Promise

375 49 7
                                    










Lucia meringis melihat sekacau apa kamar Sephine, meski begitu dia tidak berani berkomentar banyak apalagi sampai menyuruh Sephine membereskan kekacauan yang dia buat.  Dari pada membicarakan kebersihan, Lucia lebih fokus ke pemulihan mental Sephine.

Kamar yang berantakan bisa dirapikan, tapi mental yang berantakan?

Butuh waktu berapa tahun sampai benar-benar pulih?

Bahkan tidak ada jaminan Sephine sepenuhnya pulih dan melupakan ingatan menyakitkan itu.

Sephine duduk di samping nakas lagi, Lucia menuruti sambil meletakkan nampan berisi makanan. Dia nyaris menangis begitu mendapati luka-luka di tangan Sephine.

Lucia berusaha menarik sudut bibirnya, dia tidak boleh terbawa suasana di sini.

"Josephine. Kau melukai tanganmu?" Ucap Lucia lirih seketika membuat Sephine mengangkat kedua tangannya.

"Sephine ingin mati, grandma." Kata anak itu.

"Kenapa harus mati? Kau sudah tidak ingin bertemu dengan ayahmu? Mommy? Sean? Bella? Mereka semua ingin bertemu denganmu,"

"Sephine hanya tidak ingin mereka menanggung malu karena apa yang telah Sephine lakukan,"

Lucia mengulurkan sebelah tangannya, menggeggam kedua tangan Sephine "sayang, semua itu bukan salahmu. Sephine tidak salah, dan kita tidak malu. Kita tetap bangga memiliki satu anggota keluarga yang kuat sepertimu," Lucia menatap Sephine dalam-dalam, iris coklat terang gadis itu mengingatkan Lucia pada Gale.

"Tapi bagaimana jika mereka hanya baik di depan? Sebenarnya membicarakan Sephine di belakang?"

"Apa selama ini kau mengenal mereka sebagai sosok yang suka membicarakan keburukan di belakang?" Tanya Lucia lembut "bukankah ayahmu tidak pernah mengajari hal semacam itu?"

"Ayah," gumam Sephine.

"Selama ini jika kau berbuat salah ayahmu langsung menegurmu kan? Tidak pernah membicarakannya di belakang. Tidak ada satupun dari kami yang seperti itu,"

"Lalu kenapa ayah tidak menegur Sephine sekarang?"

"Itu karena kau tidak bersalah." Balas Lucia "baiklah, kau mau makan? Grandma membawakan pasta kesukaanmu. Tadi mommy yang memasak,"

Sephine menggeleng "Sephine tidak lapar,"

"Kau tidak ingin memakan masakan mommy? Mommy membuatnya sambil menangis karena teringat denganmu. Bahkan sampai sekarang mommy tidak mau makan karena kau juga belum makan," tutur Lucia berusaha sehalus mungkin membujuk Josephine.

Netra Sephine bergeser pada sepiring Tortellini yang tampak menggiurkan itu. Sayangnya dia benar-benar tidak berselera makan.

"Makan sedikit ya, sayang. Setidaknya nanti saat grandma membawa piring ini keluar, isinya berkurang walau sedikit. Ya?"

Tiba-tiba Sephine meraih secangkir latte greentea dari atas nampan lalu dia lempar ke arah pintu membuat Lucia melebarkan matanya, terkejut.

"Sephine tidak suka greentea!" Anak itu menjerit seraya melindungi kepala dengan dua tangannya.

"Sephine benci, Sephine tidak suka. Aaaaaaaa!!"

Lucia kebingungan, padahal kata Drake, latte greentea adalah minuman kesukaan Josephine.

"Sephine tidak suka greentea!!" Dia memekik histeris.

Setelah itu Lucia langsung menarik Sephine ke dalam dekapannya. Dia mengusap kepala sampai punggung berusaha menenangkan Sephine.

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang