BAB 10|| 'MUKA MAMA MELAH'

7.3K 492 7
                                    

Pintu kembali tertutup, Nara berjalan menuju kamar yang tempat Arka berada.

"Baju kamu. Tadi sekertaris kamu yang nganterin, cepet pake terus pulang. Liat kamu dirumah ini lama-lama saya bisa kehabisan nafas karena sesak." Cibir Nara sinis. Wanita itu menyerahkan paperbag di tangannya.

Arka berdiri, masih memakai boxer. "Sesak? Mau saya kasih nafas buatan?" Tawar Arka dengan nada jail.

Nara melotot, lalu menyalak dengan galak. "Gak usah! Cepet pake terus pergi."

Manik mata abu Arka menatap Nara dengan kerutan di dahi. Dalam hati, dia tertawa dengan tingkah Nara sekarang.

"Kamu mau nonton saya lepas boxer ya? Oke kalau gitu, tetep disini." Arka menggut-manggut, jemari tangannya bersiap melepas boxer yang menutupi area pribadinya.

"Eh! Da-dasar brengsek!" Ujar Nara gelagapan, dia langsung ngacir berlari keluar dari kamar. Menutup pintu dengan keras.

Arka tertawa terpingkal melihat tingkah Nara. Well, jika difikir lagi, kenapa wanita itu harus sok malu-malu begitu? Bukankah dulu juga Nara pernah melihat dirinya telanjang bulat? Memikirkan itu membuat tawa Arka semakin keras.

Nara berjalan terburu-buru menuju dapur, jantung nya berdetak kencang antara jengkel dan-salting.

"Mama kenapa?" Aska memiringkan kepala, menatap Nara bingung. "Muka mama melah."

"Mama gak papa." Ujar Nara cepat. "Aska cepet duduk di kursinya. Makan yuk, nanti keburu dingin."

Saat Nara selesai mengucapkan kata terakhir nya, Arka datang. Pria itu sudah memakai pakaian nya, menyeringai saat melihat Nara.

Nara mencibir pelan. Lalu duduk di kursi meja makan di depan Aska. Arka juga duduk di sebelah Aska.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk? Saya kan udah bilang sebaiknya kamu pulang." Nara membuka suara.

"Saya lapar, Na. Masa makan aja gak boleh."

"Oh, kamu udah bangkrut ya? Pagi buta dateng kerumah saya terus minta makan. Kasian banget."

"Saya masih kaya kok, kamu tenang aja." Arka tersenyum kecil. Diam-diam berfikir dalam hati 'sejak kapan Naranya menjadi julid?'

"Kalo gitu kenapa makan di rumah orang miskin kayak saya?! Restroan kan banyak."

"Saya kangen masakan kamu, Na." Arka masih menanggapi mulut Nara dengan santai.

"Tapi saya gak kange-"

"Ma, makannya kapan? Aska lapel." Aska, bocah yang sendari tadi hanya memperhatikan mama dan papa nya beradu mulut itu berkata dengan nada menyedihkan.

Manik mata abu Aska berbinar merana saat melihat makanan di atas meja.

Nara tersentak, baru sadar jika anak nya kelaparan. "Aduh, maafin mama ya. Tuh, gara-gara ada orang kaya minta makan mama, jadi lupain Aska." Nara mengambil piring milik Aska, mengambilkan nasi serta lauk-pauk. Setelah itu kembali di simpannya di depan Aska.

Aska tidak mau dikatain anak durhaka, jadi dia hanya mengangguk walau tak mengerti apa yang di katakan Nara.

Di samping Aska, Arka juga menyodorkan piring nya pada Nara. Membuat wanita itu mengerutkan kening. "Apa?!"

"Ambilkan."

"Ambil sendiri!"

Arka merengut, mengambil nasi dan lauk-pauk nya sendiri. Nara juga melakukan hal yang sama.

"Aska, itu sayurnya jangan di pindahin, makan juga dong sayang." Kata Nara saat melihat Aska memisahkan sayur-sayuan dalam masakan Nara.

"Gak mau, gak suka sayul." Bocah empat tahun itu menggeleng keras kepala.

[END]Love me again, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang