1. Si Nggak Tegaan

795 101 221
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah, udah, nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nah, udah, nih. Makalahnya tinggal kita print aja nanti." Athiya menyodorkan laptop yang tengah menampilkan word berisi makalah yang barusan ia ketik di hadapan teman-temannya.

"Oke sip." Anjani--si cewek dengan jepit rambut pink mengacungkan jempolnya.

"Nah, gini," ujar Rani, "Nanti lo sekalian yang ngeprint, ya."

"Eh?" Athiya agak tersentak, tetapi akhirnya, gadis dengan tinggi 161 cm itu pun mengangguk mengiyakan.

"Udah?" tanya cowok berambut acak-acakan yang sedari tadi sibuk dengan ponsel miringnya.

"Udah kok, ud--"

"Eh ... bentar dulu." Rani, gadis manis berkacamata kotak itu memotong ucapan Anjani. Membuat atensi semua langsung beralih ke dirinya. "Ada tugas Matematika Minat yang besok dikumpulin, kan? Gue ada yang enggak paham, nih. Gimana kalo kita kerjain bareng sekalian?"

"Boleh-boleh aja, sih." Lagi-lagi hanya Anjani yang menjawab. "Tapi, gue ada acara sama Mami habis ini. Jadi keknya gue nggak bisa."

"Yah ...." Bahu Rani merosot. Pandangannya beralih ke Athiya di sampingnya. "Kalo lo gimana, Thi?"

"Menurut gue ... bisa juga, sih." Athiya menjawab ragu-ragu. Telunjuk kanannya bergerak membenarkan letak kacamata bulat yang nangkring di hidung mungilnya.

"Yes!" Rani bersorak girang. Kini, yang terakhir pandangannya mengarah ke arah cowok satu-satunya di kelompok ini--Zefran. "Kalo, lo--"

"Nggak. Itu tugas pribadi, bukan kelompok. Urusan lo," katanya sambil merapikan barang-barang yang sempat ia keluarkan saat belajar kelompok tadi. "Gue pulang."

Tepat setelah kalimat tadi terlontar, Zefran beranjak. Cowok itu langsung menghampiri motor Tiger-nya yang ada di pelataran, lalu dengan secepat kilat, motor dan pengendara itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Rani.

"Gue juga pamit duluan ya, Ran. Udah di-chat Mami dari tadi." Anjani mengacungkan ponselnya ke udara. "Duluaaan!" teriaknya, sambil berlari ke arah abang gojek--yang entah dari kapan--sudah berada di gerbang rumah Rani.

12/8 Month [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang