BAB 34|| CIUMAN TERAKHIR

4.6K 366 17
                                    

KEESOKAN paginya, Nara menyiapkan Aska dengan seragam sekolah, lalu mengantar anak itu ke Taman kanak-kanak. Seperti biasanya.

Karena Nara sudah tidak lagi bekerja di restoran, sesudah mengantarkan Aska, dia dengan angkutan umum menuju kawasan apartman Arka.

Mereka sudah ada janji sekitar pukul dua nanti. Tapi Nara tidak bisa lagi menunggu, dia butuh penjelasan malam itu. Jika tidak, Nara akan terus gelisah dan meragu.

Angkutan umum itu berhenti jauh dari gedung apartmen. Turun dari angkot, Nara membayar sesuai tarif seperti biasa.

Langit hari itu terik, tapi angin spoi-spoi masih menerpa membuat rasa panas sedikit teratasi.

🍂

Arka bangun dari tidurnya, lingkaran hitam terlihat sangat jelas dibawah mata bermanik abu itu. Bagaimana tidak, dia hanya tidur dua jam!

Dari semalam, Pria dewasa itu tidak sabar menunggu datang nya hari esok. Bertemu dengan Nara dan menjelaskan segalanya pada wanita itu. Sebelum semuanya menjadi kacau seperti lima tahun lalu.

Alhasil, pada pukul delapan pagi, Arka sudah bersiap hendak kerumah Nara. Dia tau jika waktu pertemuanya dengan Nara bukanlah sekarang. Tapi, siapa yang akan tahan jika selalu berada didalam kubangan kesalah pahaman?

Ya, kesalah pahaman. Ini semua adalah kesalah pahaman, itu pasti. Adapun dengan anak yang dikatakan Brianca... Dia tidak tau.

Namun, saat Arka membuka pintu apartmen nya, dia kaget melihat seorang wanita dan seorang anak lelaki yang berdiri didepan pintu.

"Arka!" Brianca, Wanita itu berseru dengan menyedihkan saat melihat Arka keluar.

Akting yang sudah dia siapkan dari kemarin.

"Bri-?" Untuk sejenak, Arka tidak tau untuk merespon bagaimana.

"Ar, aku tau kemarin kamu pasti gak percaya sama aku." Brianca mengusap sudut matanya yang berair, jemari lentinya menggenggam lengan Dipo dengan erat.

"Brianca! Please, kita bicara nanti, saya-"

"A-aku punya bukti! Aku juga bawa dia." Wanita itu bergegas menahan Arka saat melihat pria itu hendak pergi. "Ini Dipo." Katanya.

Manik abu-abu Arka turun melihat bocah lelaki yang berdiri disamping Brianca. Tidak tau harus breaksi bagaimana.

"Dipo, panggil papa." Tuntut Brianca pada Dipo.

Dipo yang daritadi hanya diam- mematuhi apa yang Branca katakan tadi malam- dia akhirnya mendongkak, menatap sepasang mata abu yang melihatnya dengan tatapan rumit yang jelas.

Sebuah kata keluar dari bibirnya. "Papa."

Dalam hati, Brianca tersenyum. Bagus!

"Ini, aku tau kalo kamu gak akan percaya sama aku. Jadi aku bawa ini, hasil tes DNA." Brianca merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah dokumen.

Agak ragu, Arka mengambil dokumen itu. Membukanya, membaca setiap kata demi kata.

99.999% cocok.

Kenapa? Disaat dia ingin memperbaiki hubungan nya dengan Nara, pada akhinya dia akan selalu mengecewakan wanita itu.

Ini bukan ingin nya, sungguh. Mengapa dia seberengsek ini? Dan tidak bisakah sekali saja tuhan berpihak padanya.

Jika sudah begini, akankah Nara masih mau bersamanya?

"Dari mana kamu dapet sampel saya buat tes DNA?" Manik mata abu Arka menatap lurus pada Brianca yang kini sedang berkeringat dingin atas pertanyaan sekaligus tatapan yang dilontarkan Arka padanya.

[END]Love me again, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang