BAB 6|| DION

9.3K 662 5
                                    

"Mama jalang itu apa?" Aska bertanya dengan polosnya, membuat ketiga orang dewasa di sekelilingnya melotot kaget.

Perlu diingat meskipun Aska hanyalah seorang anak berusia 4 tahun, tapi bukankah anak kecil biasanya lebih cepat menyerap apa yang dia dengar?

Apalagi untuk anak seusia Aska, pria kecil itu tergolong anak yang pintar.

Nara meraih Aska dalam gendongannya, bersiap untuk pergi dari Arka yang bisa-bisa membuat Nara mengucapkan sumpah serapah didepan putranya.

Namun, belum sempat dia melangkah, Arka meraih pinggang wanita itu mendekat kearahnya.

Arka tersenyum sopan pada guru wanita tadi, membuat sang guru mau-tak-mau ikut mengembangkan senyumnya.

Ya, iyalah. Senyum orang ganteng, kan, menular.

Nara bahkan bisa melihat dengan jelas rona merah di pipi guru wanita itu. Yang mana membuatnya mendengus jengah atas situasi ini.

"Ha ha ha. Istri saya ini, sepertinya tidak sabar ingin memberi adik untuk Aska." Ucap Arka diiringi dengan tawa.

Nara melotot tak percaya atas apa yang Arka ucapkan.

Apa-apaan pria ini!

Guru itu ikut tertawa mendengar ucapan Arka, entah benar tidaknya, asalkan bisa berbicara dengan pria tampan, ya, siapa yang peduli.

"Kalo gitu, kami permisi."

Setelah berpamitan, Arka menarik pinggang Nara untuk ikut berjalan bersamanya. Membawanya keluar dari kawasan Taman kanak-kanak.

"Apa maksud kamu ngomong kayak gitu? Kalo kamu pikir saya bakal seneng denger kamu ngomong gitu, kamu salah! Saya bukan Nara lima tahun lalu -saya sama Aska bisa pulang sendiri!"

Arka mengabaikan ocehan Nara. Saat Arka membawa Nara ketempat mobilnya terparkir, Wanita itu langsung menolak.

"Saya bisa pulang sendiri!" Kata Nara mengulangi.

"Saya tau." Arka mengangguk."Tapi kamu liat Aska, dia kayaknya ngantuk dan gak bakal nyaman tidur di gendongan kamu. Apalagi desak-desakan didalam angkutan umum."

Ya, Nara juga bisa merasakan bahwa Aska memang mengantuk. Mata pria kecilnya itu tampak sayu, kepalanya bersandar pada pundak Nara.

Nara ingin menolak, tapi dia tau jika Arka benar. Akan sangat tidak nyaman untuk Aska tertidur dalam posisi itu. Apalagi saat didalam angkutan umum nanti.

Mau tidak mau, dia masuk kedalam mobil Arka tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Arka tersenyum dengan puas, Nara tidak punya pilihan lain dan tidak ada alasan untuk berdebat.

Arka duduk dikursi kemudi, sedangkan Nara di co-pilot tampak sibuk mencari posisi agar nyaman bagi Aska untuk melanjutkan tidurnya.

Melihat Nara yang tampak kesusahan membuat Arka mencondongkan tubuhnya kearah mereka.

Nara memundurkan wajahnya karena terkejut. Dia tergagap saat mencoba menghentikan Arka. "Ap--apa yang--"

Klik.

Arka memasangkan sabuk pengaman pada keduanya, lalu menurunkan sedikit sandaran kursi mobil agar Nara bisa lebih nyaman memegang Aska.

Di tempatnya, Nara memalingkan wajahnya dari Arka. Kenapa? Kenapa dia masih berdebar ketika Arka memperlakukannya seperti lima tahun lalu. Tentu saja saat itu tidak ada Aska diantara mereka.

Melihat Nara yang memalingkan wajahnya, Arka merasa bahwa hati kecilnya berdenyut perih. Pria itu kembali menegakan punggung, mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

[END]Love me again, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang