SEMINGGU kemudian.Arka yang baru saja pulang dari perusahaan, dia tidak kembali ke apartmen ataupun kediaman Sadewa.
Melainkan rumah Nara. Mobilnya berhenti tak jauh didepan rumah Nara, saat dia keluar, dia melihat pintu rumah Nara terbuka.
Pria itu dengan santai masuk kedalam, bahkan tidak mengucapkan kata 'permisi' atau mengetuk pintu terlebih dahulu.
Membuka jas hitam nya, meletakan diatas sofa dengan sembarang. Begitu santai seolah itu adalah rumah nya sendiri.
Dia tidak melihat Nara disana, bahkan Aska tidak kelihatan. Namun, suara wajan penggorengan serta aroma wangi dari masakan membuat Arka berjalan kearah dapur tanpa sadar.
Dan ya, dia melihat Nara disana. Berdiri membelakangi Arka dengan celemek mengikat tubuhnya. Arka berjalan menghampiri dalam diam.
Dia mengulurkan tangan nya, memeluk pinggang Nara dengan erat.
Nara yang sedang fokus dengan makanan yang tengah dia masak sedikit tersentak kaget saat sepasang lengan kokoh memeluk nya dari belakang.
Saat kepalanya menoleh kebelakang, dia mendapati sebuah kecupan ringan mendarat di bibirnya. Ciuman itu ringan, seringan daun yang jatuh diatas air. Tanpa emosi apapun- berbeda dengan ciuman-ciuman sebelum nya yang keras dan menuntut.
"Apa yang kamu lakuin? Lepas!" Ucapnya. Wajah Nara memerah karena ciuman ringan itu.
"Jangan! Gini dulu, sebentar aja." Arka memeluk pinggang Nara semakin erat. Dia menolak melepaskan dan malah menyusupkan kepalanya di ceruk leher Nara. Menggosoknya dengan manja.
Nara mendesah pasrah, lalu mematikan kompor. Membiarkan Arka memeluknya sebentar.
Selama seminggu ini, Nara tau Arka lelah. Sebelum-sebelum nya, Arka banyak menghabiskan waktunya bersama Aska. Pastilah pekerjaan Arka menumpuk sekarang.
Lima menit kemudian, Arka masih tidak melepaskan pelukan nya. "Arka-"
"Panggil, Mas." Arka mengintrupsi dengan suara teredam.
"Apa?" Tanya Nara bingung.
Arka menegakan kepalanya, membalik tubuh Nara agar berhadapan langsung dengan nya. "Panggil aku, Mas." Katanya lagi.
Dahi Nara berkerut bingung. "Kenapa tiba-tiba?" Tanya nya.
"Waktu kecelakaan Aska, cowok yang sama kamu. Kamu manggil dia 'Mas'. Kenapa aku enggak?" Jawab Arka.
"Maksud kamu Mas Dion?" Nara ingat, Dion yang waktu itu menemaninya kerumah sakit. Tapi kenapa tiba-tiba Arka ingin dipanggil 'Mas?'
"Tuh kan. Kamu manggil dia Mas. Sekarang, coba panggil aku, Mas!"
"Arka, dia lebih tua satu tahun dari saya."
"Nara, aku lebih tua dua tahun dari kamu ataupun dia."
Nara terdiam. Terbiasa memanggil 'Arka' selama beberapa bulan terakhir membuat Nara canggung. Bahkan, dimasa lalu pun. Dia memanggil Arka dengan panggilan 'Kakak', bukan 'Mas'.
"Ayo, sekarang panggil aku, Mas." Paksa Arka dengan tidak sabar.
"Euh... M- mas?" Panggil Nara dengan kaku.
Arka senang, mata abu nya berbinar mendengar panggilan itu keluar dari bibir merah Nara. "Iya, sayang?" Balas nya dengan nada menggoda.
Sejenak, Nara terpana. Melihat mata abu yang berbinar serta kata 'Sayang' itu, membuat wajah Nara memanas! Dia dengan cepat memalingkan wajah.
"A- awas! Saya mau lanjut masak!" Usir Nara gugup. Dia tak ingin Arka melihat rona diwajah nya.
Arka tidak menyingkir, dia menyeringai melihat Nara yang 'salting'. "Gamau." Tolak Arka dengan nada manja. Itu membuat Nara yang mendengarnya terasa menggelitik. "Cium dulu. Baru aku pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
RomanceTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...