"Ta, lo udah bimbingan ke BK?"
"Belum. Nanti akhiran aja, deh. Nggak bimbingan juga nggak papa. Mami gue udah setuju, kok, sama jurusan yang mau gue daftar."
Mulut Athiya membulat dengan kepala manggut-manggut. Tryout mereka di gelombang ini memang sudah selesai dari kemarin--bisa dikatakan hari ini free class, jadi, anak kelas 12 bisa bernapas sejenak, hari ini. "Lo mau ambil jurusan apa? Di mana?" tanyanya.
"Kedokteran gigi. Di Bandung!" Ita menjawab semangat. Tampak sekali jika cewek itu sudah yakin dengan pilihannya.
"Gue udah tanya-tanya ke alumni kita, kalo ternyata banyak yang keterima di sana jalur SN¹. Nilai rata-rata gue juga udah masuk kriteria. Doain gue keterima ya, Ay!"
"Weh, serius? Lo seniat itu, Ta?" Athiya terkejut.
Dari penjelasan YouTube channel dan beberapa artikel yang Athiya baca, benar kalau peluang SNMPTN itu bisa dilihat dari jejak alumni, rata-rata nilai dari semester satu sampai lima, dan seberapa banyak murid di sekolah tersebut mendaftar di jurusan yang sama. Namun, Athiya tidak menyangka kalau Ita juga mencari tahu tentang hal itu.
Ia kira Ita adalah pribadi yang spontan, setelah dilihat dari kebersamaan mereka selama lebih dari tiga tahun ini. Ternyata dirinya salah.
Athiya jadi ingat tentang Zefran yang berlangganan kelas online di beberapa aplikasi belajar. Dan kini, dirinya juga melihat sisi lain Ita yang ternyata juga tidak sesantai kelihatannya.
Ternyata memang benar kata orang. Santai bukan berarti tidak peduli.
"Iya, Ta. Gue doain! Semoga kita bisa keterima di fakultas sama jurusan impian di jalur ini, ya! Aamiin!"
"Aamiin!"
"Eh, eh, eh! Apa-apaan kalian?" Kedatangan Tama dari kantin mengusik kegiatan dua gadis
yang tengah berpelukan--hal spontan saat saling menyemangati--dengan muka garang. "Main peluk-peluk!" omelnya."Minggir lo, Thi. Punya gue itu." Tama mengusir Athiya yang duduk di bangkunya. Di bangku Athiya sendiri, loh!
"Heh! Kamu yang minggir! Ini bangku Aya malah orangnya diusir," sembur Ita saat sang pacar mendaratkan bokong di sampingnya.
"Biarin! Salah siapa meluk-meluk kamu sembarangan."
"Posesif," cibir Zefran. Cowok itu baru saja datang dari kantin setelah langkahnya tertinggal oleh Tama.
"Lagian cewek sama cewek astaga, Tama."
"Dih, kalian iri, ya? Makanya cari pacar sana!"
"Hust! Udah, udah." Ita melerai. "Kamu ini, dateng-dateng malah bikin ribut. Tadi aku sama Aya tuh lagi ngomongin bimbingan ke BK. Kamu sendiri udah belum?"
"Pake nanya." Tama menyandarkan punggung. Tangan kirinya merentang ke sandaran bangku Ita. Sebelah kakinya terangkat. "Kalo kamu belum, berarti aku juga belum. Sebaliknya juga gitu. Kamu lupa? Kita, kan, sehati."
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...