PUSAT perbelanjaan penuh dengan orang-orang yang mendorong troli mereka. Juga, sepasang manusia yang tengah asik memilah-milih bahan makanan untuk sebulan kedepan.Yah, bisa dikatakan, ini adalah belanja bulanan untuk mengisi kulkas kosong Arka. Nara yang sedang dengan cermat memilih beberapa sayuran, sesekali bergumam pada dirinya sendiri.
Arka, di belakang Nara dengan agak kesal mendorong troli belanjaan. Sepanjang acara 'berbelanja', mulut Arka terus mendumal kesal.
Bagaimana tidak, mereka sudah- setidaknya menghabiskan waktu dua jam! Tapi Nara bahkan tidak memberikan tanda-tanda akan menyelesaikan semuanya.
Troli mereka sudah agak penuh dengan barang, Arka masih memperhatikan Nara yang tengah memilih sayuran dengan bibir cemberut.
"Na, udah belum sih? Yaelah! Itu sama aja! Warna nya sama, bentuknya sama, rasanya juga pasti sama! Gak perlu milih-milih." Perotes Arka. Dia tidak mengerti bagainana cara Nara membedakan dua sayuran yang jelas-jelas terlihat sama.
"Diem, gak ada yang nyuruh kamu perotes."
Akhirnya, Nara memilih sayuran yang dia pegang dengan tangan kanan, sedangkan yang ditangan kiri di kembalikan ke rak.
Arka bernafas lega, dia fikir acara berbelanja bulanan ini sudah selesai. Tidak menyangka saat Nara mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya.
"Pasta gigi, udah. Sabun mandi, udah. Sikat gigi, udah. Dada ayam, paha ayam, sayap ayam, kol, tahu, tempe, deterjen, buah-buahan, bayam... Apalagi yang kurang, ya?"
"Itu udah semua! Udah lengkap. Ayo pulang."
"Sebentar, masih ada yang kelupaan... Oh! Ayo ke sana, lupa beli telor!" Dengan terburu-buru, Nara berjalan meninggalkan Arka yang memandang cengo kearah nya.
Oke, ingatkan Arka untuk tidak lagi terlibat dalam hal 'belanja bulanan' setelah mereka menikah nanti.
Tiga jam terjebak didalam mall bersama Nara, akhinya Arka bisa bernafas lega. Dia dan Nara keluar dari gedung mall, berjalan menuju dimana mobil terparkir.
Sembari memegang beberapa pelastik kantung ditangan nya, Arka membuka bagasi mobil. Menaruh belanjaan didalam sana.
Setelah itu, dia masuk kedalam mobil, duduk dibalik kemudi. "Pake sabuk pengaman nya." Arka mengingatkan Nara yang sudah duluan duduk di kursi sebelah.
"Hm." Balas Nara singkat.
Mobil BMW hitam itu melaju, bersatu dengan banyak kendaraan lain yang berlalu-lalang dijalan raya.
"Jemput Aska dulu?" Tanya Arka memastikan. Pasalnya, bocah itu sudah kembali masuk sekolah dan sekarang mereka telat lima menit dari waktu pulang sekolah Aska.
"Hm." Lagi-lagi, hanya deheman dari Nara yang terdengar.
Kening Arka berkerut, dia tidak membuat kesalahan kan? "Kamu kenapa sih?" Tanya Arka akhirnya.
Di lampu merah, mobil berhenti.
"Kenapa apanya?" Nara balik bertanya.
"Ya, kamu. Dari tadi bales nya cuma 'hem-hem' doang. Walaupun kamu nyesel udah kasih aku kesempatan, kamu dilarang tarik kata-kata kamu, lho ya."
Arka sedikit khawatir jika Nara ingin menarik kata-katanya yang waktu itu dia ucapkan. Lampu hijau menyala, Arka segera melajukan lagi mobilnya.
Tidak mendengar jawaban apapun dari Nara, Arka mengulurkan salah satu lengan nya. Menarik lengan Nara kearahnya dan mengecup dengan lembut disana.
Nara segera menoleh pada Arka. Sedangkan Arka juga menatap mata hitam Nara.
Cup! Cup! Cup! Cup!
Kecupan berturut-turut Arka sematkan di punggun tangan Nara. Setelah itu, dia tersenyum lebar.
Wajah Nara memerah dengan samar. Dia langsung membuang muka, tidak lagi tertarik melihat apa yang Arka lakukan dengan lengan nya.
"Lepas, ih!" Nara mencoba menarik kembali lengan nya. namun, genggaman jemari Arka begitu kuat. "Arka!" Sebenarnya, itu hanya tindakan untuk menyamarkan rasa malu yang Nara rasakan. Dia tidak benar-benar ingin menarik tangan nya kembali.
🍂
Di depan gerbang kawasan Taman kanak-kanak. Tidak banyak orang disana, sebagian sudah pulang dan sebagian lagi menunggu jemputan mereka.
Aska berdiri tepat di depan gerbang. Bocah kecil yang nengenakan seragam itu beberapa kali menyingkir saat kendaraan keluar dari sekolah.
Pipi gembulnya memerah karena terik matahari.
"Aska!" Suara seorang gadis kecil terdengar. Aska menoleh, mendapati teman satu kelasnya yang berlari menghampiri.
"Kamu belum pulang?" Tamara, gadis berkucir dua itu bertanya.
Aska menggeleng sebagai jawaban.
"Aku juga belum pulang! Lagi nungguin Pak Man, jemput!" Kata Tamara, memberi tau. "Kamu dijemput sama siapa, Ska?"
Aska tetap mendiam kan, gadis kecil itu terlalu suka bicara membuat berisik! Pertemuan pertama mereka saja tidak berjalan lancar, Aska mendorong nya dengan keras tapi entah kenapa Tamara terus menerus berusaha berada disekitarnya.
"Aku punya kerayon baru, lho! Kamu nanti mau pinjem?" Tidak kunjung mendapat balasan dari Aska, Tamara berpindah. Berdiri di depan lelaki kecil itu.
Sambil memiringkan wajahnya, manik mata hitam Tamara berbinar dengan penuh harap. menunggu jawaban Aska.
Hidung Aska mengerut, dia membuat suara 'Hmp' dan menjawab. "Gak!" Jawab Aska ketus.
Tamara cemberut. Bibir kecil mengerucut membuat siapapun pasti gemas melihatnya. "Eh! Pak Man!" Tiba-tiba, Tamara berbalik dan berseru.
Aska juga ikut menoleh kearah yang dimaksud Tamara. "Pak Man udah jemput! Aku pulang dulu ya. Dadah, Ska." Setelah mengatakan itu, Tamara berlari menjauh menuju seorang pria parubaya yang sedang menunggunya di depan mobil.
Aska memperhatikan sampai mobil itu kembali melaju dan hilang dari pandangan nya.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti tak jauh didepan Aska. Arka keluar daru mobil menghampiri putranya yang tengah berdiri dibawah teril matahari.
"Papa!" Aska memekik senang. Dia segera berlari menerjang sang ayah. "Papa lama, hump!"
Arka terkekeh melihat sang anak cemberut. Dia meraih Aska kedalam gendongan nya.
"Uh! Aska berat banget, ya sekarang." Katanya sembari menciumi pipi merah Aska. Dia berjalan menuju mobil hitam miliknya. Menempatkan Aska di kursi penumpang belakang.
"Mama!" Bibir Aska terbuka lebar, lalu dengan segera beringsut pindah kebagian depan saat melihat sang ibu.
"Aska duduk di belakang." Kata Arka.
Aska menggeleng tak setuju. "Mau di depan sama mama."
"Aska udah gede, masa mau dipangku sama mama terus?"
Aska menatap sang ayah sebentar, lalu berpaling pada Nara. "Mama~" Dia menatap Nara dengan mata abu yang menyedihkan.
Aska tidak mau duduk sendiri di belakang. Nara menghela nafas, lalu berkata. "Yaudah, sini."
Manik abu itu berubah cerah dalam sekejap. Dia langsung berpindah tanpa melihat raut wajah Arka yang cemberut.
Aska terkikik, lalu dengan jail menjulurkan lidah nya pada sang ayah yang sudah mendudukan dirinya di balik kemudi.
Arka mendengus melihat tingkah bocah itu yang entah mirip dengan siapa. Sedangkan Nara, dia diam-diam tersenyum kecil melihat tingkah keduanya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Nara mengulurkan tangan nya menyalakan radio.
Suara lembut mengalun halus. Melengkap suasana hangat didalam mobil.
In Another Life...
I would baby you girl...To be continued!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
RomanceTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...