Darling Rabit

328 54 48
                                    










"Har!"

Spontan Harvey berbalik badan dan langsung melesatkan anak panahnya. Hasilnya anak panah milik Harvey membelah anak panah milik Bella.

"Wohooooo," Bella berdecak kagum seraya tepuk tangan.

"Kau mengejutkanku," kata Harvey lirih, dia justru malu karena respon Bella demikian.

Bella kemudian mendekat, gadis itu menepuk pelan sebelah bahu Harvey seperti sedang memberi apresiasi.

Ngomong-ngomong mereka berdua sedang berada di Pegunungan Nuvoleon untuk berburu sesuatu.

"Aku heran kenapa mommy tidak pernah diperbolehkan datang ke sini?" Ujar Bella memulai langkah masuk ke dalam hutan kemudian diikuti Harvey di sampingnya.

"Sebelum diberi mantra penangkal oleh Lucia, tempat ini memang rawan digunakan untuk ritual ritual gila,"

Bella menoleh sekilas "oh, ya?"

"Ehm," Harvey mengangguk "karena ibumu hanya memiliki empat puluh persen darah dewa dia sangat rawan dipengaruhi juga menerima hal-hal buruk. Bisa dibilang Valerie mudah dimanfaatkan oleh sesuatu yang ingin bertindak jahat pada keluarga kerajaan misalnya," jelas Harvey mengingatkannya pada insiden super kelam di masa lalu.

"Tapi sekarang bagaimana? Kau bilang hutan ini sudah diberi mantra penangkal oleh grandma?"

"Ya sekalipun telah dipastikan aman tetap saja Valerie tidak boleh datang ke sini."

"Siapa yang melarangnya? Grandma atau ayah?"

Harvey mendesah lirih "hampir bisa kau tebak. Siapa lagi kalau bukan Drake,"

Bella menganggukkan kepalanya paham dengan cerita Harvey kenapa hutan ini menjadi sebuah pantangan bagi ibunya. Menurut Bella sendiri dia tidak merasakan hawa lain ketika pertama kali menjejakkan kaki di tempat ini bahkan sampai masuk ke dalam hutannya. Mungkin darah yang mengalir di nadinya menjadi faktor utama.

"Kau ingin mencari apa, Bell?"

"Kelinci, bagaimana jika kita makan daging kelinci sebagai perayaan?" Bella berhenti melangkah, dia memutar badannya hingga sepenuhnya menghadap pada Harvey.

"Perayaan apa?" Tanya Harvey bingung sekaligus gugup.

Gadis itu lantas mencondongkan tubuhnya ke depan "kau bilang ayah merestui hubungan kita?" Bisik Bella.

Mendengar ucapan Bella, Harvey seketika merasa tubuhnya membeku secara perlahan. Matanya bergulir ke sana ke mari menghindari tatapan mata Bella.

"Ya kan, Har?" Ulang Bella

Harvey mengangguk patah-patah "y—ya kurang lebih seperti itu," sahutnya

"Berarti aku kekasihmu sekarang," Bella tersenyum lebar, nada bicaranya menjadi riang. Tapi tidak dengan Harvey yang justru makin kaku seperti batu.

"Yey!" Seru Bella pelan sambil mengangkat busurnya ke udara. 

Dahi Bella berkerut halus melihat Harvey, kenapa laki-laki itu diam saja? Tidak sukakah memiliki hubungan dengannya?

"Har!" Bella menyentuh lengan Harvey "Harvey!" Dia goyangkan karena Harvey tak kunjung menyahut.

"Kau baik-baik saja? Pucat sekali wajahmu," kata Bella khawatir "sakit? Pengawal dewa bisa sakit juga ya?" Pikir gadis itu

Harvey meraih sebelah tangan Bella yang hendak menyentuh wajahnya, dia genggam erat sambil diturunkan perlahan. Napasnya menderu tak teratur membuat Bella makin tak paham kenapa Harvey seperti itu.

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang