BAB 12|| CUMA KOPI

5.4K 473 5
                                    

GEDUNG perusahaan berpuluh-puluh lantai itu mendadak heboh saat sang dirut datang dengan membawa seorang anak lelaki berusia sekitar 4 tahun di gendongan nya.

Melihat bagaimana rupa anak itu yang 'sebegitu' mirip dengan bos mereka, apalagi manik mata abu bulat nya- siapapun tidak akan percaya jika ada yang mengatakan itu adalah anak dari teman Arka.

Ada beberapa spekulasi yang tersebar diantara para pegawai perusahaan. Dari; itu adalah anak hasil perselingkuhan Pak Liam sadewa- tapi karena karyawan juga beberapa kali melihat seberapa cintanya Liam sadewa pada sang istri jadi itu mustahil, lalu; Anak itu adalah anak Bu Lidya dan Pak Liam yang baru diketahui keberadaan nya setelah diculik- yang ini drama banget, jadi gak mungkin dan yang paling memungkinkan anak itu adalah anak dari bos mereka, Arka juna sadewa.

Di ruangan Arka, Sebastian duduk di atas sofa panjang dengan raut wajah rumit. Melongok melihat bocah lelaki yang sedang asik mengacak-ngacak berbagai mainan yang terimpan didalam bungkusnya.

"A-ar, seriously?" Sebastian menoleh pada Arka, lelaki itu sedang duduk bersandar di sebelah nya. Memperhatikan Aska dengan tenang.

Arka menyesap kopi miliknya. "Kenapa? Masih gak percaya?" Dia meletakan kembali cangkirnya, lalu menoleh pada Sebastian.

"Tapi... Siapa namanya?"

"Aska putra sadewa." Ada senyum kecil saat bibir nya mengucapkan serentet nama itu.

Sebastian kembali memperhatikan Aska. Dengan manik mata abu itu-tidak diragukan lagi jika anak itu pasti memiliki hubungan darah dengan sahabatnya.

Tapi anak?

"Who is his mother?" Tanya Sebastian, dia terdiam lalu terbelalak saat satu nama muncul di kepala nya. "Jangan bilang Wanda-"

"Bukan."

Sebastian menghela nafas lega. Well, Wanda memang cantik-tapi jalang.

"Pa." Aska bangkit berdiri, berjalan menuju Arka yang menatap nya dengan wajah bertanya.

"Hm?"

"Aus, pen susu." Aska merangkak naik kepangkuan Arka.

"Papa buatin dulu, Aska nya tunggu disini dulu sama, uncle nya."

Kepala Aska menoleh pada Bastian, kening nya berkerut. "Kok om nya ada disini? Sejak kapan, pa? Kek hantu." Ujar Aska yang dari awal sibuk dengan mainan baru nya, tidak menyadari kehadiran Bastian.

Arka terkekeh sedangkan Bastian melotot mendengar dirinya disamakan dengan hantu. "Percaya gue kalo ni bocah anak lo."

Papanya Aska itu tak lagi menyahut, dia menurunkan Aska dari pangkuan nya, bangkit berdiri lalu melenggang pergi hendak membuatkan Aska susu coklat kesukaan Aska-dan dirinya.

"Om temen nya, papa ya?" Aska bertanya pada Sebastian saat papanya sudah keluar dari ruangan.

Bocah itu turun dari sofa, kembali menghampiri mainannya yang tergeletak berserakan di atas lantai yang dilapisi karpet.

Sebastian mengangguk, masih memperhatikan Aska.

Tuk!

"Aduh!" Sebastian tidak tahu bagaimana awalnya saat robot mainan milik Aska mendarat di keningnya.

"Eh? Om sih disana." Aska menghampiri Sebastian yang sedang mengelus kening. Bocah itu mengambil kembali robot-robotan yang tak sengaja dia buang-lempar. "Untung aja lobot-lobotan, Aska gak lusak!"

"Iya, jidat gu-Om yang rusak!" Ujar sebastian sarkas. Dia sedikit kikuk saat menunjuk dirinya sediri sebagai 'om'.

Bagi Sebastian yang seumur hidupnya belum pernah berhubungan langsung dengan anak kecil, itu cukup aneh.

[END]Love me again, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang