DI sepanjang perjalanan, Dipo tidak lagi bertanya pada Arka. Dia hanya memandang jendela mobil di sebelahnya, baru menyadari ketika dia sampai ternyata Arka membawanya kesebuah taman kanak-kanak.
"Turun." Titah Arka.
Dipo hanya bisa menurut, dia keluar dari mobil mengikuti pria dewasa itu melangkah.
Pada saat ini, Taman kanak-kanak terlihat agak sepi karena ini adalah jamnya para anak kecil untuk belajar.
Arka melihat jam tangan, butuh lima belas menit lagi untuk mereka keluar dari kelas.
Dia dengan sabar menunggu, tatapan matanya menatap lurus pada gerbang Taman kanak-kanak.
Lima belas menit kemudian, pintu-pintu kelas terbuka, anak-anak kecil berhamburan keluar dari kelas mereka.
Arka menegakan badan nya, ketika dia melihat sosok kecil Aska yang berlari seperti bola roket.
"Papa!" Aska di kejauhan melihat Arka yang berdiri disamping mobil, dengan tidak sabar berlari menghampiri sang ayah yang sudah lama tidak dia temui.
Arka menatap cemas pada Aska yang berlari sangat cepat, takut jika tiba-tiba tubuh kecil putranya itu tersandung dan jatuh.
Saat ini, Dipo juga memperhatikan bola meriam yang bergegas kearah mereka.
Awalnya, dia tidak mengerti untuk apa Arka membawanya kesini. Tapi melihat pria kecil yang jauh lebih muda darinya itu dengan tidak sabar memeluk Arka, dia mengerti.
"Papa! Kangen papa! Beliin Aska esklim!"
Arka tertawa, mengangkat tubuh Aska kedalam gendongannya. Dia menciumi pipi anaknya itu beberapa kali.
"Aska kangen papa?"
Aska berteriak dengan genit. "Kangen!"
"Kangen banget?"
"Banget! banget! banget! banget!"
Arka menurunkan Aska ketika dia ingat jika Dipo ada di sebelahnya.
"Aska, Dipo, ayo kenalan." Ujar Arka.
Aska menatap bingung pada Dipo. "Itu siapa, pa?" Tanya Aska.
"Aska, ini bang Dipo. Panggil Abang."
Lalu, dia beralih menatap Dipo. "Dipo, ini Aska, anak say-adik kamu." Arka hampir saja mengatakan 'anak saya', tapi dia akhirnya meralat kata-katanya.
Dipo menatap adiknya yang masih menatapnya dengan bingung.
"Aska kok punya Abang, pa?" Aska menoleh, menatap Arka dengan tatapan polos. "Abang itu apa, pa?"
"Aska pen yang kayak Ultraman, pa!"
Pertanyaan beruntun Aska membuat Arka bingung harus menjawab bagaimana.
🍂
"Saya pulang dulu, Sar."
"Iya, mbak! Hati-hati dijalan."
Sari melambaikan tangannya pada Nara yang ingin bergegas pulang dan menjemput Aska di sekolahnya.
Sari telah beberapa bulan menikah dengan Bastian dan seperti yang seharusnya, dia juga tinggal dirumah pria itu.
Ketika dia mendengar bahwa Nara butuh pekerjaan, Sari segera memberitahu Nara bahwa di rumahnya butuh seseorang untuk menemaninya curhat.
Tentu saja Nara menolak. Mana ada seseorang yang dibayar hanya untuk menemani dan mendengarkan curhatan seseorang?
Sari akhirnya hanya bisa menghela nafas, mengganti pekerjaan dan menjadikan Nara sebagai tukang setrika di rumahnya. Meski Sari tidak enak, Namun karena Nara memaksa, dia hanya bisa setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
Roman d'amourTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...