Happy reading 🖤🖤🖤🖤
"Hai Bella!"
"Bellatrix!"
"Hai,"
"Hai, Bell"
"Bella, hai! Cantik sekali kau,"
"Wah akhirnya bisa bertemu secara dekat denganmu, Bell."
"Bella, astaga. Kau terlihat seperti peri negeri dongeng."
Sapaan berupa pujian terus Bella dengar sepanjang perjalanan dia menuju kelas Jinom. Dia tentu membalasnya dengan kata terimakasih dan senyuman lebar.
Sekarang gadis itu telah sampai di depan pintu kelas Jinom, dia mengetuk pintu membuat laki-laki berambut putih itu menoleh. Dia melambaikan tangannya pada Bella.
Bella masuk ke dalam kelas, dia cukup heran dengan kelas Jinom yang hening tidak seperti kelas lainnya, terutama kelasnya sendiri.
"Aku baru tahu kelasmu sepi ketika jam istirahat," kata Bella begitu duduk di samping Jinom.
"Yah dari awal memang seperti ini. Mereka selalu di luar ketika jam istirahat. Ku pikir itu hal yang bagus, karena aku bisa belajar." Jinom terkekeh lirih.
Bella mengangguk, dia mengedarkan pandangannya lalu tak sengaja melihat laki-laki berambut merah si perundung amatir.
"Dia," Bella mengendikkan dagu "memang diam saja kalau di kelas?"
Jinom menoleh, mengikuti arah pandang Bella "Oliver? Kata siapa dia diam. Dia baru saja datang dari kelas Jeremy,"
"Oh ya? Apa yang dia lakukan?"
"Ya apa lagi kalau tidak menyuruh seperti tuan besar."
Mata Bella menyipit "kau tidak menegurnya?"
"Aku menegurnya," Jinom mengangguk "tapi dia malah mengancam akan mengeluarkanku dari sekolah." Laki-laki itu berdecih pelan "memang dia siapa. Aku masih memantaunya, jika sudah di luar batas aku akan langsung melaporkannya pada lord Stevan,"
"Sean berkata dia juga pernah diancam seperti itu saat baru bertemu," ucap Bella
"Benar, aku juga mendengarnya saat itu." Pupil mata Jinom melebar, dia mengingat kejadian saat pertama kali bertemu dengan Oliver.
"Dia bisa seperti itu karena orangtuanya. Ayahnya seorang kepala wilayah Savana, salah satu orang penting yang kerap berhubungan langsung dengan raja," Jinom menjelaskan
"Benarkah?" Mata Bella melebar kaget "wah, ini bisa menjadi petaka. Iya, kan?"
"Ya intinya harus ada yang berani melawannya. Sedangkan sejauh ini belum ada, hanya Sean yang berani."
"Tentu saja Sean. Dia tidak takut apa-apa," ucap Bella lirih.
Setelah itu Bella membuka buku tulis yang dia bawa untuk menyalin data murid angkatan 35.
"Ngomong-ngomong bagaimana jika kita mendatanya sesuai kelas saja agar lebih mudah?" Bella berceloteh sambil mulai menulis judul besar di baris paling atas.
"Murid angkatan kita berjumlah enam ratus. Setiap kelas berisi tiga puluh, berarti ada dua puluh kelas, kan? Jika kita mendata sesuai abjad nama sepertinya akan kesusahan," lanjut Bella
Sedangkan Jinom tidak terlalu memerhatikan apa yang Bella jelaskan. Dia justru hanyut dalam lamunannya menatap Bella dari samping. Demi apapun Bella sangat cantik. Rambut brunette—nya, matanya yang lebar, bibirnya yang mungil, bulu mata yang lentik. Dan tentu saja cara gadis itu bicara menarik di mata Jinom.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT KILLERS
Fantasy[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN] ⚠️UNTUK DIBACA BUKAN DITULIS ULANG ALIAS PLAGIAT. MIKIR ALUR SUSAH ini adalah kisah akhir dari trilogi Voresham. The ice prince yoshinori Mate from the dark Silent killers Alurnya enggak terlalu berkaitan ta...