NARA agak kaget melihat pria disebelah Sari, dia merasa bahwa pria ini sedikit familiar.
Dari keluar dari mobil, menghampiri Nara yang berdiri tak jauh dari mobil Sebastian yang diparkir.
"Sar? Kebetulan kita ketemu disini." Nara tersenyum.
"Mbak Nara mau kemana?" Sari bertanya, dia menatap bolak balik antara Nara dan restoran dibelakang mereka.
"Mau pulang, Sar."
"Eh, gimana kalo bareng aja." Tawar Sari pada Nara. Lalu, gadis itu kembali bertanya sambil menunjuk jalan "Mbak Nara mau kearah sana, kan?"
Nara menggeleng, menolak tawaran Sari. "Gak usah, Sar. Mbak lagi nunggu taxi, kok." Bukannya apa, Nara hanya tak enak dengan calon suami Sari.
Pria yang duduk didalam mobil itu bahkan belum juga menghilangkan raut kesal di wajah tampannya.
Sari mungkin tau apa yang membuat Nara tidak enak, dia segera menjelaskan. "Gak pa-pa, mbak. Mas Tian, mah, emang orangnya kayak gitu. Ambekan. Dikit-dikit kesel."
Saat Sari baru saja menyelesaikan kalimatnya, suara deheman peringatan dari Sebastian datang. Sepertinya dia mendengar semua apa yang Sari bicarakan.
Nara tidak tau harus bagaimana, dia ditarik secara paksa oleh perempuan yang sebentar lagi akan menikah itu.
"Mas, Sari duduk dibelakang, ya, sama Mbak Nara." Setelah mengatakan itu, dia ikut duduk dikursi penumpang bersama Nara.
Sebastian terdengar berdecak kesal.
Sepanjang perjalanan, Nara mendengarkan keduanya berbicara, takjub dengan interaksi antara calon pengantin itu.
Meskipun Sebastian terlihat tidak sabar menghadapi Sari, tapi Nara dapat melihat dengan jelas bahwa ada ketidakberdayaan dalam diri pria itu ketika dia menghadapi ocehan Sari.
Sebastian melajukan mobilnya sesuai instruksi Nara, sampai Nara mengajarkannya ke kawasan apartmen yang familiar baginya, dia agak kaget.
"Mbak Nara tinggal disini?" Sari bertanya, tampak takjub melihat gedung-gedung tinggi apartmen yang mereka lewati.
Nara tidak tau bagaimana dia harus menjawab. Jadi, Nara hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Sari.
Sebastian memberhentikan mobilnya sesuai dengan instruksi Nara, lagi-lagi dibuat heran dengan kebetulan bahwa Arka dan Nara tinggal di gedung apartmen yang sama.
Tunggu sampai Sebastian tau bahwa Arka dan Nara tinggal bersama dalam satu apartmen.
Nara mengucapkan terimakasih pada Sari dan Sebastian. Setelah melihat Mobil Sebastian yang perlahan menjauhi dirinya, Nara berbalik, berjalan menuju apartmen Arka.
🍂
Butuh waktu sekitar dua bulan sampai akhirnya kaki Aska sembuh sepenuh nya. Bocah kecil itu kembali aktif berlarian disekitar apartmen Arka.
"Gamau pulang, ma."
Nara menghela nafas, Aska sudah sembuh, itu artinya mereka juga harus pulang kerumah. Tidak lagi ada alasan untuk tetap tinggal di sini.
Tapi Aska malah merengek pada Nara. Menolak untuk pulang kerumah mereka. Nara tau, selama dua bulan tinggal bersama ayah -ibu nya, Aska pasti bahagia dan sudah terbiasa.
"Nanti Aska sering-sering kesini, deh. Tapi sekarang kita pulang dulu, ya?" Bujuk Nara.
"Gamau!" Aska tetap menolak, dia tidak ingin pulang, ingin tetap bersama ayah dan ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
Storie d'amoreTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...