CABANG Sadewa'crops banyak tersebar di beberapa negara. Salah satunya adalah Amerika yang sekarang menjadi tempat 'pertemuan' keluarga yang rutin di adakan setiap tahun.
Liam sadewa, ayah dari Arka adalah kepala keluarga sebelumnya, yang akhirnya menyerahkan posisinya pada Arka tiga tahun yang lalu.
Jika kerabat-kerabat Arka mengendalikan satu bisnis, Maka Arka berbeda, dia pemegang kekuasaan. Mengendalikan seluruh Aset milik Sadewa ditangan nya.
Itu yang membuat yang lain nya tak berani menyinggung apapun yang ada di keluarga utama. Atau lebih tepatnya, membenci.
Selama ini, mereka fikir akan ada giliran untuk anak-anak mereka memegang kendali atas keluarga- jika saja Arka tidak mempunyai keturunan.
Karena itu, mereka sangat mengharapkan agar Arka tak pernah menikah-karena mereka tau, Arka bukanlah lelaki yang mau berkomitmen.
Tapi sekarang, setelah melihat bocah empat tahun di gendongan Liam, telapak tangan mereka tampak mengepal secara diam-diam.
Jika Liam saja sudah mengakui bahwa anak itu adalah bagian dari keluarga, maka yang lain tidak bisa apa-apa.
"Wah, siapa namanya?" Wanita tambun berwajah Asia yang sendari tadi memperhatikan bersuara dengan antusias, mencoba memegang Aska dengan tangan gemuknya. Namun bocah itu memalingkan muka dengan pipi menggembung.
"Tra, ajakin yuk temen-nya." Yang lain nya bersuara, mencoba menjilat dengan membuat putra mereka terlihat akrab dengan Aska.
Diam-diam, anak lelaki yang berdiri di sudut ruangan mendengus melihat pemandangan didepan nya. Umurnya memang baru berusia lima tahun, tapi dia jelas dapat mengerti apa yang terjadi.
Orang-orang bermuka dua itu- manik mata coklatnya beralih menatap Aska di gendongan Liam. Kentara sekali dengan pembawaan nya yang acuh tak acuh.
Aska yang merasa ditatap menoleh, melihat seorang anak lelaki yang menatapnya tajam. Aska tak bisa membatu, tapi mendengus lalu menjulurkan lidah dengan nakal.
🍂
Tengkurap lalu terlentang. Itu yang dilakukan Nara sendari tadi diatas tempat tidurnya. Nara mengambil nafas panjang; kentara sekali hidupnya jika tidak ada Aska. Bosan dan sepi.
Nara meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Memandang sebuah nomor si pelaku yang membawa Aska darinya.
Waktu sudah kemenunjukan pukul sembilan malam, tapi tak ada satupun telfon atau sms yang masuk dalam notifnya.
Terakhir kali Arka mengabarinya adalah saat lelaki itu turun dari pesawat, setelah itu tak ada kabar sama sekali. Nara khawatir, apa terjadi sesuatu? Dia juga tak mengerti, mungkin karena perbedaan waktu Indonesia-amerika?
Tapi tetap saja lelaki itu harus mengabarinya, kan? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada putra kecilnya? Ah, Nara sudah amat merundukan Aska!
Dia terdiam dengan ponsel ditangan nya, Nara jadi teringat dengan perdebatan dirinya dan Arka saat dirinya hendak berangkat.
Nara membenci Arka, tentu saja. Memikirkan semua yang Arka lakukan pada dirinya lima tahun lalu- itu sangat menyakitkan.
Tapi, Nara juga tak bisa mengabaikan Aska yang sudah amat dekat dengan papanya. Rasanya terlalu egois jika Nara kembali menjauhkan mereka berdua hanya karena sakit hatinya.
Tapi, apa hanya Nara yang merasakan sakit dan sesak? Apakah lelaki itu juga merasakan hal yang sama kala ingat apa yang dia lakukan lima tahun lalu?
Untuk kedua kalinya, Nara mengambil Nafas dengan panjang, lalu menghembuskan nya. Memilih kembali berbaring diatas tempat tidur dan memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
RomansTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...