BAB 7|| MANIK MATA SERUPA

8.9K 633 37
                                    

Arka berdiri didepan cermin. Menilai penampilannya untuk kesekian kalinya. Dari atas kebawah, rambut hitam legam, manik mata abu yang mempesona, jembatan hidung tinggi dan alis mata hitam yang tegas! Gotcha! Perfect! Sungguh mempesona dirimu wahai Arka Juna Sadewa.

Oke, siap. Sekarang Arka bisa menjemput Aska sambil modus bertemu Nara disekolah.

Bukankah Arka sudah bilang jika dia akan tetap mendekat kearah mereka walaupun Nara menolak? Arka itu bajingan brengsek keras kepala dan Nara juga tau. Jadi, dia akan menggunakan itu sebagai alasannya.

Nara juga pasti tidak punya pilihan. Apalagi saat Aska yang sekarang memanggilnya 'papa'.

Jangan tanya sejak kapan, karena butuh tiga hari untuk Arka meyakinkan Aska bahwa dia adalah papanya.

Flashback.

"Om bohong, ya?" Tanya Aska waktu itu.

Mata Aska menyipit curiga pada Arka yang mensejajarkan tinggi tubuh mereka.

Pasalnya, pria itu sudah dua hari terakhir terus menemuinya dan berkata bahwa dia adalah 'papa'nya. Aska yang penuh kecurigaan tentu saja tidak mudah untuk mempercayai pria dewasa yang hanya membelikan nya ice cream satu kali.

"Aska gak percaya kalo papa, ini, papanya, Aska?" Tanya Arka dengan raut wajah kecewa, yang sebenarnya hanya kepura-puraan untuk membuat bocah ini iba.

"Soalnya...soalnya kata mama papanya Aska udah tutup batu nisan!"

Arka tersedak air liurnya sendiri mendengar perkataan putra tersayangnya ini. Apa katanya?....apakah Nara yang mengatakan itu pada Aska? Betapa teganya Nara.

"Aska liat papa, bola matanya papa warna apa?" Tanya Arka dengan sungguh-sungguh.

Aska memiringkan kepala kecilnya, menggigit jari telunjuknya. "Umm...walna apa, ya? Aska lupa."

Arka menghirup udara, tidak masalah. Berbicara dengan anak kecil harus penuh perhatian dan yang paling penting adalah kesabaran.

Argh!! Rasanya ingin Arka memakan Nara yang tidak mengajari Aska macam-macam warna!

"Ini, itu. Warnanya abu-abu. Aska liat, kan? Warnanya sama kayak punya Aska."

Aska tampak berfikir, seingat Aska, bolamatanya juga berwarna sama dengan yang dimiliki om ini. Aska mengangguk, kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tapi mama bilang papa Aska-"

"Batu nisannya udah kebuka! Jadi papa udah keluar!" Tenang, tenang.

Raut bingung begitu kentara di wajah Aska. Aska yang dari awal memang tidak mengerti apa itu 'tutup batu nisan' hanya mempercayai apa yang Arka katakan.

"Jadi papa udah keluar?"

Arka mengangguk dengan mantap. "Hm! Papa disini sekarang."

"Jadi om itu benelan papa, nya, Aska?"

"Iya, papa itu papanya Aska." Lelah sekali menanggapi ocehan anak ini.

Aska melompat kegirangan, berteriak-teriak dengan bahagia. "Yey! Papa-"

Saat itu, ucapan Aska terpotong karena Nara muncul memanggil nama Aska.

Yah, jadi begitulah ceritanya permisah.

Jadi sekarang, karena Aska sudah memanggilnya papa, dia akan mendekati Nara lagi dengan cara yang elegan.

[END]Love me again, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang