WAKTU sudah menunjukan pukul delapan malam. Arka duduk bersandar
di atas sofa kediaman Sadewa dibawah tatapan tajam sang ibunda. Lidya."Jadi karena ini kamu nolak semua perempuan yang mami kenalin ke kamu?!" Lidya menyentak saat putra nya tak kunjung menanggapi dengan serius.
Arka menghembuskan nafas dengan malas, dia tau cepat atau lambat gosip yang tersebar di kantor nya akan sampai di telinga sang mami. Arka hanya tak percaya bahwa tak butuh waktu kurang dari 24 jam, dan sang mami sudah tau.
Wow, koneksi pergosipan maminya memang tidak main-main.
"Arka!" Lidya mengerang, frustasi. Hampir menangis. Ya ampun! Lidya rasa, jika dia memiliki riwayat penyakit jantung, sudah dari dulu dia meregang nyawa.
"Iya, mi, iya. Aska memang anak Arka." Arka membalas dengan kesal.
Dirinya baru saja datang dan langsung di introgasi oleh nyonya Lidya yang terhormat.
Di luar, hujan masih setia membasahi bumi.
"Aska?" Beo Lidya bingung.
"Namanya Aska. Umurnya empat tahun." Tanggap Arka.
"Empat tahun? Umurnya udah empat tahun dan kamu bahkan gak berniat ngasih tau kami?!" Cecar Lidya. "Siapa ibunya?!"
"Mi, Arka capek banget nih. Gerah juga."
"Papi!" Dirasa sudah tak mampu menghadapi putranya, Lidya berbalik mengadu pada sang suami yang sendari tadi hanya sibuk menyesap kopi nya. Menonton.
"Papi udah tau." Liam menyahut cuek.
"Papi udah tau?" Arka menatap sang ayah bingung. Sejak kapan?
Liam merasakan tatapan Arka, balik menatap anak lelaki nya itu. "Kamu fikir kamu bisa sembunyiin sesuatu dari papi?"
Arka hampir lupa jika antek papinya berada dimana-mana. Lidya juga menatap sang suami dengan tatapan 'menghianati' yang begitu kentara.
Dia kesal, frustasi, sedih dan juga... Senang. "Papi gak pernah ngasih tau mami!" Setelah mengatakan kekesalan nya, Lidya melenggang pergi meninggalkan suami serta anak nya.
Perasaan Lidya campur aduk, bisa kalian bayangkan saat anak lelaki nya yang setiap hari Lidya ceramahi karena tak kujung menikah ternyata sudah mempunyai anak berusia empat tahun.
Yang Lidya fikir bahwa dia masih bersetatus sebagai ibu, tapi ternyata dirinya juga sudah menjadi nenek. Bahkan dari empat tahun lalu!
Liam di tempat nya menatap punggung sang istri, dia merasa deja'vu.
"Sejak kapan papi tau?" Arka bertanya.
"Dua hari setelah kamu tau kalo kamu punya anak." Sindir Liam pada putranya.
Arka diam, mendongkak menatap lampu kristal yang menggantung diatas langit-langit.
"Kapan kamu mau bawa mereka?" Tanya Liam.
"Nanti, di pertemuan keluarga Sadewa."
Liam mengangguk tanpa membalas. Bukan, bukan nya Liam sebagai Ayah tak perduli pada putranya. Arka sudah dewasa, kesalahan yang Arka lakukan dapat Liam selesaikan jika dia mau.
Tapi jika Liam ikut campur dengan segala kesalahan Arka sekarang, anaknya itu tak akan pernah belajar. Liam tentunya berbeda dengan Lidya, jika sang istri maju dalam bentuk kata-kata, Liam akan maju dengan dorongan.
"Kamu sudah dewasa Arka, bukan saat nya untuk kembali bermain-main. Kalau kamu mau dia kembali, tunjukan, buktikan. Buktikan kalau kamu serius dengan apa yang kamu lakukan dan ucapkan, wanita yang sudah sekali tersakiti akan cenderung melindungi bekas lukanya, agar tak terluka untuk yang kedua kalinya." Setelah itu, Liam berdiri, pergi meninggalkan Arka sendiri dengan suara rintik hujan yang terdengar dari luar.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Love me again, please!
RomantikTamat di Dreame:) Penulis: zii_alpheratz Arka Juna Sadewa. Lima tahun lalu, Arka tak mengerti mengapa Nara memilih mempertahankan bayi nya alih-alih menggugurkan nya. Saat Arka memberi nya dua pilihan, tetap bersama Arka dan gugurkan kehamilan nya a...