, bahkan ada yang di keluarkan hanya karena bolos latihan fisik.
Kalau tidak ingat prestasi Sean di sekolah, mungkin tahun lalu Sean juga di keluarkan setelah terbukti merundung salah satu temannya.
"Bellatrix," tiga laki-laki itu berbisik, dua diantaranya terlihat panik melihat siapa yang berdiri sambil menenteng perlengkapan panahan.
Bella mengangguk "aku heran, apa yang kalian dapatkan dari melecehkan seorang perempuan? Bukankan itu sama saja kalian melecehkan ibu kalian sendiri?" Gumam Bella, menggaruk alis dengan telunjuknya.
Gadis itu menghela napas, menarik tangan perempuan korban pelecehan tadi, membawa ke belakang tubuhnya untuk berlindung.
"Aku tidak masalah jika harus di drop out dari sekolah karena membela temanku yang menjadi korban pelecehan dengan mematahkan tangan pelakunya,"
"Atau..." Kalimatnya menggantung membuat dua laki-laki tadi berdiri gemetar.
Secepat kilat Bella menarik anak panahnya dari busur dan langsung mengarahkan ke kepala laki-laki yang berada di tengah. Dia melihat laki-laki itu paling semangat merundung, sepertinya dia adalah ketua geng atau sejenisnya.
"Memanah kepala pelaku." Bella berujar rendah.
"ini bukan anak panah biasa. Kalian ingin merasakan perbedaannya dengan anak panah lain?" Tanya Bella
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT KILLERS
Fantasy[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN] ⚠️UNTUK DIBACA BUKAN DITULIS ULANG ALIAS PLAGIAT. MIKIR ALUR SUSAH ini adalah kisah akhir dari trilogi Voresham. The ice prince yoshinori Mate from the dark Silent killers Alurnya enggak terlalu berkaitan ta...