Baby Lion

342 40 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen...



Salah satu hal istimewa yang membedakan Voresham dengan dua kerajaan lainnya adalah warna langit dan bentuk awan ketika sore menjelang.

Siang hari disepanjang musim semi dan panas, langit akan berwarna biru cerah. Sewajarnya atap sebuah tempat di bumi. Namun begitu matahari mulai beranjak ke barat, maka, kantung-kantung kapas berwarna keunguan mulai bermunculan menghiasi langit Voresham, cantik sekali.

Mungkin hal ini menimbulkan keirian bagi mereka yang tinggal di Icherland. Mengingat tempat itu selalu diselimuti salju hampir sepanjang tahun. Pantas saja jika daratan itu mendapat julukan sebagai pulau beku.

Di halaman belakang akademi militer atau lebih tepatnya hutan tempat mereka melakukan latihan fisik, terlihat empat orang gadis duduk di bawah sebuah pohon Pinus besar, salah satu jenis pohon yang mendominasi luasnya hutan milik akademi militer.

"Aku sedikit heran dengan tenaga Grace, apa kau mendapat tenaga tambahan setelah mengkonsumsi mulberry kering?" Joanne buka suara setelah sekian waktu keempatnya diperangkap dalam keheningan. Hanya terdengar suara hilir mudik angin yang tak terlihat oleh mata.

Grace tertawa pelan, gadis bermata hazel itu menoleh pada perempuan yang duduk di paling ujung. Mulai hari ini latihan fisik akan diambil nilai sebagai bahan pertimbangan kenaikan kelas nanti. Dan Grace keluar sebagai peraih poin tertinggi di hari pertama pengambilan nilai.

"Kau tidak perlu heran, Jo. Grace lahir dan tumbuh di keluarga militer. Hampir semua anggota keluarganya berkecimpung di dunia militer," sahut Reina.

"Termasuk ibunya?" Joanne terkejut, dia baru tahu tentang fakta Grace satu ini.

Reina mengangguk kuat "tentu saja. Ibu Grace adalah dokter militer,"

Grace makin tergelak mendengar ucapan Reina, membuat ketiga temannya menoleh dengan kerutan halus di dahi masing-masing.

"Kenapa Grace?" Tanya Bella keheranan.

Gadis itu melambaikan tangan seraya meredam tawanya yang makin tak terkendali.

"Kenapa anak ini," Reina melirik Grace tajam "apa kata-kataku ada yang lucu, Grace?"

"Tidak," sahut Grace di tengah gelak tawanya.

"Lalu kenapa kau tertawa, bodoh!" Seru Reina kesal.

"Tidak," ujar Grace "kenapa kau terdengar seperti mempromosikan keluargaku? Ibuku memang paramedis militer, tapi itu dulu sebelum aku lahir. Sekarang beliau sudah melepas jabatan itu dan berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga," jelas Grace.

"Kakak dan ayahmu masih, kan?" Gadis berambut merah itu masih tak mau mengalah.

"Iya kan, Grace?" Reina memaksa membuat Grace mengangguk mengiyakan agar teman sekamar yang terkenal cerewet itu berhenti bertanya.

Bella tersenyum tipis melihat interaksi antara Grace dan Reina yang selalu saja seperti itu. Entah di kantin, kamar atau bahkan di hutan seperti sekarang. Bella mendongak sebentar lalu menoleh pada ketiga temannya seraya beranjak dari duduk.

"Kalian bisa kembali ke asrama terlebih dahulu, aku ingin pergi memanah sebentar ke dalam hutan sebelum gelap,"

Ucapan Bella membuat ketiga gadis yang sedang duduk mendongak secara bersamaan.

"Baiklah, aku ingin segera mandi karena badanku terasa lengket semua." Reina berdiri, menepuk bagian belakang celananya yang kotor akan tanah kering.

"Okey. Hati-hati, Bell." Pesan Grace "kembali ke asrama sebelum pukul tujuh," lanjut gadis itu.

SILENT KILLERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang