Black Shadow

282 54 8
                                    





Selamat membaca, maaf membuatmu menunggu. Jangan lupa vote dan komen ya...






Meskipun sudah melakukannya berkali-kali, Sephine masih sering berdebar ketika kulitnya bersentuhan secara langsung dengan Draco. Seperti saat ini. Dia sedang dalam dekapan lelaki itu. Tubuh polosnya didekap penuh kelembutan oleh Sang Dewa. Nafas hangat Draco yang menerpa belakang lehernya membuat Josephine kian tenggelam dalam degup jantungnya.

"Josephine!" Bisik Draco lirih

"Hmm..." Sephine bergumam resah 

"I can fix all those lies,"

Sephine diam sebentar, dia tak tahu kenapa Draco tiba-tiba mengatakan hal itu. Sedangkan Draco sabar menunggu respon sang istri.

"Oh baby, baby i run but i'm running to you,"

"You won't see me cry," lanjut Sephine membuat Draco tersenyum tipis.

"I'm hiding inside." Ucap Draco

"My heart is in pain but i'm smiling for you..." Pungkas Sephine seraya meremat jemari Draco yang berada di perutnya.

"Aku setelah ini pergi, ya?" Pamit Draco

Sephine membalik badannya perlahan tanpa menyingkirkan selimut tebal yang membungkus tubuhnya, dia mendongak guna menatap iris perak Draco.

"Ke mana?"

Draco menelan berat liurnya, sejak menikah dengan Josephine, tiap gairah membakar habis kesabarannya membuatnya makin sering merasa haus tak tertahan. Dahaganya hanya bisa tuntas dengan secangkir darah binatang.

"Ke istana, menemui Harvey. Ada kepentingan,"

Yang Draco sukai dari Josephine adalah gadis itu sepenuhnya percaya padanya. Ketika dia pamit pergi ke mana, maka Sephine hanya berkata iya dan berpesan hati-hati di jalan serta tidak kembali ke kastil terlalu larut. Sephine tak akan bertanya detail apa yang Draco lakukan ketika di luar sana.

Draco menyukai pribadi Sephine yang demikian. Namun Draco akan memastikan bahwa dia tak akan menodai kepercayaan sang istri.

"Baiklah, hati-hati jangan kembali terlalu larut. Aku takut sendirian," jawab Sephine

Draco terkekeh lirih "banyak pelayan di sini, sayang. Kau masih takut?"

Sephine mengangguk lugu, Draco mengeratkan dekapannya sampai pipi Sephine menempel di dadanya.

Diperlakukan seperti itu, Sephine hanya bisa diam menikmati bagaimana cara Draco menunjukkan perasaannya.

"Aku mau membersihkan diri, kau mau ikut?" Tanya Draco

"Tidak," Sephine menggeleng "kau pergi dulu saja, setelah ini ke istana kan?"

"Iya," jawab Draco, lelaki itu menjauhkan sedikit kepalanya lalu mendekat lagi mendaratkan bibirnya di kening sang istri. Dia mencium penuh kelembutan dan kasih sayang sampai-sampai Sephine tak rela jika Draco menyudahi kegiatan sederhana namun istimewa ini.

Draco kemudian beranjak dari ranjang, mengambil bath robe dan pergi ke kamar mandi. Sedangkan Sephine tetap dalam posisinya meringkuk. Otaknya mengingat lagi aktivitas apa yang baru saja dia lakukan bersama Draco. Sephine tersenyum kecil, semoga... Semoga apa yang dia harapkan cepat terkabulkan.

*******

Sebagai pemilik kursi kedudukan tertinggi dalam hierarki para dewa membuat Arthur kerap kali menyalahgunakan otoritasnya. Seperti apa yang terjadi kali ini.

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang