5 Mei 2022
_________________"Ay, kalian kontras banget, deh, serius," celetuk Ita tiba-tiba.
Athiya menoleh dengan bibir maju. Dahinya bergelombang.
Ita terkekeh geli. "Lo melas banget, sih, anjir. Ekspresi lo jangan gitu, ah." Cewek dengan kipas elektrik di tangannya itu menoleh ke cowok di sebelah cowok di sampingnya. "Iya, kalian. Lo sama Zefran. Dia anteng banget main game. Beda banget sama lo yang kayak lagi nahan boker."
Athiya hanya diam. Tenaganya sudah hilang untuk sekadar menjawab ledekan Ita.
Pengumuman kelulusan sudah diumumkan beberapa saat yang lalu. Tidak setegang ini, karena SMA Gemilang bisa dikatakan sekolah favorit, jadi bisa dipastikan semuanya lulus.
Namun untuk pengumuman yang satu ini, ibarat pengumuman hidup dan mati!
Ranking pararel ujian sekolah urutan sepuluh sampai empat sudah diumumkan beberapa saat yang lalu. Namanya dan nama Zefran tidak masuk di jajaran ketujuh orang itu. Jujur, untuk kali ini, Athiya pengen dirinya tiba-tiba tidak terlihat. Atau minimal berubah jadi kursi deh, gitu, atau bagaimana. Athiya belum siap, woy! Seriusan!
"Di jajaran yang ketiga, tepuk tangan yang meriah untuk ...." Kepala sekolah menjeda kalimatnya. "Mas ...." Lagi-lagi pria berjas itu menjeda kalimatnya. Membuat para cowok yang biasa dipanggil "Mas" menahan napas dalam-dalam.
"Ardian Ramadan!"
Sorakan terdengar dari sudut kiri belakang. Senyum bangga yang disambut ucapan selamat itu tampak berseri-seri di sana.
"Kepada Mas Ardian Ramadan, silakan maju ke depan untuk penyerahan piala dan sertifikat."
Cowok berambut cepak itu tampak maju dengan senyum merekah. Dirinya langsung berdiri di antara murid-murid lain yang namanya sudah disebutkan tadi.
"Dan ... ini dia saat yang kita tunggu-tunggu." Kepala sekolah mendongak dan menatap seluruh wali murid yang ada di hadapannya. "Jujur, saya sendiri degdegan dan ikut bangga dengan dua anak didik saya yang tercantum di sini. Apa lagi bapak-ibu sekalian yang sudah merawat dari kecil."
Ucapan dari kepala sekolah itu benar-benar membuat semua orang semakin penasaran. Jantung pun semakin berdetak tidak karuan dibuatnya.
"Karena ini dua orang, dan untuk mempersingkat waktu, saya rasa namanya lebih baik ditampilkan di LCD. Bagaimana?"
"Setuju!"
"Setuju, Pak!"
"Kenapa enggak dari tadi, Pak."
Celetuk-celetukan terdengar setelah penawaran itu, membuat orang yang bersangkutan terkekeh dan mengucapkan maaf.
Pria berjas itu memberikan kertas yang tadi ia pegang ke guru operator LCD untuk kemudian diketik di Microsoft Word selama layar masih dalam mode pouse.
Kepala sekolah tampak memberi arahan setelah guru operator selesai mengetik.
"Baik, tanpa menunggu lama, di urutan satu dan dua ada ... mari kita hitung mundur bersama-sama."
"Satu ...."
"Dua ...."
"Tiga!"
_________________
Hai hai hai! Gimana kesannya setelah baca secuil adegan di atas? Penasaran nggak? Penasaran? Hahaha, itu tujuan saya 🌝
Oiya, sebelum membaca bab selanjutnya, ada beberapa hal yang agaknya perlu aku sampaikan dulu di sini.
Di antaranya :
• Cerita ini bersetting di tahun 2021/2022, jadi, semua tanggal di sini, udah aku cocokkin dengan tanggal yang sebenarnya, ya.
• Cerita ini akan update rutin setiap hari Senin dan Kamis (asli ini nggak PHP), dan yang terakhir ....
• Cerita ini murni pemikiran pribadi, jadi, dimohon dengan sangat untuk TIDAK mencopy, mengambil sebagian adegan, atau apa pun tindakan yang mengarah ke plagiasi tanpa sepengetahuan penulis!
• Sudah, terima kasih udah mau baca 😙.
.
.
.Oiya, makasih juga udah mau mampir di sini. Semoga betah, ya. Aku akan sangat terbuka dengan segala masukan dan kritikan yang nanti akan diberikan. Jangan ragu-ragu, oke😙 ❤
See u di part satu!
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...